NERACA
Bekasi – Pangsa pasar pendingin udara (air conditioner/AC) produksi Indonesia yang masih kecil di pasar global merupakan peluang sekaligus tantangan untuk dapat mendorong perluasan pasar ekspor dan meningkatkan pangsa ekspor AC Indonesia. Namun, Indonesia juga menghadapi persaingan dari negara eksportir AC lainnya, khususnya di wilayah ASEAN antara lain Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Daikin telah mendistribusikan dan menjual AC di Indonesia sejak 1970 dan pada 2022, mendirikan DIID untuk mengoperasikan pabrik AC Daikin pertama di Kabupaten Bekasi.
"Selamat atas pembukaan pabrik baru DIID dan diharap ini dapat menjadi momentum peningkatan investasi. Dengan demikian, Daikin turut berkontribusi pada masamendatang dalam mendorong perluasan pasar ekspor bagi produk-produk Indonesia sekaligus menjadi penggerak roda ekonomi Indonesia," ujar Dyah Roro Esti Widya Putri.
Roro berharap DIID dapat turut memberikan kontribusi terhadap ekspor AC dari Indonesia. Sesuai target, DIID juga diharapkan memulai ekspor pada 2027 mendatang ke Filipina. DIID telah mulai berproduksi sejak November 2024 dengan mempunyai kapasitas produksi 1,5 juta setahun.
Kapasitas ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksi Daikin di Asia yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar domestik yang sebelumnya dipasok dari impor, tapi juga kedepannya untuk memenuhi pasar ekspor.
Roro juga menekankan agar DIID terus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Lebih lanjut, pemerintah akan terus mengupayakan pembukaan akses pasar melalui kesepakatan dagang sebagai jalan tol bagi ekspor Indonesia ke negara mitra dagang. Hal ini baik melalui Free Trade Agreement (FTA), Preferential Trade Agreement (PTA), maupun Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Pemerintah juga terus melakukan berbagai upaya strategis dalam menjawab tantangan dan meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia.
"Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berkolaborasi melakukan peningkatan daya saing dan penjenamaan(branding) produk ekspor Indonesia, melalui program misi dagang, pameran internasional, penjajakan kesepakatan bisnis (business matching).Tidak ketinggalan, peningkatan kapasitas eksportir, baik dari sisi desain, mutu, maupun kepatuhan terhadap standar ekspor," imbuh Roro.
Sejak awal 2025, Kemendag juga rutin menyelenggarakan kegiatan pitching dan business matching dengan perwakilan perdagangan Indonesia di seluruh dunia untuk membantu mempertemukan eksportir dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan para calon pembeli di luar negeri.
Secara kumulatif, Januari--awal Mei 2025, Kemendag telah menggelar 246 business matching dengan total transaksi mencapai USD57,61 juta.
Roro juga menandatangani prasasti peresmian pabrik serta mengunjungi pabrik untuk meninjau proses produksi, area pelatihan pegawai yang disebut dojo, dan ruang pamer.
Chairman of The Board and CEO Daikin Industries Ltd Masanori Togawa menyampaikan, DIID juga sudah mengantongi tiga sertifikat ISO, yaitu 9001, 14001, dan 45001. Selain itu, DIID juga mengantongi sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Hal ini akan menjamin keamanan dan legalitas produk-produknya.
"Selain mendirikan pabrik, Daikin juga berinvestasi sosial. Artinya tidak hanya ekonomi, tapi juga ke manusia. Kami menggandeng komunitas, lembaga pendidikan, dan pemerintah untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan(corporate social responsibility/CSR)," imbuh Masanori.
Berdasarkan data yang diolah Kemendag, untuk produk AC (HS 8415), ekspor Indonesia pada Januari – Maret 2025 mencapai USD157 juta atau naik sebesar 118,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 71,7 juta.
Indonesia merupakan eksportir ke-28 dunia dengan pangsa pasar 0,29 persen dengan nilai ekspor mencapai USD 197,6 juta pada 2024. Ekspor AC Indonesia juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 85,5 persen pada 2023--2024. Negara tujuan utama ekspor AC Indonesia adalah Amerika Serikat (pangsa 68,27 persen), Vietnam (20,68 persen), Korea Selatan (6,38 persen), Malaysia (5,51 persen), dan Taiwan (2,73 persen).
Peluang bagi produk dalam negeri untuk bisa menguasai pasar domestik juga terbuka lebar dengan demand yang besar. Produk penyejuk udara (AC) misalnya, menunjukkan tren permintaan yang positif hingga mencapai 5 juta unit/tahun pada tahun 2023.
Meski demikian, neraca perdagangan industri elektronika masih menunjukkan angka negatif. Artinya, impornya masih mendominasi. Produk household, termasuk di dalamnya AC, berkontribusi sebesar USD1,8 Miliar atau sekitar 6 persen dari total impor elektronik.
NERACA Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan telah merumuskan berbagai strategi mitigasi risiko dari beberapa tantangan dalam pembentukan Koperasi Desa/…
NERACA Padang - Wakil Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah ,Helvi Moraza mendorong tumbuhnya wirausaha muda mandiri yang mengedepankan Ilmu…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menggencarkan promosi produk perikanan di dalam negeri sebagai upaya memperkuat produktivitas…
NERACA Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan telah merumuskan berbagai strategi mitigasi risiko dari beberapa tantangan dalam pembentukan Koperasi Desa/…
NERACA Padang - Wakil Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah ,Helvi Moraza mendorong tumbuhnya wirausaha muda mandiri yang mengedepankan Ilmu…
NERACA Bekasi – Pangsa pasar pendingin udara (air conditioner/AC) produksi Indonesia yang masih kecil di pasar global merupakan peluang sekaligus…