NERACA
Jakarta - Ahli vaksin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Sri Rezeki Hadinegoro mengemukakan keluarga memiliki peran penting untuk membantu vaksinasi COVID-19 bagi lansia terutama dalam melakukan pendaftaran daring (online).
"Sampai saat ini masih banyak peserta lansia belum ikut vaksin COVID-19 karena lebih memilih untuk menunggu dipanggil. Padahal pendaftaran saat ini menuntut peran aktif peserta vaksin. Di sini peran keluarga untuk membantu mendaftarkan," kata Sri dalam keterangan tertulis, dikutip Antara, Kamis (18/3).
Sri menilai program vaksinasi COVID-19 dengan sasaran lansia di kota-kota besar sudah bagus, baik sarana maupun akses seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya serta kota-kota besar lainnya. Namun tetap harus didukung peran aktif masyarakat.
“Beberapa kasus tak ada yang bantu ngurus. Sebaiknya, anggota keluarga yang lebih muda ikut membantu," kata Sri.
Sri juga mengatakan masyarakat tak perlu khawatir adanya varian-varian baru virus COVID-19 yang sudah ditemukan di Indonesia. Semua virus pasti akan bermutasi.
“Dampak varian baru itu terhadap efek vaksin baru diketahui dalam jangka panjang. Yang jelas adanya varian tersebut jangan sampai menunda dan menghambat vaksinasi," kata Sri.
Lantas terkait isu penggumpalan darah vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca, Sri mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyatakan aman.
"Penggumpalan darah itu merupakan gejala yang kerap terjadi pada lansia dan penderita penyakit komorbid, seperti penyakit jantung, diabetes dan hiperkolesterol. Tidak divaksin saja, penderita berisiko mengalami penggumpalan darah. Vaksin apa saja (bukan hanya vaksin COVID-19) juga punya risiko tromboemboli,” katanya.
Ia meminta jangan sampai vaksinasi jadi tertunda-tunda akibat isu penggumpalan darah. Angka kasus penggumpalan akibat vaksin COVID-19 juga terbilang sedikit, sekitar satu persen.
“Lain halnya jika kasus penggumpalan darah meningkat dua kali setelah divaksinasi. Barulah kita perlu khawatir,” katanya.
Sementara itu, Dokter Made Cock Wirawan yang berpraktik di Rumah Sakit Angkatan Darat Denpasar, Bali, mengatakan bahwa vaksinasi yang sudah dilakukan pemerintah sejauh ini sudah berjalan baik.
"Tenaga vaksinator juga jauh dari mencukupi, karena ada ribuan tenaga kesehatan yang diperbantukan dari TNI dan Polri," katanya.
Namun Made menilai vaksinasi ini masih jauh dari harapan karena jumlah vaksin yang sudah digunakan masih terbatas. Begitu pula proses vaksinasi yang relatif lambat bila dibandingkan dengan sasaran yang ingin dicapai dan kecepatan yang diharapkan.
Mengingat kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin ini belum diketahui, maka dibutuhkan kecepatan proses pencapaian kekebalan kelompok (herd immunity), kata dokter dengan akun twitter @blogdokter yang memiliki 1,8 juta pengikut. Mohar
NERACA Jakarta - Dalam peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 2025, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa keanekaragaman…
NERACA Jakarta - Menjelang musim kemarau, polusi udara kembali melanda Jakarta. Pada Kamis 29 Mei, polusi Jakarta kembali tercatat sebagai…
NERACA Jakarta - Pusat Kajian Daerah dan Anggaran (Puskadaran) Sekretariat Jenderal DPD RI merumuskan rekomendasi kebijakan untuk memperkuat tata kelola…
NERACA Jakarta - Dalam peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional 2025, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa keanekaragaman…
NERACA Jakarta - Menjelang musim kemarau, polusi udara kembali melanda Jakarta. Pada Kamis 29 Mei, polusi Jakarta kembali tercatat sebagai…
NERACA Jakarta - Pusat Kajian Daerah dan Anggaran (Puskadaran) Sekretariat Jenderal DPD RI merumuskan rekomendasi kebijakan untuk memperkuat tata kelola…