NERACA
Jakarta - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja swasta terbesar di Indonesia, memperkenalkan dua lini produk baru: FORTISE dan FORTISE+. Kedua produk tersebut merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam menyediakan material konstruksi yang tangguh dan selaras dengan tren keberlanjutan global.
Presiden Direktur GRP, Fedaus mengatakan kedua produk dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar yang semakin beragam. Mulai dari efisiensi biaya, ketahanan material, hingga aspek lingkungan. Dengan menggunakan teknologi Electric Arc Furnace (EAF) dan material baja scrap, GRP berupaya menghadirkan solusi yang relevan di tengah perubahan ekspektasi industri konstruksi dan manufaktur, baik di dalam maupun luar negeri. ”Produk yang kami luncurkan untuk menjawab kebutuh pasar. Terutama pembangunan infrastruktur dan industri dalam negeri dan kebutuhan global yang mengarah pada keberlanjutan atau pembangunan yang mengedepankan material ramah lingkungan,” ujar Fedaus saat memberikan sambutan pada acara peluncuran di Grand Ballroom A, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (24/6).
Lebih lanjut Fedaus melanjutkan, FORTISE ditujukan untuk aplikasi umum, menawarkan fleksibilitas dan efisiensi produksi bagi proyek konstruksi skala besar maupun menengah. Sementara FORTISE+ diformulasikan untuk kebutuhan yang lebih spesifik, seperti struktur bangunan bertingkat, fasilitas industri, dan infrastruktur berat. Produk ini memadukan antara kekuatan dan keberlanjutan. FORTISE+ dibuat dari material baja scrap dengan kadar sekitar 75%, dan memiliki yield strength di atas 345 MPa, tensile strength lebih dari 450 MPa, serta tersedia dalam ketebalan hingga 120 mm.
”Kehadiran FORTISE dan FORTISE+ dapat memperluas kontribusi industri baja nasional dalam memenuhi kebutuhan sektor strategis, sekaligus mendukung pencapaian target jangka panjang Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 atau lebih cepat,” ujarnya.
Adapun peluncuran FORTISE dan FORTISE+ merupakan bagian dari komitmen kami untuk terus berinovasi, terutama dalam menghadirkan pilihan material baja yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kebutuhan pasar. “Kami percaya, inovasi perlu berjalan seiring dengan tantangan, dan kemajuan industri nasional hanya dapat tercapai melalui kolaborasi lintas sektor dan keberanian untuk mencoba pendekatan baru,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Dodiet Prasetyo, Direktur Logam, Ditjen Ilmate, Kementerian Perindustrian RI menyampaikan, Inisiatif pengembangan produk baja yang efisien energi dan ramah lingkungan merupakan langkah penting dalam memperkuat daya saing industri nasional di tengah transisi global menuju ekonomi hijau. ”Produk FORTISE dan FORTISE+ dari GRP sejalan apa yang kini dibutuhkan oleh pasar nasional baik untuk infrastruktur maupun industri saat ini. Terutama produk-produk ramah lingkungan,” katanya.
Senada, Direktur Keberlanjutan Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum, Ir. Kimron Manik, MSc, juga menyampaikan dukungan. Dalam diskusi panel bertajuk “Membangun Infrastruktur dan Industri Indonesia yang Tangguh Melalui Inovasi di Industri Baja”, dia mengatakan, infrastruktur masa depan harus lebih cerdas, lebih hijau, dan dibangun bersama.
“Kementerian Pekerjaan Umum mendorong penggunaan material konstruksi yang ramah lingkungan sejak tahap desain hingga operasional. Baja memegang peranan penting dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan adaptif,” jelasnya.
Di sela-sela peluncuran kedua produk, GRP juga menandatangani Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU) dengan Center for Materials Processing and Failure Analysis (CMPFA) Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penandatanganan MoU merupakan bagian dari komitmen untuk memperkuat sinergi antara industri dan dunia akademik. Kolaborasi tersebut mencakup pengembangan pelatihan, riset bersama, serta pertukaran pengetahuan dan keahlian teknis untuk mendorong transisi industri baja nasional menuju praktik yang lebih berkelanjutan.
Kepala CMPFA FTUI, Dr. Ing. Reza Miftahul Ulum, mengatakan, kolaborasi ini menjadi langkah penting dalam menyatukan kapasitas riset akademik dengan kebutuhan nyata industri. “Kami berharap kerja sama ini dapat mendorong terbentuknya ekosistem inovasi yang mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan di sektor baja dan membuka ruang partisipasi lebih luas bagi talenta muda Indonesia,” kata Reza.
NERACA Banjarmasin — Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mendorong keterlibatan aktif pemerintah daerah (Pemda) dalam memastikan…
NERACA Jayapura – Kementerian Perdagangan (Kemendag) kembali melakukan pengawasan distribusi MINYAKITA di wilayah Indonesia timur. Kali ini, Selasa (24/6), pengawasan…
NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meresmikan secara simbolis dimulainya pilot project produksi nira gula sawit dari batang kelapa sawit tua ex-replanting. Hal…
Dukung Pembangunan Infrastruktur dan Industri Berkelanjutan, GRP Luncurkan FORTISE dan FORTISE+ NERACA Jakarta - PT Gunung Raja Paksi…
NERACA Banjarmasin — Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mendorong keterlibatan aktif pemerintah daerah (Pemda) dalam memastikan…
NERACA Jayapura – Kementerian Perdagangan (Kemendag) kembali melakukan pengawasan distribusi MINYAKITA di wilayah Indonesia timur. Kali ini, Selasa (24/6), pengawasan…