Oleh: Marwanto Harjowiryono
Dosen STAN, Pemerhati Kebijakan Fiskal
Publik menunggu dengan antusias pembentukan kabinet Presiden Prabowo-Gibran. Bukan hanya personil yang akan ditunjuk oleh Presiden terpilih, namun juga kabar tentang kemungkinan membengkaknya jumlah kementerian dan lembaga ( K/L) dalam kabinet baru nanti.
Bahkan, Presiden terpilih Prabowo pada Senin (12/10) telah memanggil sekitar 49 calon menteri untuk meminta komitmen para kandidat, dan disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi. Dari jumlah calon Menteri yang dipanggil, nampaknya jumlah K/L pada kabinet mendatang memang akan akan lebih gemuk. Membesarnya jumlah K/L ini akan membutuhkan dana operasional yang lebih besar.
Meningkatnya belanja negara, telah dibahas dan disepakati DPR dalam pembahasan APBN 2025. Persetujuannya juga sudah diberikan pada akhir September 2024 lalu. Tentu, dengan keterbatasan anggaran belanja, tidak semua janji kampanye dapat tertampung. Namun, meningkatnya kebutuhan belanja yang lebih besar, merupakan tantangan yang perlu dikelola dengan hati-hati di tahun depan.
Dengan defisit APBN 2025 sebesar 2,53 % terhadap PDB, kesehatan fiskal masih terjaga pruden dan kredibel. Namun bila dalam perjalanan tahun berjalan muncul tekanan politik untuk menambah belanja negara, hal ini akan berakibat pada naiknya risiko fiskal. Meningkatnya risiko fiskal, bila tidak dikelola dengan benar, akan mempengaruhi fiscal sustainibility.
Selain itu, program dan kegiatan yang telah direncanakan oleh pemerintahan baru, perlu dipastikan agar terbagi habis dalam tugas pokok dan fungsi K/L. Dengan demikian, tanggung jawab dan akuntabilitasnya akan terjaga dengan baik. Bila terjadi overlaping, harus dipastikan pemisahan tanggungjawabnya cukup jelas sehingga akuntabilitasnya terjaga dengan baik. Overlaping memang tidak bisa dihilangkan, namun perlu dipastikan agar bisa saling memperkuat kinerja antar K/L.
Bertambahnya jumlah K/L dalam kabinet baru nanti, akan berdampak langsung kepada belanja untuk pelaksanaan operasional pemerintahan dan pembangunan. Disamping itu, bertambahnya anggota kabinet, dapat berisiko mempersulit koordinasi penanganan masalah tertentu. Untuk itu, peran Menteri Koordinator di setiap bidang akan menjadi vital dan strategis untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program. Dengan demikian anggaran belanja dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien.
Bertambah, berkurang, dan penggabungan K/L akan menambah tantangan dalam proses pelaporan keuangan, dan pengelolaan aset negara. Khusus mengenai pengelolaan aset dalam pelaporan keuangan pemerintah (LKPP), perubahan kelembagaan sering kali menimbulkan permasalahan dalam kepatuhan pengelolaan aset negara. Bila tidak berhati-hati, dapat berisiko pada menurunnya kualitas pengelolaan keuangan negara.
Rencana pemisahan pengelolaan penerimaan pajak dan bea cukai dalam badan khusus pendapatan negara, perlu mendapatkan perhatian khusus. Muncul kekawatiran pemisahan fungsi pengelolaan pendapatan negara yang selama ini berada dibawah koordinasi langsung Kementerian Keuangan akan berdampak pada melemahnya efektivitas kebijakan fiskal. Fungsi fiskal dalam melakukan alokasi, distribusi dan stabilisasi, efektifitasnya tidak akan sekuat masa sebelumnya.
Menteri Keuangan akan menghadapi risiko menurunnya efektifitas sinergi penerapan intrumen fiskal secara utuh dan maksimal. Akibatnya, kebijakan fiskal tidak dapat lagi secara efektif mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi melalui kebijakan perpajakan.
Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta Ketika judi minta legalitas, tentu pertanyaan yang terus mengemuka dan…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Membangun ekosistem halal bukan hanya pada wilayah masyarakat perkotaan saja, namun di masyarakat pedesaan…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Di era kecerdasan buatan dan digitalisasi yang…
Oleh: Achmad Nur Hidayat Ekonom UPN Veteran Jakarta Ketika judi minta legalitas, tentu pertanyaan yang terus mengemuka dan…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Membangun ekosistem halal bukan hanya pada wilayah masyarakat perkotaan saja, namun di masyarakat pedesaan…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Di era kecerdasan buatan dan digitalisasi yang…