Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu kinerja industri furnitur dan kerajinan agar bisa lebih berdaya saing global sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, Indonesia merupakan produsen mebel, kerajinan, dan homedecor dengan keunggulan komparatif berbasis sumber daya alam.
NERACA
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengungkapkan, “kita punya keunggulan yang kuat, dengan menghasilkan produk furnitur dan kerajinan yang unik dan berkualitas. Corak dan desain dari produk-produknya pun beragam karena para pengrajin kita memiliki keterampilan yang kreatif, inovatif, dan tidak mudah disaingi negara lain.”
Lebih lanjut, Putu menjelaskan, pada tahun 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan mencapai USD3,5 miliar. “Sebagai subsektor industri agro, industri furnitur memberikan kontribusi hingga 1,30 persen dengan nilai kinerja ekspornya sebesar USD2,5 miliar sepanjang tahun lalu,” jelas Putu.
Pemerintah menargetkan ekspor dari industri furnitur tumbuh menembus USD5 miliar pada tahun 2024.
Di samping itu, industri furnitur merupakan salah satu sektor padat karya dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 143 ribu orang dari 1.114 ribu perusahaan. Data terakhir pada Desember 2022 mencatatkan utilisasi industri furnitur berada di angka 74,16 persen.
Putu pun menegaskan, pihaknya telah memiliki dua strategi agar kinerja industri furnitur nasional semakin berdaya saing global, yakni melalui pengoptimalan pasar domestik dan memperluas tujuan ekspor ke pasar nontradisional.
Adapun strategi pertama dapat secara efektif dilakukan mengingat konsumen furnitur dalam negeri terutama untuk kelas menengah terus bertambah seiring membaiknya industri properti dan bisnis hospitality.
“Kemudian konsumsi belanja pemerintah melalui pemanfaatan produk ber-Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) juga sedang gencar digalakkan oleh pemerintah,” tegas Putu. Hal ini yang juga dapat menjadi kesempatan pelaku industri furnitur kita meningkatkan pasarnya di dalam negeri.
“Pemerintah juga memfasilitasi melalui penyelenggaraan business matching untuk mempertemukan para pelaku industri dengan para pengguna produk dalam negeri, seperti dari instansi pemerintah dan BUMN. Industri furnitur menjadi salah satu sektor andalan untuk mendukung kantor-kantor pemerintah dan sekolah,” papar Putu.
Untuk strategi kedua, lanjut Putu, merupakan bentuk keniscayaan dikarenakan pasar tujuan ekspor tradisional saat ini masih terganggu akibat resesi. “Di sisi lain, pasar nontradisional sangat potensial untuk dikelola, misalnya India dan kawasan Timur Tengah, di mana pertumbuhan sektor propertinya masih relatif stabil,” imbuh Putu.
Lebih lanjut, industri furnitur merupakan salah satu sektor padat karya yang menjadi penopang kemajuan ekspor Indonesia. Saat ini, industri furnitur mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 143 ribu orang.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri furnitur memiliki pencapaian gemilang pada 2021 sebesar 8,16% dan di 2022 sebesar 0,21% diiringi dengan rata rata utilisasi yang cenderung stabil. Data terakhir pada Desember 2022 mencatatkan utilisasi industri furnitur berada di angka 74,16%. Industri furnitur memiliki potensi pasar mencapai sekira USD500 miliar, sedangkan proyeksi potensinya berdasarkan World Furniture Account Federation mencapai kurang lebih USD700 miliar dengan pertumbuhan berkisar 6%-10%.
Sepanjang lima tahun terakhir, kinerja ekspor industri furnitur Indonesia terus meningkat hingga 77,9%. Nilai ekspor furnitur pada 2021 mencapai USD2,8 miliar atau naik sebesar 33% dibandingkan 2020. Sedangkan pada 2022, ekspor industri furnitur kayu dan rotan terpantau cukup stabil di angka USD2,9 miliar. Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri furnitur sebesar USD5 miliar di 2024, sehingga perlu dilakukan beberapa langkah strategis seperti peningkatan ekspor dan substitusi impor. Selain itu, diharapkan juga lebih banyak produk furnitur yang dijual di platform e-commerce Indonesia.
“Saingannya (industri furnitur Indonesia) kuat seperti Tiongkok dan Vietnam. Jangan kalah dengan mereka. Sky is the limit untuk industri ini yang merupakan penghasil devisa (bagi Indonesia),” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Industri furnitur juga menghadapi beberapa tantangan terkait ketersediaan bahan baku, inovasi desain produk, kreasi kesesuaian selera pasar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta pemanfaatan teknologi tepat guna terutama terkait kelestarian lingkungan.
Lebih lanjut, Airlangga mengungkapkan, “adapun untuk hambatan bahan baku, hal ini (masalah) klasik yang harus diselesaikan karena itu dibutuhkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Kita rapatkan lagi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) diminta oleh Uni Eropa, apalagi sekarang berdasarkan aturan yang berlaku di Eropa untuk seluruh produk berbasis hutan, baik kelapa sawit, furnitur, kopi, dan lain-lain.”
NERACA Jakarta – Menyambut Hari Raya Iduladha 1446 H/2025 M, Kementerian Pertanian (Kementan) memperketat pengawasan kesehatan hewan kurban guna mencegah…
NERACA Jakarta, – Di tengah tekanan ekonomi global yang melambat, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan dan optimisme dalam menghadapi tantangan ekonomi…
Layanan di SKPT Dongkrak Produktivitas Masyarakat Nelayan NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjamin standarisasi kualitas layanan di…
NERACA Jakarta – Menyambut Hari Raya Iduladha 1446 H/2025 M, Kementerian Pertanian (Kementan) memperketat pengawasan kesehatan hewan kurban guna mencegah…
NERACA Jakarta, – Di tengah tekanan ekonomi global yang melambat, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan dan optimisme dalam menghadapi tantangan ekonomi…
Layanan di SKPT Dongkrak Produktivitas Masyarakat Nelayan NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjamin standarisasi kualitas layanan di…