Koperasi Simpan Pinjam LiMa Garuda Gagal Bayar Ratusan Miliar

NERACA

Jakarta - Sebuah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) berskala besar kembali gagal bayar terhadap simpanan para nasabahnya. Kali ini dialami oleh KSP LiMa Garuda. Ratusan nasabah dari KSP LiMa Garuda yang dananya sudah jatuh tempo dalam jumlah ratusan miliar, tidak mampu segera dicairkan oleh koperasi ini. Kasus ini sudah disidangkan dua kali di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan akan dibuka lagi sidang tanggal 1 Oktober ini.

 

Salah satu nasabah koperasi yang dananya tidak dapat ditarik kembali, Ny.Yang/YMS. Dia menempatkan dana di koperasi LiMa Garuda total sebesar Rp 75, 7 miliar, dan ketika sudah jatuh tempo, koperasi tidak dapat mencairkan dananya.

 

Berbagai dalih dikemukakan LiMa Garuda, tetapi setelah berkali-kali ditagih tetap tidak membayar kewajibannya.

 

Dana simpanannya yang dimasukan bertahap sejak Septmber 2016 dan terakhir Desember 2019 seluruhnya berjumlah Rp 75, 7 miliar. Harapannya untuk menikmati simpanan ketika jatuh tempo, kini buyar.

 

Sejak sudah jatuh tempo mulai Januari, Maret dan April dan seterusnya , seluruh simpanannya tidak dapat dicairkan. Berkali-kali LiMa Garuda diminta membayar, selalu hasilnya nihil. Setelah merasa LiMa Garuda tidak memberikan isyarat itikad baik, Ny. Yang/YMS bersama lima nasabah lainnya, yang total dana simpanannya berjumlah Rp 85 miliar, mengajukan permohonan Penundaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terhadap koperasi LiMa Garuda dan Surachmat Sunjoto baik selaku ketua Pengurus LiMa Garuda maupun sebagai pribadi. Ny.Yang/YMS menunjukan kantor hukum RnR Lawfirm untuk mewakilinya. Permohonan itu telah diajukan 11 September lalu dan telah disidangkan 22 dan 28 September.

 

“Kami sudah mengirim dua kali somasi, tetapi tetap tidak ada pembayaran simpanan yang jatuh tempo, sehingga kami melakukan PKPU,” kata M Rudjito, advokad dari RnR Lawfirm, Rabu (30/9).

 

Bahkan, tambah Rudjito, sebelumnya pihaknya juga sudah pula mengajukan penawaran skema pembayaran yang meringankan koperasi, namun tetap tidak mendapatkan solusi.

 

Koperasi LiMa Garuda yang didirikan Juni 2008 terbilang sangat cepat berkembang. Para marketing LiMa Garuda ketika ingin menjaring nasabah secara terbuka sering mengatakan, koperasi ini terkait dengan salah satu keluarga group perusahaan Garuda Food. Memang ketua koperasi LiMa Garuda , Surachmat Sunjoto, merupakan anak dan keponakan keluarga pemegang saham Garuda Food, sehingga para nasabah memiliki anggapan KSP LiMa terkait dengan group Garuda Food. Dengan begitu mereka menjadi berani menempatkan dana di KSP LiMa Garuda.

 

Ketidakmampuan koperasi LiMa Garuda membayar kewajiban-kewajibannya karena dari sekitar  Rp 600 miliar dana nasabah, sebanyak Rp 400-480 miliar ditempatkan atau “dipinjamkan” oleh ketua koperasi ke perusahaan properti PT LiMa Anugrah Assetindo.“Penempatan atau peminjaman kepada PT LiMa Anugrah Assetindo itu sama sekali tanpa pengetahuan dan persetujuan para anggota,” tambah Rudjito.

 

Belakangan pengurus LiMa Garuda berdalih, adanya pandemic covid-19 membuat mereka menunda pembayaran yang sudah jatuh tempo. “Itu mengada-ngada, dan tak masuk akal. Sebelum pandemi yang jatuh tempo memang sudah tidak dibayar,” tandas Rudjito. Oleh sebab itu Rudjito menilai, selain masalah koperasi LiMa harus mengembalikan dana nasabah juga ketua koperasinya dapat dikategorikan melakukan pidana.

 

PKPU merupakan langkah hukum agar dalam jangka waktu tertentu perusahaan menunda segala pembayaran dan harus berunding para kreditor atau nasabahnya di bawah naungan pengadilan. Caranya bermacam-macam, antara lain melalui restrukturisasi keuangan perusahaan. Pada galibnya langkah PKPU merupakan langkah awal sebelum para debitor atau nasabah mengajukan kepailitan. Rudjito mengigatkan, jika kasus ini berlarut-larut selain akan merugikan nasabah juga akan merusak citra koperasi sebagai pilar perekonomian nasional.”Menteri koperasi harus segera turun tangan, “ himbaunya.

 

Pihak Garuda Food yang dihubungi belum memberikan tanggapan. Mohar/fba

 

 

 

BERITA TERKAIT

Perangi Korupsi - RUU Perampasan Aset Harus Segera Disahkan

Komitmen pemerintah dan DPR terhadap agenda pemberantasan korupsi kembali dipertanyakan publik seiring dengan sikap kedua institusi negara itu yang masih…

Jokowi Harap Keanggotaan Penuh RI di FATF Perkuat Pencegahan TPPU

NERACA Jakarta - Presiden Joko Widodo berharap keanggotaan penuh Indonesia di Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrrorism…

KPK Akan Evaluasi Pengelolaan Rutan dengan Dirjen PAS

NERACA Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham)…

BERITA LAINNYA DI Hukum Bisnis

Perangi Korupsi - RUU Perampasan Aset Harus Segera Disahkan

Komitmen pemerintah dan DPR terhadap agenda pemberantasan korupsi kembali dipertanyakan publik seiring dengan sikap kedua institusi negara itu yang masih…

Jokowi Harap Keanggotaan Penuh RI di FATF Perkuat Pencegahan TPPU

NERACA Jakarta - Presiden Joko Widodo berharap keanggotaan penuh Indonesia di Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrrorism…

KPK Akan Evaluasi Pengelolaan Rutan dengan Dirjen PAS

NERACA Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham)…