Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan - FBM Bakal Genjot Ekspor Rumput Laut Olahan ke Benua Biru

NERACA

Bogor-Program Foreign Buyer Mission (FBM) bertujuan untuk meningkatkan pemasaran produk olahan rumput laut berupa karaginan dan agar khususnya ke Eropa atau lebih dikenal sebagai Benua Biru. Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu faktor dan elemen untuk menunjang keberhasilan pencapaian target ekspor produk perikanan Indonesia.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus melebarkan sayap untuk memperkenalkan potensi rumput laut asal Indonesia. Salah satu usaha tersebut yaitu pagelaran acara Foreign Buyer Mission (FBM)-Indonesia Swiss Import Promotion Programme (SIPPO) tanggal 27-30 Mei 2014.

"Dengan meningkatnya ekspor agar dan karaginan dari Indonesia diharapkan dapat menjadi penghela bagi tumbuh kembangnya industri pengolahan rumput laut dalam negeri. Rumput laut merupakan komoditas strategis yang bersifat pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP Saut P. Hutagalung dalam acara temu bisnis antara  buyer produk turunan rumput laut dari Eropa dengan eksportir Indonesia di Hotel Novotel, Bogor, Selasa (27/5).

Saut menjelaskan buyer yang datang dan siap melakukan bisnis di Indonesia berjumlah 12 orang dari 10 perusahaan importir karaginan dan agar di negara-negara eropa (Swiss, Jerman, Spanyol, Polandia, Norwegia, Irlandia, Austria). Kemudian perusahana Indonesia yang akan dimitrakan adalah (DKI, Jabar dan Banten) Hydrocolloid Indonesia, PT. Agarindo Bogatama, PT. Gumindo Perkasa Industri, PT. Agar Swallow, dan PT. Galic Arthabahari. Sedangkan perusahaan di wilayah Jawa Timur adalah PT. Java Biocolloid, PT. Amarta Carrageenan, PT. Kappa Carrageenan Nusantara, PT. Algalindo. "Sedangkan perusahaan di wilayah Sulawesi Selatan adalah PT. Wahyu Putra Bimasakti dan PT. Cahaya Cemerlang," tambah dia.

Selain itu, lanjut dia, para buyer juga akan mengunjungi lokasi budidaya rumput laut jenis cottomi sebagai bahan karaginan dan gracilaria sebagai bahan agar guna meyakinkan para buyers bahwa industri pengolahan rumput laut di Indonesia didukung dengan pasokan bahan baku yang kuat. Nilai ekspor produk pertanian Indonesia tahun 2013 mencapai US$4,18 miliar dan nilai impor mencapai US$467,4 juta.

Untuk produk rumput laut, pada tahun 2013 volume ekspor mencapai 182 ribu ton dengan nilai sebesar US$209,5 juta. Nilai ekspor tersebut meningkat 17,8% dari nilai ekspor tahun 2012. "Nilai impor produk rumput laut tahun 2012 mencapai US$5,78 juta dan pada tahun 2013 mencapai US$7,78 juta atau meningkat sebesar 34,6%," jelas Saut.

Saut juga menuturkan acara temu bisnis ini sudah dilaksanakan yang kedua kalinya, penyelenggaraan yangpertama dilaksanakan pada bulan Agustus tahun lalu. Acara ini diaksanakan guna meningkatkan nilai ekspor rumput laut sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku usaha rumput laut di Indonesia. "Produk rumput laut ini sangat strategis dimana produk ini mempunyai potensi yang besar terutama produk turunan dari rumput laut ini," ungkap dia.

Melalui temu bisnis, tambah dia, diharapkan terdapat kontak bisnis dari pelaku usaha di Indonesia dengan buyer di luar negeri khususnya eropa. Kemudian dari temu bisnis terdapat follow up nya dimana akan dipublikasikan dalam pameran di Amsterdam Belanda pada bulan Desember tahun ini. "Tahun lalu, follow up dilaksanakan di Frankfurt Jerman. Diharapkan terdapat kerjasama yang baik antara pelaku usaha Indonesia dengan buyer luar negeri sehingga nilai ekspornya semakin besar," imbuh Saut.

