Jakarta - Total impor Indonesia bulan September 2022 mencapai nilai USD 19,81 miliar, turun 10,58 persen dibanding Agustus 2022 (MoM), namun masih meningkat 22,01 persen dibanding September tahun lalu (YoY).
NERACA
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan mengungkapkan penurunan kinerja impor pada bulan September 2022 dipicu oleh menurunnya impor nonmigas sebesar 11,21 persen MoM dan penurunan impor migas turun 7,44 persen MoM.
Selain itu, penurunan impor bulan September 2022 dibanding bulan sebelumnya terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang impor. Penurunan terdalam dialami oleh impor barang konsumsi yang nilainya turun 14,13 persen MoM, diikuti bahan baku/penolong yang turun 11,07 persen MoM dan barang modal yang turun 6,39 persen MoM.
Penurunan impor di September ini diduga akibat terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang membuat impor menjadi semakin mahal.
Selain itu, penurunan impor turut disebabkan oleh menurunnya konsumsi domestik sebagaimana tecermin dalam prakiraan Indeks Penjualan Riil (IPR) Bank Indonesia yang terkontraksi 0,9 persen secara bulanan dan pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang melemah menjadi 124,7 pada September 2022.
Barang konsumsi yang menurun signifikan antara lain daging hewan (HS 02) turun 19,56 persen dan susu, mentega, dan telur (HS 04) turun 33,30 persen. Sedangkan untuk barang modal yang impornya turun adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85) turun 11,45 persen dan mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84) turun 6,65 persen.
Sementara bahan baku/penolong yang turun adalah garam, belerang, batu dan semen (HS 25) turun 41,03 persen; pupuk (HS 31) turun 38,64 persen; besi dan baja (HS 72) turun 25,57 persen; aluminium dan barang daripadanya (HS 76) turun 24,06 persen; bahan bakar mineral (HS 27) turun 20,84 persen; serta plastik dan barang dari plastik (HS 39) turun 16,72 persen.
“Secara kumulatif, total impor pada periode Januari–September 2022 mencapai USD 179,49 miliar, naik 28,93 persen dari Januari–September 2021 (YoY). Pertumbuhan impor tersebut didorong oleh naiknya impor nonmigas sebesar 21,68 persen dan melonjaknya impor migas sebesar 80,21 persen YoY,” ungkap Zulkifli Hasan atau biasa disapa Zulhas.
Ekspor Menurun
Disisi lain, lanjut Zulhas, pada September 2022, total ekspor mencapai USD 24,80 miliar atau turun 10,99 persen dibanding Agustus 2022 (MoM). Hal ini mengikuti pola penurunan bulanan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Ekspor tersebut didorong oleh penurunan ekspor nonmigas sebesar 10,31 persen MoM dan ekspor migas yang turun 21,41 persen MoM.
Meski ekspor September 2022 turun secara bulanan, namun apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021, ekspor September 2022 justru mengalami peningkatan sebesar 20,28 persen YoY.
Pertumbuhan ekspor yang tinggi ini didorong oleh adanya kenaikan signifikan pada ekspor migas sebesar 41,80 persen dan ekspor nonmigas yang tumbuh sebesar 19,26 persen YoY. Penurunan nilai ekspor secara bulanan pada September 2022 lebih disebabkan turunnya permintaan dan harga komoditas di pasar global, serta turunnya ekspor produk unggulan Indonesia.
Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami kontraksi pada bulan September 2022 dibanding Agustus 2022 (MoM), antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) turun 31,91 persen; tembaga dan barang daripadanya (HS 74) turun 31,05 persen; pakaian dan aksesorinya (rajutan) (hs 61) turun 30,75 persen; timah dan barang daripadanya (hs 80) turun 25,33 persen; serta pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62) turun 18,18 persen.
Di sisi lain, beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan tertinggi pada bulan September 2022 (MoM), yakni bijih logam, terak, dan abu (HS 26) naik 29,07 persen; kendaraan dan bagiannya (HS 87) naik 4,79 persen; pulp dari kayu (HS 47) naik 3,84 persen; ampas/sisa industri makanan (HS 23) naik 2,23 persen; dan plastik dan barang dari plastik (HS 39) naik 1,37 persen.
“Angka ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87) di September 2022 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah,” jelas Zulhas.
Lebih lanjut, untuk mendorong ekspor, pemerintah terus bersinergi untuk membangun Neraca Komoditas (NK) sebagai dasar pertimbangan kebijakan Pemerintah di bidang ekspor dan impor dan mengatasi berbagai permasalahan yang selama ini ada dalam pengelolaan kebijakan ekspor dan impor.
Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso menguraikan bahwa berdasarkan hasil evaluasi atas perkembangan Penyiapan Komoditas untuk implementasi NK dan dimasukkan ke Sistem Nasional NK (SiNas NK).
Dalam hal ini, terdapat 24 kelompok komoditas komoditas (19 kelompok komoditas yang baru ditetapkan di tahap II di tahun 2022 dan 5 kelompok komoditas yang sudah diterapkan di tahap I di tahun 2021) yang akan diberlakukan di implementasi NK dimasukkan ke SiNas NK. Terdapat total 56 kelompok komoditas dari seluruh komoditas yang wajib Persetujuan Impor (PI) dan Persetujuan Ekspot (PE).
NERACA Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan telah merumuskan berbagai strategi mitigasi risiko dari beberapa tantangan dalam pembentukan Koperasi Desa/…
NERACA Padang - Wakil Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah ,Helvi Moraza mendorong tumbuhnya wirausaha muda mandiri yang mengedepankan Ilmu…
NERACA Bekasi – Pangsa pasar pendingin udara (air conditioner/AC) produksi Indonesia yang masih kecil di pasar global merupakan peluang sekaligus…
NERACA Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan telah merumuskan berbagai strategi mitigasi risiko dari beberapa tantangan dalam pembentukan Koperasi Desa/…
NERACA Padang - Wakil Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah ,Helvi Moraza mendorong tumbuhnya wirausaha muda mandiri yang mengedepankan Ilmu…
NERACA Bekasi – Pangsa pasar pendingin udara (air conditioner/AC) produksi Indonesia yang masih kecil di pasar global merupakan peluang sekaligus…