Tekan Imbas Krisis, Dongkrak Jumlah Investor

Oleh: Dr. Agus S. Irfani

Lektor Kepala FE Univ. Pancasila

Hampir semua indeks bursa saham global dan regional serempak membaik belakangan ini, termasuk bursa Indonesia, seiring dengan komentar positif presiden European Council pada KTT Uni Eropa di Brussel pekan lalu yang menyebutkan bank-bank di zona euro akan mendapatkan akses langsung ESM (European Stability Mechanism).

Kendati demikian, tampaknya kemelut utang di benua biru itu masih banyak menyisakan kecemasan bagi para pelaku pasar saham dunia yang ditandai oleh sikap wait and see investor asing menyusul pernyataan Jerman yang tidak akan pernah menyetujui penerbitan EuroBond yang sedang hangat dibicarakan pada KTT tersebut. Ditambah lagi fakta melonjaknya yield obligasi Spanyol dan Italia masing-masing menjadi 6,93% dan 6,2%. Artinya, potensi imbas krisis terhadap bursa belum akan segera berakhir.

Untuk meminimalkan kecemasan bursa dari imbas krisis berkepanjangan, bursa Indonesia mutlak harus meningkatkan jumlah investor lokal. Faktanya, hingga kini jumlah investor di bursa Indonesia sangat jauh tertinggal dari bursa saham negara-negara lain di kawasan. Berikut ini perbandingan jumlah investor saham dan persentase dari total populasi penduduk negara. Indonesia 400 ribu (0,16%), China 26,7 juta (2%), India 24 juta (2,02%), Thailand 2,4 juta (3,6%), Pakistan  5,2 juta (2,78%), Jepang 14,02 juta (11%), Hong Kong 1,13 juta (15,9%), Malaysia 5,1 juta (17,4%) dan Singapura 1,6 juta (30.5%).

Meski sejak 2009 lalu PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menargetkan jumlah investor 2,3 juta pada tahun 2012, kenyataannya “jauh panggang dari api” sekarang hanya tercapai 400 ribu investor di BEI. Di atas kertas, rencana penggalangan investor yang akan dilakukan oleh BEI cukup memadai yakni dengan menambah pojok bursa di peruguruan tinggi, pendirian Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) dan Institut Pasar Modal Indonesia (TICMI), serta pencanangan untuk mencontoh China dan India dengan melakukan pengurangan jumlah saham dalam 1 lot dari 500 menjadi 100 yang hingga kini masih pada tahap kajian. Namun demikian perlu ditandaskan bahwa sebaik-baik rencana adalah perencanaan yang terealisasi, bukan hanya di atas kertas.

Kepada BEI direkomendasikan agar melakukan upaya terobosan yang terpadu, misalnya dengan membentuk indeks saham papan pengembangan untuk mengimbangi berbagai indeks yang selama ini hanya mengakomodasi saham-saham unggulan seperti LQ45 dan IDX30. Dengan demikian dapat memberi pilihan memadai bagi investor ritel yang tertarik pada saham-saham dengan kapitalisasi menengah ke bawah. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hendaknya menggalang kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk melakukan upaya yang lebih fundamental jangka panjang dengan memasukkan mata pelajaran investasi pada jenjang sekolah menengah.

 

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…