Indonesia-Jepang Komit Capai NZE

NERACA

Bali – Bali - Indonesia-Japan Energy Forum (IJEF) ke-8 sebagai ajang penting untuk memperkuat kerja sama strategis antara Indonesia dan Jepang di sektor energi. Forum ini dihadiri oleh para delegasi yang terdiri atas perwakilan pemerintah dan pelaku usaha dari Indonesia dan Jepang.

Dalam forum tersebut, Sekretaris Jenderal ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa forum ini menyoroti komitmen kedua negara untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) yang diuraikan dalam kebijakan nasional, termasuk program roadmap, serta kegiatan-kegiatannya.

Dadan juga menegaskan dukungan pemerintah Indonesia di bawah Kepemimpinan Presiden Prabowo terhadap visi "Indonesia Emas 2045" melalui Asta Cita, yang melibatkan delapan misi utama pemerintahan baru.

"Dua dari misi ini terkait dengan sektor energi dan sumber daya, yang pertama adalah membangun sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui kemandirian pangan, energi, air, ekonomi swasta, ekonomi hijau, dan juga ekonomi biru. Yang kedua adalah melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah energi di dalam negeri," jelas Dadan.

Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam pengurangan emisi dengan target 915 juta ton CO2 pada 2030, termasuk kontribusi sektor energi sebesar 358 juta ton. Dadan juga menyebutkan pencapaian pada 2023, di mana emisi berhasil dikurangi sebesar 128 juta ton melalui efisiensi energi, pengembangan energi terbarukan, dan teknologi rendah karbon.

Indonesia juga berkomitmen memanfaatkan potensi mineral seperti nikel, bauksit, tembaga, dan mangan untuk mendukung pengembangan industri baterai. Kolaborasi ini diharapkan menciptakan nilai tambah dan mempercepat inovasi di sektor energi. "Dengan menggabungkan sumber daya mineral Indonesia yang melimpah dengan keahlian teknologi Jepang, kedua negara dapat mendorong inovasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan juga berkontribusi pada upaya global dalam memerangi perubahan iklim,” ungkap Dadan.

Kemitraan yang telah dibangun selama 65 tahun. Hubungan diplomatik ini diharapkan dapat menjadi menjadi katalisator untuk mempercepat kemajuan, mengatasi tantangan, dan mencapai target NZE.

Sebelumnya, Dadan pun mengungkapkan "Indonesia, sebagai negara kepulauan, rentan terhadap dampak perubahan iklim yang memengaruhi dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan dan program dekarbonisasi, salah satunya melalui transisi energi."

Dadan menyebutkan, Indonesia memiliki beragam potensi energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 3.689 GW, terdiri dari potensi Surya (3.294 GW), Hidro (95 GW), Bioenergi (57 GW), Angin/Bayu (155 GW), Panas Bumi (23 GW), dan Laut (63 GW). "Alam sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk kita, tinggal bagaimana kita dapat mengelolanya hingga bisa memberikan manfaat dengan tetap memperhatikan lingkungan," lanjut Dadan.

Beberapa komitmen Pemerintah untuk menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) ditegaskan melalui Enhanced NDC dimana pemerintah menargetkan penurunan emisi GRK di sektor energi pada tahun 2030 sebesar 31,89% (dengan kemampuan sendiri) dan 43,20% (dengan dukungan internasional).

Pada kesempatan yang sama, Deputy Commissioner for International Affairs Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI), Masanori Tsuruda, menyampaikan langkah-langkah Jepang menuju netralitas karbon pada 2050.

"Kami sangat berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 46% sebelum tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2013. Untuk itu, kami harus menggunakan segala cara yang memungkinkan, termasuk teknologi seperti Carbon Capture and Storage (CCS)," ujar Masanori.

Selain itu, Masanori juga menyoroti pentingnya energi terbarukan, energi nuklir, dan bahan bakar fosil sebagai bagian dari strategi transisi energi Jepang. "Energi terbarukan perlu ditingkatkan dua kali lipat, dan kami membutuhkan energi nuklir yang stabil dan rendah karbon. Sementara itu, gas alam tetap penting sebagai bahan bakar transisi," jelas Masanori.

Masanori juga menegaskan bahwa Jepang berkomitmen untuk menghapus pembangkit listrik tenaga batu bara yang tidak efisien, meski batu bara masih memiliki peran tertentu.

Pada IJEF ke-8 dibahas empat topik utama, yaitu minyak dan gas, mineral, energi terbarukan, serta hidrogen dan amonia. Fokus diskusi mencakup peluang investasi di sektor energi, pengembangan energi rendah karbon, dan hilirisasi mineral. Sebagai bagian dari forum ini, juga ditandatangani Nota Kesepahaman untuk memperkuat kerja sama di sektor energi panas bumi antara INPEX Geothermal dan PLN Indonesia Power.

 

 

BERITA TERKAIT

Transformasi Koperasi Siap Masuk Sektor Industri Tengah

NERACA Solo - Wakil Menteri Koperasi, Ferry Juliantono memastikan, proses transformasi koperasi untuk masuk dalam sektor industri tengah dipersiapkan dan…

Pertamina Perkuat Sistem Tata Kelola

NERACA Jakarta – Mendukung 100 hari kerja Pemerintahan Prabowo – Gibran serta sejalan dengan Asta Cita pada bidang memperkuat pencegahan…

Kolaborasi Indonesia deang Jepang Tingkatkan SDM Industri yang Berdaya Saing

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dan daya saing sumber daya manusia (SDM) industri melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan vokasi. Hal…

BERITA LAINNYA DI Industri

Transformasi Koperasi Siap Masuk Sektor Industri Tengah

NERACA Solo - Wakil Menteri Koperasi, Ferry Juliantono memastikan, proses transformasi koperasi untuk masuk dalam sektor industri tengah dipersiapkan dan…

Pertamina Perkuat Sistem Tata Kelola

NERACA Jakarta – Mendukung 100 hari kerja Pemerintahan Prabowo – Gibran serta sejalan dengan Asta Cita pada bidang memperkuat pencegahan…

Kolaborasi Indonesia deang Jepang Tingkatkan SDM Industri yang Berdaya Saing

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dan daya saing sumber daya manusia (SDM) industri melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan vokasi. Hal…