TANTANGAN INDONESIA MAJU: - Perbaiki Tata Kelola Birokrasi dan Berantas Korupsi

 

Jakarta-Investor global dari AS, Ray Dalio, mengungkapkan sejumlah tantangan yang perlu diatasi Indonesia untuk bisa meningkat dari negara berkembang menjadi negara maju. Menurut dia, untuk bisa menjadi negara maju Indonesia harus bisa memperbaiki tata kelola birokrasi, dan kemampuan menciptakan modal. Hal lain yang dianggap penting juga adalah kemudahan untuk berbisnis dan berwirausaha, serta strategi memberantas korupsi.

NERACA

"Di beberapa negara, yang saya menyaksikan transisi itu terjadi, saya tahu arti penting seorang pemimpin yang mampu mengambil kendali, dan membuat reformasi yang sangat sulit untuk mengatasi tantangan,” ujar Ray Dalio saat berbicara bersama Presiden Prabowo dan sejumlah konglomerat di Istana Kepresidenan, baru-baru ini.  

Ray menyatakan keyakinannya tentang potensi Indonesia menjadi negara maju. Dia mengatakan siap membantu Indonesia dalam memberikan gagasan dan sumbangan pemikiran berdasarkan pengalamannya, “Saya tidak di sini untuk uang, saya telah menghasilkan yang dan saya memberikan lebih banyak. Saya di sini untuk mendapatkan inspirasi dari itu dan saya bisa membantu karena Indonesia punya potensi dan saya ingin berkontribusi (mengoptimalkan potensi) itu,” ujarnya.

Ray menilai Indonesia saat ini berada dalam fase titik awal pertumbuhan ekonomi  take off point) yang pesat. Menurut dia, salah satu yang mendukung hal tersebut adalah tingkat utang Indonesia yang relatif rendah. Pada kesempatan tersebut, Ray Dalio memberikan konteks terkait pengalaman dirinya sebagai investor global selama kurang lebih 50 tahun.

Dia  menyebut bahwa dirinya telah berinvestasi di berbagai negara dan memiliki wawasan terkait makroekonomi, institusi keuangan, serta sovereign wealth fund (SWF). Ia menyampaikan saran dan tantangan yang harus dilalui oleh Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan, terkhusus setelah Pemerintah Indonesia meluncurkan SWF Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

 Menurut Ray, Indonesia perlu memastikan adanya arus masuk modal investasi yang progresif agar bisa membentuk ekosistem ekonomi yang berkelanjutan. Ia juga mengingatkan beberapa tantangan utama yang harus diatasi seperti urusan birokrasi, kemudahan berbisnis dan berwirausaha, penyediaan akses modal dan pemberantasan korupsi.

Dalam pertemuan  itu juga dihadiri jajaran petinggi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara. Mereka adalah Kepala Danantara Rosan P. Roeslani, Kepala Pelaksana Bidang Investasi (CIO) Danantara Pandu Sjahrir, dan Kepala Pelaksana Bidang Operasi (COO) Danantara Dony Oskaria.

Dalam ruangan yang sama, ada juga Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie, dan beberapa konglomerat Indonesia seperti Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam, Tomy Winata, Chairul Tanjung, Hashim Djojohadikusumo, James Riady, Prajogo Pangestu, Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, Sugianto Kusuma atau Aguan, Hilmi Panigoro, Franky Oesman Widjaja, dan Anthony Salim.

Lalu apa saja tantangan dan faktor yang menurut Ray Dalio perlu dioptimalkan agar Indonesia bisa tumbuh menjadi negara maju?

Ray Dalio yang merupakan pendiri Bridgewater Associates, mengungkapkan lima faktor utama yang menentukan apakah suatu negara bisa menjadi negara maju. Dalam pertemuan yang juga dihadiri para konglomerat itu, ia menjelaskan bagaimana pola perubahan tatanan dunia sepanjang sejarah memberikan wawasan mengenai faktor-faktor tersebut.

-Faktor Uang, Utang, dan Pasar

Dia menekankan bahwa uang dan utang memiliki siklus tersendiri yang mempengaruhi seluruh aspek ekonomi. Menurut Dalio kedua hal ini berkaitan satu sama salin.  “Ada siklus uang adalah utang dan utang adalah uang, dan ada siklus utang yang terjadi dan itu mempengaruhi segala hal karena uang adalah daya beli,” ujar Ray.

Dia menjelaskan bahwa daya beli suatu negara bergantung pada kredit dan cara penggunaannya. Atas dasar itu ia menilai perlu adanya perhatian terhadap siklus uang dan utang yang berulang sepanjang sejarah.

