Jakarta-Sejumlah pengamat transportasi menilai, perhitungan yang tidak akurat dan fokus yang terlalu berat pada ajakan penggunaan jalan tol baru Pejagan-Brebes, menjadi penyebab kemacetan parah yang terjadi pada mudik Lebaran tahun ini. Dan akhirnya pemerintah minta maaf atas kejadian yang menelan 12 pemudik di jalan bebas hambatan tersebut akibat kelelahan luar biasa.
NERACA
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)Danang Parikesit menilai, perhitungan yang tidak tepat adalah salah-satu penyebab kemacetan belasan jam yang terjadi di ruas tol Pejagan-Brebes pada arus mudik belum lama ini.
"Saya agak heran kenapa pemerintah, Kementerian Perhubungan, membuat perencanaan, kenaikan jumlah kendaraan pribadi hanya sekitar 4%-5%, padahal faktanya, tiap tahun kami mendapati kenaikan kendaraan pribadi itu 8%-9% atau bahkan lebih, sehingga dari awal sudah mengetahui bahwa peningkatan penggunaan kendaraan pribadi akan meningkat cukup pesat," ujarnya di Jakarta, belum lama ini.
Selain soal perhitungan yang tidak akurat itu, Danang juga menyoroti soal "ketidakdisiplinan mengelola permintaan perjalanan", karena jalan tol Pejagan-Brebes yang tetap dimasuki mobil, meski tak mampu menampung volume kendaraan sehingga terjadi kemacetan panjang.
"Pengendalian tol itu bukan di pintu keluar sebenarnya, tapi di pintu masuk. Jadi kalau kita mau membuat kelancaran yang sangat di jalan tol, ya dikontrolnya di pintu masuknya, kalau volume (kendaraannya) sudah di atas yang bisa ditampung jalan tolnya, ya orang didorong untuk menggunakan jalan-jalan yang sifatnya bukan tol," ujarnya seperti dikutip satuharapan.com.
Pendapat ini juga, disepakati oleh pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung. Menurut dia, arus mudik yang 'difokuskan' pada penggunaan jalan tol Pejagan-Brebes, menyebabkan penumpukan volume kendaraan sehingga muncul kemacetan parah.
"Persoalan jalan di Jawa ini sudah bentuknya jaringan, artinya selalu ada pilihan. Ada pilihan Pantura, ada pilihan tol, jalur tengah, jalur selatan, dan itu tidak dipromosikan. Yang dipromosikan, 'ayo silakan lewat jalan tol', semua orang lewat jalan tol, ya padatlah. Pemudik tidak mendapat informasi soal kemacetan panjang sehingga terjebaklah di situ," kata Ellen.
Kurangnya informasi soal kemacetan, dirasakan oleh pemudik Bagus Marseto, yang sedikitnya menghabiskan sembilan jam dari pintu tol Pejagan sampai akhirnya memutuskan keluar di pintu keluar pertama, yang ditemui, yaitu Brebes barat.
"Begitu sampai di pintu tol Pejagan, sekitar jam 19.30, itu mulai neraka itu. Saya baru bisa keluar di pintu tol Brebes Barat jam 04.30. Tidak memperkirakan, ternyata jadi terkunci di pintu keluarnya. Pulangnya, jadi mundur, yang jelas bukan hari ini (Minggu, 10/7), karena pasti macet, jadi kalau tak Selasa, Rabu," ujarnya.
Sebelumnya, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Pudji Hartanto mengatakan, dalam arus balik, pemerintah "akan meningkatkan koordinasi dan rekayasa lalu lintas lebih awal sehingga tidak terjadi lagi penumpukan".
Pudji juga mengakui, salah satu penyebab kemacetan panjang saat arus mudik adalah, jumlah mobil yang tidak terduga. "Walaupun jumlah kendaraan melebihi prediksi yang ada, kemudian masyarakat juga yang ingin tahu menggunakan jalur tol, sedangkan di jalur lain, ternyata memang sudah padat, sehingga pastinya di Cipali itu tidak ada alternatif lain, bertemu dengan (arus) yang dari jalur Pantura," ujarnya.
Selain itu, menurut dia, karena sepanjang jalan tol tidak ada SPBU yang tersedia, maka sekeluarnya dari jalan tol Brebes Timur (Brexit), terjadi antrean kendaraan yang akan ke SPBU. "Itu yang menjadi catatan kita sehingga arus balik ini paling tidak itu harus bisa diatasi," ujarnya.
Kementerian Perhubungan mengatakan, jumlah pemudik tahun ini mencapai 25 juta orang lebih, dan ada sedikitnya delapan juta kendaraan pribadi, baik mobil maupun motor, yang digunakan untuk mudik.
Sebelumnya Kementerian Kesehatan membenarkan dalam kemacetan panjang di ruas tol Pejagan-Brebes sebelum Lebaran lalu, ada 12 korban meninggal dunia akibat kelelahan luar biasa, di samping sudah memiliki penyakit bawaan.
Namun, Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, jalan tol Cikopo-Brebes Timur belum siap untuk jalur mudik dan arus balik Lebaran 2016. Hal itu terlihat dari kemacetan parah di ruas tol tersebut.
"Belum memenuhi supaya arus orang itu pada mudik dan balik lagi dan tidak macet. Belum menjawab itu," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Kamis (7/7.
Menurut Darmin, jalan tol Cikopo-Brebes Timur merupakan proyek tol Trans Jawa yang harusnya tersambung sampai Surabaya. Sehingga, menurut dia, penggunaan tol Cikopo-Brebes Timur telalu dipaksakan dan menimbulkan kemacetan yang terlalu panjang.
