LPEI Tawarkan Rute Baru ke Eropa Lewat Rotterdam - Sikapi Perang Dagang



NERACA

Jakarta - Indonesia Eximbank/Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag - Kerajaan Belanda meluncurkan buku berjudul Road to Rotterdam secara hybrid, bertempat di kantor pusat LPEI di Jakarta dan Indonesia House Amsterdam di Amsterdam pada Rabu (14/5). Road to Rotterdam disusun oleh Economist LPEI dan Fungsi Ekonomi KBRI Den Haag, mengulas tentang peluang dan tantangan ekspor serta karakteristik pasar di Belanda.

Secara simbolis, Ketua Dewan Direktur merangkap Plt. Direktur Eksekutif LPEI, Sukatmo Padmosukarso menyerahkan buku tersebut kepada (i) Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI, Umar Hadi, (ii) Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan RI, Fajarini Puntodewi, dan (iii) Ketua Umum Indonesia Diaspora SME Export Empowerment & Development (ID SEED), Ira Damayanti.  

"Buku Road to Rotterdam disusun di tengah urgensi untuk menyesuaikan strategi ekspor. Sebagaimana kita ketahui, perekonomian global diwarnai ketidakpastian yang semakin tinggi akibat perang tarif. Sehingga, upaya - upaya untuk memperluas pasar ekspor diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar Amerika Serikat (AS). Dalam kaitan ini, Belanda menjadi salah satu pasar yang kita sasar bersama” ujar Ketua Dewan Direktur merangkap Plt, Direktur Eksekutif LPEI Sukatmo Padmosukarso.

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda H.E. Mayerfas yang hadir secara daring menegaskan pentingnya peran Belanda sebagai mitra dagang strategis Indonesia. Ia menyebutkan ekspor Indonesia ke Belanda mengalami peningkatan hingga double digit pada tahun 2024. Secara konektivitas, H.E. Mayerfas menyebut sekitar 80% ekspor Indonesia ke Eropa masuk melalui Pelabuhan Rotterdam, pelabuhan terbesar di Eropa dan salah satu yang tersibuk di dunia. “Kolaborasi antara LPEI dan KBRI Den Haag dalam penyusunan buku ini diharapkan dapat menjadi referensi praktis dan memperkuat dukungan bagi eksportir untuk lebih berani melangkah ke pasar global, khususnya melalui Belanda sebagai gerbang Eropa,” kata Mayerfas.

Senior Economist LPEI, Donda Sarah Hutabarat menjelaskan dari perspektif perdagangan internasional, Belanda memiliki posisi yang strategis karena merupakan eksportir terbesar ke-4 dan importir terbesar ke-9 di dunia. Dari sisi produk, beberapa produk yang saat ini terfokus ke pasar AS seperti Pakaian Jadi, Alas Kaki, Ban Pneumatik, dan Produk Kimia sebetulnya memiliki peluang untuk masuk ke pasar Eropa melalui Rotterdam (Belanda), mengingat potensi tingginya permintaan (demand) untuk produk - produk tersebut di kawasan.

Selain itu, Belanda menjadi target pasar yang menarik, karena memiliki profil risiko yang relatif rendah, ditopang oleh faktor - faktor berikut: (i) permintaan di dalam negeri yang baik; (ii) inflasi yang perlahan melandai, (iii) kekuatan mata uang Euro, (iv) sovereign credit yang terjaga di level AAA oleh seluruh lembaga pemeringkat internasional dan (v) risiko kegagalan bayar perusahaan Belanda yang relatif rendah.

Pada tahun 2024, nilai ekspor Indonesia ke Belanda mencapai USD 4,71 miliar, meningkat signifikan sebesar 21,72% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year). Kenaikan ini didorong oleh kenaikan ekspor sejumlah komoditas, antara lain Lemak dan Minyak Hewani/Nabati (naik 22,39% yoy), Alas Kaki (naik 45,76% yoy), Mesin dan Perlengkapan Elektrik (naik 13,55% yoy), Besi dan Baja (naik 298,04% yoy), serta Kayu dan Barang dari Kayu (naik 8,55% yoy).  

Sementara itu, komoditas utama yang diekspor Indonesia ke Belanda sepanjang tahun 2024 meliputi Lemak dan Minyak Hewani/Nabati — khususnya Minyak Kelapa dan Minyak Sawit — yang menyumbang 14,26% dari total ekspor. Selain itu, Produk Kimia (13,23%), Alas Kaki (12,47%), Bahan Kimia Organik (7,10%), serta Ampas dan Sisa Industri Makanan (6,74%) juga menjadi kontributor penting dalam struktur ekspor Indonesia ke Belanda.

BERITA TERKAIT

Standar Kemiskinan Bank Dunia Dinilai Tak Cerminkan Kondisi Indonesia

  NERACA Jakarta - Pengamat ekonomi dan perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan standar kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia…

Meski Naik, Utang Indonesia Diklaim Masih Terjaga

  NERACA Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2025 terjaga dengan posisi tercatat…

Indonesia Tingkatkan Kolaborasi Internasional Hadapi Pelemahan Ekonomi Global

  NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia terus mengintensifkan kolaborasi internasional sebagai strategi menghadapi tekanan ekonomi global yang semakin menantang. Kunjungan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Standar Kemiskinan Bank Dunia Dinilai Tak Cerminkan Kondisi Indonesia

  NERACA Jakarta - Pengamat ekonomi dan perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan standar kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia…

LPEI Tawarkan Rute Baru ke Eropa Lewat Rotterdam - Sikapi Perang Dagang

NERACA Jakarta - Indonesia Eximbank/Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag - Kerajaan Belanda…

Meski Naik, Utang Indonesia Diklaim Masih Terjaga

  NERACA Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2025 terjaga dengan posisi tercatat…