Oleh: Amanda Katili Niode, Ph.D.
Direktur Climate Reality Indonesia
Invest In Our Planet menjadi tema Hari Bumi tahun ini, dengan berpusat pada percepatan solusi untuk memerangi perubahan iklim sebagai ancaman terbesar manusia. Juga fokus untuk mengaktifkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, warga negara, dan dunia usaha, dalam melaksanakan peran mereka.
Setiap tindakan untuk menangani perubahan iklim, sebesar atau sekecil apapun, dan setiap percakapan tentang krisis iklim adalah investasi untuk Planet Bumi dan masa depan manusia.
Hari Bumi yang diperingati pada 22 April beriringan dengan Hari Kartini tanggal 21 April yang bertema Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Karenanya ekofeminisme merupakan bahasan yang cukup relevan untuk memperingati kedua hari besar tersebut.
Ekofeminisme sering didefinisikan sebagai gerakan filosofis atau politik yang berfokus pada bagaimana perempuan, alam, dan penindasan saling berhubungan. Situs web Mindbodygreen menjabarkan lebih lanjut, ekofeminisme melihat perubahan iklim, kesetaraan gender, dan ketidakadilan sosial sebagai masalah yang terkait dengan dominasi maskulin dalam masyarakat.
Gerakan ekofeminisme dimulai tahun 70-an di Eropa, tetapi Vandana Shiva dari India mengangkat kepentingan perempuan di negara berkembang. Ia berpendapat, ketiadaan kearifan lokal, komunitas lokal, dan keterwakilan perempuan memperburuk hubungan manusia dengan Bumi.
Vandana juga menekankan peran feminisme subsisten, yang menganjurkan agar kebutuhan dasar perempuan (sandang, pangan, papan) dipenuhi di samping kebutuhan yang lebih filosofis atau sosial yang biasanya ditekankan oleh perempuan Barat (kebebasan dan kesetaraan).
Damai Pakpahan, aktivis perempuan di Indonesia, belajar ekofeminisme dari kasus-kasus perampasan tanah, penggusuran penduduk asli, perusakan lingkungan, pembangunan waduk raksasa dan pariwisata.
Contohnya adalah para perempuan berusia lanjut yang ikut mendemo sebuah perusahaan di Sumatera Utara pada akhir tahun 80-an dengan menolak pembangunan pabrik karena pohon-pohon yang ditanam untuk bahan baku diduga merusak tanah dan lingkungan di sekitarnya. Gerakan Srikandi Kendeng, beberapa tahun lalu, ketika perempuan melawan pembangunan pabrik semen di Jawa Tengah yang dianggap merusak ibu Bumi, merupakan praktik ekofeminisme yang nyata. Kasus itu menggambarkan kecintaan pada Bumi yang menghidupi mereka dengan pangan, air, udara bersih dan kehijauan alam.
Mary Everett, penulis dan pegiat lingkungan, memaparkan di situs web PopSugar bahwa alam terkait dengan feminisme, karena secara historis, perempuan lebih dipengaruhi oleh masalah lingkungan daripada laki-laki.
Ekofeminisme berupaya memberi keadilan bagi perempuan dan alam dengan memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dan menghilangkan penindasan alam, dengan memperbaiki hal-hal seperti perubahan iklim dan rasisme lingkungan.
Dengan demikian, pembelajaran dari ekofeminisme dapat menjadi kunci untuk mengenali bagaimana perempuan dapat membantu mengurangi emisi penyebab krisis iklim, dan menciptakan masyarakat yang lebih adil.
Kaum muda, tambah Mary, dapat terlibat dengan aktivitas apa pun yang menghubungkan mereka dengan alam dan keadilan sosial, terutama terhadap hal yang disengaja merugikan kelompok tertentu.
Karenanya memahami ikatan antara penindasan perempuan dan alam sangatlah bermakna, untuk kemudian melaksanakan advokasi sesering mungkin bagi mereka yang tertindas. Pendidikan adalah langkah utama yang dapat diterjemahkan menjadi cara hidup dan memilih wakil rakyat dengan basis ekofeminisme.
Di Indonesia, walaupun kini data Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender menunjukkan peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya, kesetaraan gender dan posisi perempuan masih tertinggal secara aksesibilitas, persamaan peran, maupun belum diterimanya manfaat pembangunan yang sama dengan laki-laki. (W)
Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Pemerintah menyampaikan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Tahun…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Setiap tahun, pemerintah memulai siklus penyusunan APBN dengan menyerahkan dokumen Kebijakan Ekonomi Makro…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Tahun 2025 menjadi era baru bagi bank syariah di Indonesia—dimana banyak terjadi merger antar…
Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Pemerintah menyampaikan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Tahun…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Setiap tahun, pemerintah memulai siklus penyusunan APBN dengan menyerahkan dokumen Kebijakan Ekonomi Makro…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Tahun 2025 menjadi era baru bagi bank syariah di Indonesia—dimana banyak terjadi merger antar…