"Tapi bukan tidak bisa karena semua sudah dimulai dibangun beberapa ruas, hanya saja belum nyambung," ujarnya.
Pemerintah Minta Maaf
Menteri Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan Luhut B Panjaitan meminta maaf atas terjadinya musibah mudik yang merenggut korban jiwa saat kemacetan panjang di Brebes, Jawa Tengah.
"Menko Polhukam Luhut Pandjaitan minta maaf kepada masyarakat atas jatuhnya korban jiwa selama tanggal 3-5 Juli lalu," demikian kicauan akun twitter Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan @polhukamRI, Minggu (10/7).
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo atas nama pemerintah menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas pelayanan arus mudik Lebaran 2016.
Selama ini pemerintah telah berupaya maksimal untuk memberikan pelayanan ke masyarakat saat mudik. Mulai dari mempercepat proses pembayaran jalan tol hingga perbaikan jalan.
“Adanya musibah, kekurangnyamanan dalam perjalanan menjadi evaluasi kami. Pemerintah khususnya Kemendagri, sekali lagi sebagai Mendagri saya mohon maaf," kata Tjahjo, seperti diinformasikan oleh Puspen Kemendagri yang diunggah dalam laman kementerian, Sabtu (9/7).
Tjahjo juga menyatakan, Pemerintah menyampaikan permohonan maaf atas meninggalnya 17 orang selama arus mudik lebaran 2016. Khususnya kepada pihak keluarga yang tertimpa musibah.
Penyebab meninggal beragam. Tidak hanya karena kecelakaan lalu lintas, tapi juga karena terlalu banyak menghirup apnoe causa CO2 toksic dari pendingin udara kendaraan.
“Terjadinya musibah sebagian warga masyarakat pada saat kemacetan di Pantura daerah Kabupaten Brebes, Saya Mendagri atas nama pemerintah juga menyampaikan permohonan maaf,” ujarnya.
Tjahjo menjelaskan, Kemendagri sebelumnnya juga telah mengirimkan radiogram ke sejumlah kepala daerah wilayah Pantura, di mana menjadi perlintasan arus mudik dan balik lebaran.
Para kepala daerah tersebut antara lain Bupati Pemalang, Bupati Tegal, Wali Kota Tegal, Bupati Brebes, dan Bupati Cirebon. Dan khususnya adalah di Kabupaten Brebes.
“Mohon perhatian khusus perbantuan siaga 24 jam. Seprti Satpol PP, aparat kecamatan, aparat desa dan dinas terkait di sepanjang Jalan Pantura dan puskesmas juga disiagakan 24 jam,” ujarnya.
Mereka harus siap membantu kelancaran masyarakat arus mudik balik ke arah barat dan timur melalui tol dan Pantura. Mendagri menekankan kepala daerah segera berkordinasi untuk melakukan kesiapan tersebut.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi V DPR- RI Muhiddin meminta Menteri Perhubungan Ignasius Jonan untuk tidak menyalahkan pihak lain terkait meninggalnya 12 orang pemudik akibat macet di pintu tol Brebes Exit, Jawa Tengah.
“Dia tidak boleh menyalahkan pihak lain, karena mudik ada kerja tim, saling koordinasi. Beliau kan juga Ketua Tim Mudik 2016, jadi harus saling koordinasi, tidak bisa menyalahkan pihak lain. Tidak bisa salahkan pihak lain tapi ini berkoordinasi, ini tanggung jawab bersama," ujarnya di Jakarta, Jumat (8/7).
Oleh karena itu, Komisi V DPR RI akan memanggil Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan pekan depan. “Kita akan panggil Jonan. Kita akan tanyakan sekaligus melakukan langkah evaluasi secara menyeluruh terkait Mudik 2016, utamanya kejadian di Brexit," ujarnya.
Dia juga menyatakan, pemerintah tidak memiliki pemetaan yang matang terkait kasus yang menyebabkan 12 orang meninggal dunia di Brexit sejak 3-5 Juli lalu. “Pintu tolnya tidak siap, tidak ada rest area, tidak ada SPBU, tidak ada ambulance yang disiapkan jika ada pemudik yang kelelahan. Pihak kesehatan tidak dilibatkan sama sekali,” ujarnya.
Muhiddin menilai, terkait 18 orang pemudik yang meninggal akibat macet jelang pintu tol Brebes Timur (Brexit) merupakan kejadian luar biasa. “Tidak ada pernah kejadian seperti ini. Tahun-tahun sebelumnya, mudik yang macet di Pantura tidak memakan korban. Ini kejadian luar biasa,” ujarnya. bari/mohar/fba
NERACA Jakarta - Pengusaha mengaku kapok ikut menggarap proyek infrastruktur dan layanan publik pemerintah dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan…
Jakarta-Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat RI Mufti Anam mengritik keras terkait batalnya diskon tarif listrik bagi masyarakat. Dia…
NERACA Jakarta – Pemerintah telah merilis lima paket stimulus untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Namun begitu, Direktur Eksekutif…
NERACA Jakarta - Pengusaha mengaku kapok ikut menggarap proyek infrastruktur dan layanan publik pemerintah dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan…
Jakarta-Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat RI Mufti Anam mengritik keras terkait batalnya diskon tarif listrik bagi masyarakat. Dia…
NERACA Jakarta – Pemerintah telah merilis lima paket stimulus untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Namun begitu, Direktur Eksekutif…