Berharap Industri Maritim

 

 

Oleh: Bhima Yudhistira Adhinegara

Peneliti INDEF

 

Beberapa waktu yang lalu dalam sebuah diskusi di Rapat Evaluasi Ekonomi dan Keuangan Daerah (REKDA) Bank Indonesia, saya menyampaikan optimisme bahwa momentum pertumbuhan ekonomi dapat terjaga di level 5,18% pada triwulan III-2016 asalkan Pemerintah menggerakan sumber ekonomi baru di daerah.

Hal ini cukup menjadi diskursus yang menarik karena selama ini potensi ekonomi daerah memang belum digarap secara optimal. Akibat dari kurangnya pemanfaatan potensi tersebut membuat pembangunan nasional cenderung Jawa sentris. Buktinya kontributor pulau Jawa dalam perekonomian nasional nyaris 59% berdasarkan data BPS per triwulan II 2016. Sedangkan pulau lainnya seperti Sumatera hanya menyumbang 22,02%, Kalimantan 7,61% dan Sulawesi 6,08%.

Pembangunan yang sifatnya Jawa sentris tentu menyebabkan beberapa permasalahan serius, mulai dari besarnya ketimpangan antar pusat-daerah, hingga arus migrasi yang terus membanjiri Jawa. Oleh karena itu diperlukan konsep pembangunan yang lebih merata. Sumber pertumbuhan baru harus digali salah satunya di sektor maritim, karena sudah jadi pengetahuan umum bahwa sebagian besar wilayah kita merupakan perairan laut.

Potensi industri maritim cukup besar dan selaras dengan tema besar pembangunan Pemerintah saat ini. Dari sisi pertumbuhan sub sektor industri misalnya, industri perikanan pun terbukti tumbuh signifikan selama beberapa tahun terakhir. Buktinya di tahun 2015 ketika hampir seluruh sektor industri mengalami pelemahan, justru industri perikanan tampil stabil dengan tumbuh sebesar 8,37% (yoy).

Industri maritim juga terkait dengan sub sektor logistik yang menyumbang biaya 25-30% terhadap PDB. Mahalnya sektor logistik ini direspon oleh Pemerintah dengan penurunan dwelling time, pembangunan pusat logistik berikat (PLB), hingga tol laut. Dampak kebijakan mulai dirasakan dengan naiknya pertumbuhan jasa logistik mencapai 6,68% (yoy) di tahun 2015.

Contoh kasus yang membuktikan terbukanya peluang di industri maritim adalah industri galangan kapal di Batam. Sudah sejak era Free Trade Zone awal, Batam terkenal sebagai daerah industri galangan kapal. Hal ini juga berkaitan erat dengan pertumbuhan volume perdagangan Singapura. Negara seperti Singapura jelas punya keterbatasan wilayah sehingga membutuhkan area lain seperti Batam sebagai tempat industri galangan kapal.

Namun sungguh sayang, karena potensi industri galangan kapal tidak disupport secara maksimal baik dari sisi insentif, hingga infrastruktur maka industri ini kurang berkembang. Dari sisi kapasitas pelabuhan juga masih tertinggal jauh dari negara lainnya seperti kawasan perdagangan bebas Shenzen-China dengan kapasitas 28 juta TEU (twenty-foot equivalent unit) dan Djibouti di Afrika dengan kapasitas 0,35 juta TEU. Kapasitas pelabuhan di Batam hanya 0,2 juta TEU. Berharap dari industri maritim nampaknya bukan sekedar wacana lagi, saat ini merupakan momentum tepat untuk berbenah sebelum terlambat.

 

 

BERITA TERKAIT

Wujudkan Kedaulatan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan   Pemerintah menyampaikan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Tahun…

KEM PPKF 2026 Menuju RAPBN 2026

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Setiap tahun, pemerintah memulai siklus penyusunan APBN dengan menyerahkan dokumen Kebijakan Ekonomi Makro…

Merger Bank Syariah, Peluang atau Tantangan?

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Tahun 2025 menjadi era baru bagi bank syariah di Indonesia—dimana banyak terjadi merger antar…

BERITA LAINNYA DI

Wujudkan Kedaulatan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan   Pemerintah menyampaikan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Tahun…

KEM PPKF 2026 Menuju RAPBN 2026

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Setiap tahun, pemerintah memulai siklus penyusunan APBN dengan menyerahkan dokumen Kebijakan Ekonomi Makro…

Merger Bank Syariah, Peluang atau Tantangan?

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Tahun 2025 menjadi era baru bagi bank syariah di Indonesia—dimana banyak terjadi merger antar…