Menurut Saut, pemerintah akan terus mendorong ekspor rumput laut tidak hanya dalam bentuk bahan mentah namun juga berupa produk olahan sehingga memiliki nilai tambah yang lebih. Saat ini terdapat 37 pabrik pengolahan rumput laut, dimana 11 pabrik diantaranya akan mendapatkan kunjungan dari buyer luar negeri. "11 pabrik ini sudah mewakili 37 pabrik yang terdapat di wilayah jawa timur, jabodetabek, dan Sulawesi Selatan," jelas dia.

Dia pun mengatakan nantinya para buyer juga akan mengunjungi lokasi budidaya rumput laut jenis cottoni sebagai bahan karaginan dan gracilaria sebagai bahan agar. Ini bertujuan meyakinkan mereka bahwa industri pengolahan rumput laut di Indonesia didukung dengan pasokan bahan baku yang kuat.

"Dengan adanya program Foreign Buyer Mission diharapkan dapat menjadi salah satu faktor dan elemen untuk menunjang keberhasilan pencapaian target ekspor produk perikanan Indonesia," kata Saut.

Sementara itu, Programe manager food and tourism, Switzerland Global Enterprise, Pirmin Aregger mengakui membawa buyer yang akan datang dan siap melakukan bisnis di Indonesia berjumlah 12 orang dari 10 perusahaan keraginan dan agar di negara eropa. Dalam rangkaian kunjungan ini, mereka akan melakukan kunjungan ke 11 perusahaan pengolahan rumput laut antara lain yang di Jawa Barat dan Jawa Timur. Selain itu, mereka juga akan berkunjung ke pembudidaya. "Diharapkan melalui kunjungan bisnis ini maka akan tercapai suatu kesepakatan atau kontak bisnis antara pelaku usah di Indonesia dengan buyer Eropa," kata dia.

Dia juga mengungkapkan aspek yang terpenting dalam bisnis ini adalah aspek kepercayaan. Melalui kepercayaan ini maka akan mengembangkan pertumbuhan bisnis ini untuk kedepannya. "Meskipun Indonesia merupakan market atau pasar yang jauh, namun berdasarkan pengalaman kami dalam sepuluh tahun ini dalam menjalankan bisnis ini maka kerjasama ini bisa terlaksana dengan baik, apalagi tahun lalu, kami melakukan hal yang sama seperti tahun ini," ungkap Pirmin.

Menurut Pirmin, program temu bisnis merupakan salah satu langkah kerjasama pemerintah Indonesia dengan Swiss Import Promotion Programme (SIPPO) untuk mendatangkan pembeli produk rumput laut. Melalui potensi rumput laut di Indonesia yang sangat besar maka kerjasama ini akan bisa menumbuhkan nilai tambah ekspor rumput laut Indonesia. "Nilai ekspor produk olahan rumput laut ini bisa memberikan manfaat bagi pelaku usaha rumput laut serta meningkatkan nilai ekspor yang tingi ke negara-negara eropa," tambah dia.

BERITA TERKAIT

Jelang Iduladha, Kementan Amankan Kesehatan Hewan Kurban

NERACA Jakarta – Menyambut Hari Raya Iduladha 1446 H/2025 M, Kementerian Pertanian (Kementan) memperketat pengawasan kesehatan hewan kurban guna mencegah…

Pelemahan Ekonomi Global Tidak Menggoyahkan Optimisme Pertumbuhan Indonesia

NERACA Jakarta, – Di tengah tekanan ekonomi global yang melambat, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan dan optimisme dalam menghadapi tantangan ekonomi…

Layanan di SKPT Dongkrak Produktivitas Masyarakat Nelayan

Layanan di SKPT Dongkrak Produktivitas Masyarakat Nelayan NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjamin standarisasi kualitas layanan di…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Jelang Iduladha, Kementan Amankan Kesehatan Hewan Kurban

NERACA Jakarta – Menyambut Hari Raya Iduladha 1446 H/2025 M, Kementerian Pertanian (Kementan) memperketat pengawasan kesehatan hewan kurban guna mencegah…

Pelemahan Ekonomi Global Tidak Menggoyahkan Optimisme Pertumbuhan Indonesia

NERACA Jakarta, – Di tengah tekanan ekonomi global yang melambat, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan dan optimisme dalam menghadapi tantangan ekonomi…

Layanan di SKPT Dongkrak Produktivitas Masyarakat Nelayan

Layanan di SKPT Dongkrak Produktivitas Masyarakat Nelayan NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjamin standarisasi kualitas layanan di…