Oleh: Agus Yuliawan
Pemerhati Ekonomi Syariah
Sudah hampir dua pekan perang Timur Tengah antara Iran–Israel menjadikan sorotan dunia dan keperhatinan kemanusiaan berbagai pihak. Pasalnya jika tidak berhenti perang itu akan mengakibatkan resesi ekonomi dunia. Hal ini tidak lepas dari ketergantungan dunia yang sangat besar terhadap energi di Timur Tengah di tambah jalur tersebut merupakan lalu lintas perdagangan dunia. Hal ini mendorong dampak dari perang Iran–Israel akan menjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai dunia termasuk Indonesia.
Sebagai negara pengimpor minyak, meskipun kondisi minyak Indonesia masih mengalami surplus akan tetapi jika perang itu berjalan lama masalah kelangkaan minyak dan energi akan mempengaruhi perekonomian nasional. Begitu juga dengan ekspor dan impor barang–barang non migas, jelas sekali neraca perdagangan akan mengalami kondisi yang tidak solid. Apalagi Indonesia selama ini menjadi mitra strategis perdagangan dengan negara–negara Timur Tengah menjadikan ke khawatiran lesunya ekonomi nasional. Lalu bagaimana dengan ekonomi syariah di Tanah Air? Bagaimana dampaknya dengan situasi tersebut.
Pengembangan ekonomi syariah di Indonesia selama ini digerakkan oleh dua sektor yaitu riil dan keuagan. Untuk sektor lebih banyak pada produk–produk dari industri halal, pariwisata, UMKM dan lain–lain. Selama ini banyak ekspor produksi halal di Timur Tengah, Kementerian Perdagangan mencatat ekspor ke Timur Tengah capai di tahun 2024 USD 41,42 miliar (sekitar Rp673,90 triliun). Selain itu, surplus neraca perdagangan produk halal mencapai USD 29,09 miliar pada periode yang sama, menandai potensi besar yang dimiliki Indonesia di sektor ini. Bila ini terganggu perdagangan ini karena perang jelas berdampak besar bagi ekomonomi domestik di Tanah Air. Belum lagi sektor pariwisata halal di Indonesia akan minim pengunjung ke Indonesia.
Kemudian dari sisi keuangan syariah, kita semua tahu semua bahwa pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia sangat besar sekali akan tetapi perkembagan lembaga keuangan syariah tersebut belum diimbangi dengan besarnya aset dan modal yang dimiliki oleh lembaga keuangan syariah. Sehingga untuk mengembangkan keuangan syariah itu masih dibutuhkan banyak investor khusunya luar negeri. Lembaga keuangan syariah Indonesia kebanyakan mengincar investor dari Timur Tengah karena peluang dan besarnya dana mereka yang idle yang bisa dimanfaatkan. Peluang ini akan sulit dilakukan apabila perang Iran–Israel merembet kepada negara – negara di Timur Tengah.
Dengan demikian perang Iran-Israel jangan berlarut-larut, karena dampaknya bukan dua negara saja. Ekonomi syariah di Tanah Air juga akan berdampak. Bahkan pasar modal juga akan mengalami kelesuan dengan turunnya kinerja emiten-emiten. Faktor fundamental dengan adanya krisis global akan menyeret ke berbagai negara lain jika tidak disikapi dengan serius. Untuk itu pengembangan ekonomi syariah diperlukan memperkuat diri dalam mitigasi risiko.
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Pelaku wirausaha menjadi subjek penting dalam pembangunan. Oleh…
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Indonesia tahun ini kembali mencalonkan salah satu putranya untuk…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Perdebatan tentang jumlah kemiskinan di republik ini…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Pelaku wirausaha menjadi subjek penting dalam pembangunan. Oleh…
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Indonesia tahun ini kembali mencalonkan salah satu putranya untuk…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Sudah hampir dua pekan perang Timur Tengah antara Iran–Israel menjadikan sorotan dunia dan keperhatinan…