NERACA
Jakarta – Produksi crude palm oil (CPO) bulan Maret 2025 mencapai 4.391 ribu ton lebih tinggi 15,9 persen dibandingkan dengan produksi bulan Februari 2025 yang mencapai 3.789 ribu ton. Produksi PKO juga naik menjadi 417 ribu ton dari 354 ribu ton pada bulan Februari, sehingga total produksi CPO dan PKO bulan Maret 2025 mencapai 4.808 ribu ton lebih tinggi 16,0% dari 4.144 ribu ton pada Februari 2025.
“Secara YoY sampai dengan bulan Maret 2025, total produksi CPO dan PKO mencapai 13.135 ribu ton yang lebih rendah 1,8 persen dari total produksi tahun 2024 sebesar 13.379 ribu ton,” terang Direktur Eksekutif GAPKI (Gabungan (GAPKI), Mukti Sardjono dalam keterangan tertulis.
Lebih lanjut, Mukti pun menguraikan, untuk total konsumsi dalam negeri naik 114 ribu ton dari 2.083 ribu ton pada bulan Februari 2025 menjadi 2.146 ribu ton pada bulan Maret 2025 (naik 5,61 persen). Konsumsi biodiesel naik dari 1.003 ribu ton menjadi 1.075 ribu ton dan oleokimia naik 7 ribu ton dari 175 ribu ton menjadi 182 ribu ton, sedangkan konsumsi untuk bahan pangan naik 35 ribu ton dari 854 ribu ton pada menjadi 889 ribu ton. Secara YoY sampai dengan bulan Maret, konsumsi dalam negeri tahun 2025 mencapai 6.049 ribu ton atau 6.04 persen lebih tinggi dari tahun 2024 sebesar 5.704 ribu ton.
“Konsumsi untuk pangan mencapai 2.501 ribu ton atau 4.41 persen lebih tinggi dari tahun lalu, oleokimia 554 ribu ton atau lebih tinggi 0,9 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan biodiesel 2.994 ribu ton atau 8.49 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya,” jelas Mukti.
Mukti menambahkan, adapun total ekspor bulan Maret 2025 mencapai 2.878 ribu ton lebih tinggi 75 ribu ton dari pencapaian pada bulan Februari 2025 sebesar 2.803 ribu ton. Kenaikan ekspor terjadi pada semua produk kecuali CPO yang turun 77 ribu ton dari 246 ribu ton pada bulan Februari menjadi 169 ribu ton pada bulan Maret. Kenaikan ekspor terbesar terjadi pada olahan PKO yang naik dari 112 ribu ton pada bulan Februari menjadi 167 ribu ton pada bulan Maret (+49,15 persen).
“Olahan PO naik menjadi 2.128 ribu ton pada bulan Maret dari 2.079 ribu ton pada bulan Februari sedangkan ekspor oleokimia naik menjadi 407 ribu ton pada bulan Maret dari 364 ribu ton pada bulan Februari,” ungkap Mukti.
Berdasarkan negara tujuan ekspor, lanjut Mukti, penurunan terjadi untuk tujuan China, India, Pakistan dan Bangladesh sementara untuk negara lain umumnya naik. Dibandingkan dengan ekspor bulan Februari, ekspor bulan Maret untuk tujuan ke China turun menjadi 384 ribu ton dari 434 ribu ton, India turun menjadi 271 ribu ton dari 387 ribu ton, Pakistan turun menjadi 234 ribu ton dari 361 ribu ton dan Bangladesh turun menjadi 147 ribu ton dari 194 ribu ton. Sebaliknya ekspor tujuan EU naik menjadi 343 ribu ton dari 298 ribu ton, tujuan USA naik menjadi 249 ribu ton dari 153 ribu ton, tujuan Timur Tengah naik menjadi 159 ribu ton dari 113 ribu ton.
Nilai ekspor yang dicapai bulan Maret 2025 sebesar USD3.283 juta (sekitar Rp54,1 triliun) naik 2,84 persen dari nilai ekspor bulan Februari 2025 sebesar USD3.192 juta (sekitar Rp52,15 triliun). Kenaikan nilai ekspor juga didukung dengan kenaikan harga CPO dari USD1.232/ton pada bulan Februari menjadi USD1.251/ton cif Rotterdam dan untuk nilai rupiahnya juga disebabkan selain kenaikan harga, juga kenaikan nilai tukar US dolar terhadap rupiah dari Rp 16.338/USD pada bulan Februari menjadi Rp 16.474/USD.
“Dengan produksi, konsumsi, dan ekspor diuraikan sebelumnya, maka stok akhir Maret 2025 adalah 2.036 ribu ton, turun 213 ribu ton dari bulan sebelumnya sebesar 2.249 ribu ton,” jelas Mukti.
Lebih lanjut, pemerintah terus berkomitmen mengoptimalkan potensi komoditas yang dimiliki Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya yakni kelapa sawit, yang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia serta berkontribusi besar terhadap ekspor dan penyerapan tenaga kerja.
Terkait pengembangan sistem informasi dan tracing Kelapa Sawit nasional, Tim Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) menyampaikan laporan perkembangannya kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Pertemuan tersebut menjadi bagian dari komitmen Pemerintah dalam memperkuat tata kelola industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan, transparan, dan berdaya saing global.
“Pemerintah terus mendorong penguatan sistem informasi berbasis teknologi untuk menjawab tantangan transparansi dan keberlanjutan. Sistem informasi dan tracing ini akan menjadi nilai tambah bagi komoditas kelapa sawit Indonesia di pasar global,” ujar Airlangga. gro
NERACA Jakarta – Pemerintah telah merilis lima paket stimulus untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Namun begitu, Direktur Eksekutif…
Jakarta-Pemerintah menunda penerapan sistem kelas rawat inap standar (KRIS) BPJS Kesehatan, yang seharusnya mulai 1 Juli 2025, diundur hingga akhir…
NERACA Jakarta – Meski dihantui sentimen negatif perang dagang Amerika Serikat dan China, rupanya tren kinerja pasar modal dalam negeri…
NERACA Jakarta – Pemerintah telah merilis lima paket stimulus untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Namun begitu, Direktur Eksekutif…
Jakarta-Pemerintah menunda penerapan sistem kelas rawat inap standar (KRIS) BPJS Kesehatan, yang seharusnya mulai 1 Juli 2025, diundur hingga akhir…
NERACA Jakarta – Meski dihantui sentimen negatif perang dagang Amerika Serikat dan China, rupanya tren kinerja pasar modal dalam negeri…