NERACA
Jakarta — Ambisi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menguasai pasar internasional, terus digenjot dengan meningkatkan pasar ekspor menjadi 10% dengan produk yang berkualitas dan disukai pasar global. Saat ini, pasar ekspor perseroan baru mencapai 4% dari total penjualan. Negara-negara tujuan ekspor perseroan adalah Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Australia, Korea Selatan, dan Timur Tengah.
Pasar yang disasar adalah WNI di negara-negara itu serta konsumen lokal. Selama ini, perseroan mengandalkan toko milik orang Indonesia, belum bekerja sama dengan ritel di negara tujuan ekspor. Untuk jangka panjang, pasar ritel dan konsumen lokal menjadi saluran distribusi dan pasar baru yang digarap Sido Muncul. Jika bisa menembus pasar negara mainstream seperti Singapura, Jepang, Korea, Australia, atau Amerika, produk herbal Indonesia lebih mudah menguasai pasar global.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada triwulan ketiga, penjualan Sido Muncul tumbuh 4,6% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Total penjualan perseroan sampai triwulan ketiga mencapai Rp1,8 triliun, sementara itu, sampai periode yang sama tahun lalu, total penjualan perseroan hanya tercatat Rp1,6 triliun.
Penjualan produk yang naik cukup signifikan adalah jamu herbal dan suplemen yang mencapai Rp1,106 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan produk-produk tersebut hanya tercatat Rp 885 miliar. Penjualan produk makanan dan minuman juga tumbuh dari Rp704 miliar sampai triwulan ketiga 2015 menjadi Rp723 miliar pada periode sama yang tahun ini.
Menurut analis Analis UOB Kay Hian Securities, Posmarito Pakpahan, ada yang menarik dari bisnis SIDO. Kuku Bima merupakan salah satu produk minuman berenergi dari SIDO.”Produk ini terlihat mengalami kenaikan volume penjualan pada awal tahun dan kenaikan ini ditenggarai lantaran semakin banyaknya proyek-proyek infrastruktur. Sementara, Kuku Bima banyak dikonsumsi oleh mereka yang merupakan para pekerja konstruksi," ujar Posmarito.
Jadi, bisa dibilang jika penjualan Kuku Bima memiliki korelasi positif dengan inflow proyek infrastruktur. Hal lain yang sepertinya juga menjadi perhatian bagi SIDO adalah, modernisasi sejumlah produk unggulannya seperti Tolak Angin dan Tolak Linu.
"Modernisasi yang dilakukan adalah dengan perubahan konsep kemasan. Cara ini juga ternyata cukup efektif setelah kemasan Tolak Linu dirubah, penjualannya mencapai 12 juta sachet sepanjang awal tahun ini, jauh melebihi target penjualan perseroan dimana kala itu targetnya hanya sekitar 4 juta sachet," papar Posmarito.
Sehingga, strategi untuk me-refresh awareness konsumen seperti ini sepertinya bakal kembali dilakukan. Tentunya, strategi ini juga dikombinasikan dengan peluncuran sekitar tiga atau empat produk baru tahun ini."Semua strategi itu masih dikombinasikan lagi oleh program cost reduction. Caranya, SIDO akan menaikkan utilisasi pabrik herbal dan energy drink yang selama ini masing-masing masih berada pada level 85% dan 55%," jelas Posmarito.
CATRA Indhira Law Firm selaku kuasa hukum Tony Trisno mengirimkan tiga surat resmi yang masing-masing ditujukan kepada Horométrie S.A. di…
Pengembangan infrastruktur gas berpotensi memerangkap Indonesia dalam berbagai konsekuensi, seperti krisis iklim, korupsi, hingga terjerat utang. Laporan terbaru dari debtWATCH…
Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…
Pengembangan infrastruktur gas berpotensi memerangkap Indonesia dalam berbagai konsekuensi, seperti krisis iklim, korupsi, hingga terjerat utang. Laporan terbaru dari debtWATCH…
Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…
Selalu jeli menangkap peluang menjadi kunci usaha untuk maju. Begitu juga yang dilakukan Diaz (35), pemilik toko Multi Jaya Electronic…