-Faktor Konflik Internal dalam Suatu Negara

Faktor kedua adalah,  konflik internal antara kelompok politik yang saling berseberangan. Ia menyoroti bahwa fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara, termasuk Amerika Serikat.

Ray mengatakan pentingnya kemampuan dalam mengelola konflik. “Adanya perbedaaan yang tak dapat direkonsiliasi sehingga ini menjadi perang. tidak lagi kolaborasi dan kerja sama. dan tidak lagi ada kompromi di dalamnya,” ujarnya.    

Konflik yang tak bisa diatasi menurut dia, akan berdampak langsung pada kebijakan pajak, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial negara. Konflik bisa berpengaruh terhadap pajak, dan mempengaruhi keberlangsungan negara.

-Faktor Perubahan dalam Perang Geopolitik

Ray menjelaskan,  sepanjang sejarah selalu ada kekuatan baru yang menantang kekuatan lama dalam menentukan tatanan dunia. Setelah perang besar, tatanan baru akan terbentuk. Dia  mencontohkan bagaimana Perang Dunia II pada 1945 membentuk dunia yang kita kenal saat ini.

Menurut dia, dunia saat ini sedang bergerak dari multilateralisme dan multinasionalisme menuju unilateralisme. Situasi ini akan membuat negara-negara lebih fokus pada kepentingan masing-masing dengan kerja sama yang semakin berkurang.

-Faktor Dampak Bencana Alam

Adapun bencana alam seperti kekeringan, banjir, dan pandemi memiliki pengaruh besar terhadap stabilitas suatu negara. Dia menegaskan bahwa dampak bencana terhadap ekonomi dan kehidupan sosial kini lebih signifikan dibandingkan masa lalu. "Bencana alam telah membunuh lebih banyak orang dan meruntuhkan lebih banyak tatanan dibandingkan perang," ujarnya.  

-Faktor Kemajuan Teknologi dan Inovasi

Faktor terakhir yang sangat menentukan adalah inovasi teknologi. Ray  meyakini bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah penemuan teknologi paling kuat saat ini karena berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan, mulai dari dunia medis hingga pemerintahan.  "Teknologi menentukan arah peradaban dan mempengaruhi cara kita bekerja serta berinteraksi," ujarnya.   

Kelima faktor ini, menurut dia, bekerja secara bersamaan untuk membentuk pola perubahan dalam tatanan dunia. Ray  mengungkapkan optimismenya terhadap potensi Indonesia dan menegaskan bahwa kunci utama adalah bagaimana negara ini mampu mengatasi tantangan tersebut.

Sementara itu, aliran modal asing ke pasar keuangan domestik mencatat tren positif pada pekan pertama Maret 2025. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), nonresiden membukukan beli neto sebesar Rp 8,99 triliun dalam periode 3–6 Maret 2025.

Investor asing tercatat melakukan beli neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 9,53 triliun. Aksi beli juga terjadi di pasar saham senilai Rp 0,34 triliun setelah pada pekan sebelumnya terjadi net sell di pasar saham. Meski begitu masih terdapat jual neto sebesar Rp 0,88 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso,  Bank Indonesia terus memantau dinamika pasar keuangan global dan domestik di tengah perkembangan yang terjadi. Selain itu Ramdan memastikan BI berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. "Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," ujar Ramdan, Minggu (7/3). bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MENKEU SRI MULYANI INDRAWATI: - Efisiensi Anggaran Terus Berlanjut pada 2026

  Jakarta-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan efisiensi anggaran akan tetap dilakukan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)…

DPR Nilai Program 3 Juta Rumah Sulit Capai Target

NERACA Jakarta - Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) bersama dengan Komisi V DPR RI baru selesai  menggelar rapat kerja…

MENKEU AKAN MELANTIK PEKAN INI: - Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai Baru

  Jakarta-Rumor  mengenai pergantian Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai akhirnya mulai menemui  titik terang. Setelah sebelumnya santer beredar kabar…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENKEU SRI MULYANI INDRAWATI: - Efisiensi Anggaran Terus Berlanjut pada 2026

  Jakarta-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan efisiensi anggaran akan tetap dilakukan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)…

DPR Nilai Program 3 Juta Rumah Sulit Capai Target

NERACA Jakarta - Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) bersama dengan Komisi V DPR RI baru selesai  menggelar rapat kerja…

MENKEU AKAN MELANTIK PEKAN INI: - Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai Baru

  Jakarta-Rumor  mengenai pergantian Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai akhirnya mulai menemui  titik terang. Setelah sebelumnya santer beredar kabar…