NERACA
Jakarta - Meskipun harga komoditas CPO belum bisa dipastikan akan kembali berjaya pada tahun depan, namun hal tersebut tidak membuat pesimistis bagi PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA). Emiten produsen kepala sawit optimistis menghadapi bisnis tahun depan mampu mengatungi penjualan lebih baik. Bahkan perseroan telah memproyeksikan penjualan selama 2017 tumbuh 20% year-on-year (yoy) menjadi Rp 7,5 triliun.
Adapun laba bersihnya bakal naik 30% (yoy) menjadi Rp 780 miliar. Tahun ini, TBLA mengharapkan penjualan tumbuh 13% (yoy) menjadi Rp 6 trililun, sementara laba bersihnya melonjak 205% (yoy) jadi Rp 600 miliar.”Kami optimistis target tercapai,”kata Presiden Direktur TBLA, Sudarmo Tasmin di Jakarta, kemarin.
Sudarmo mengklaim peningkatan bisnis terjadi di semua lini usaha, termasuk bisnis olahan kelapa sawit dan tebu. Kenaikan harga jual crude palm oil (CPO) pun mengerek margin keuntungan TBLA. Saat ini, kontribusi penjualan minyak goreng sawit atau olein menyumbang 29% total penjualan TBLA. Kemudian gula 28%, minyak inti sawit (PKO) 8%, biodiesel 8% dan CPO sebesar 6%. Sisanya berasal dari penjualan asam lemak kelapa sawit, tebu, biji sawit, bungkil sawit, mentega serta sabun cuci. ”Dari lini biodiesel juga lumayan menguntungkan, terakhir kami ada kontrak enam bulan suplai ke Pertamina 66.000 kiloliter di harga Rp 8.700 per liter,” ungkap Sudarmo.
TBLA juga terus memperbesar bisnis gula. Manajemen menargetkan pembangunan pabrik gula di Terbanggi Lampung masuk tahap commissioning akhir tahun ini dan beroperasi tahun depan. TBLA juga akan menambah kebun tebu di Lampung hingga 12 hektare. Pembangunan pabrik gula menelan investasi US$ 100 juta. Kapasitas produksinya mencapai 8.000 ton–12.000 ton per hari. TBLA juga memiliki pabrik gula rafinasi berkapasitas 216.000 ton per tahun.
Direktur Keuangan TBLA, Mawarti Wongso mengatakan, TBLA tahun depan mengalokasikan belanja modal senilai Rp 700 miliar–Rp 800 miliar. Dari jumlah itu, sebesar 70% digunakan untuk pemeliharaan kebun tebu dan kelapa sawit, sisanya untuk penanaman di lahan baru. ”Tahun depan, belanja modal kami tidak mencapai Rp 1 triliun seperti tahun ini,” kata Mawarti.
PT Tunas Baru Lampung Tbk memproduksi CPO dan produk turunannya dengan sebagian besar area operasi berada Sumatera bagian selatan dan Kalimantan Barat. TBLA merupakan bagian dari Sungai Budi Group, salah satu kelompok bisnis di Lampung. Pada tanggal 31 Maret 2016, pemegang saham perusahaan terdiri atas PT Sungai Budi (26,5%), PT Budi Delta Swakarya (27,8%), dan lain-lain, termasuk masyarakat(45,7%). TBLA memiliki area tanaman seluas 61.652 hektar (ha) yang terdiri dari 52.602 ha perkebunan kelapa sawit dan 8.970 ha perkebunan tebu. TBLA juga memiliki pabrik penyulingan gula dan saat ini sedang membangun pabrik gula baru di Lampung. (bani)
NERACA Jakarta- Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT PAM Mineral Tbk. (NICL) tengah siapkan akuisisi PT Sumber Mineral Abadi (SMA) guna mendongkrak…
NERACA Jakarta — Pasar IPO diyakini masih tumbuh meski di tengah kondisi pasar yang volatil dan bahkan pihak PT Bursa…
NERACA Jakarta -Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (19/5) sore ditutup menguat di tengah pelemahan…
NERACA Jakarta- Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT PAM Mineral Tbk. (NICL) tengah siapkan akuisisi PT Sumber Mineral Abadi (SMA) guna mendongkrak…
NERACA Jakarta — Pasar IPO diyakini masih tumbuh meski di tengah kondisi pasar yang volatil dan bahkan pihak PT Bursa…
NERACA Jakarta -Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (19/5) sore ditutup menguat di tengah pelemahan…