Hak anak-anak Papua masih belum sepenuhnya terpenuhi dan terlindungi. Salah satunya kekerasan yang terjadi di sekolah di mana seperti sudah menjadi kebiasaan bila seorang murid melakukan kesalahan maka guru menghukumnya dengan cara kekerasan. Baik itu fisik maupun verbal (ucapan).
Masih sering terjadinya kasus-kasus kekerasan di sekolah dengan dalih hukuman supaya sang murid tidak melakukan kesalahan lagi tentu mengundang keprihatinan banyak pihak. Pasalnya, cara tersebut disinyalir tidak membuat jera sang murid namun justru sebaliknya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pendidikan disiplin yang tegas tanpa adanya kekerasan. Nah, untuk mendukung upaya tersebut, PT Bank Central Asia Tbk kembali memberikan dukungan terhadap program ‘Pendidikan Ramah Anak’ yang digagas UNICEF Indonesia.
Pada tahun ini, terpilihlah Manokwari sebagai salah satu daerah percontohan dan pusat kegiatannya. BCA memberi bantuan pendidikan senilai Rp850 juta kepada UNICEF untuk Pendidikan Ramah Anak di Papua.
Kala ditemui di Menara BCA, Corporate Secretary BCA, Inge Setiawati menuturkan, penyerahan donasi serta kerja sama dengan UNICEF untuk membangun Pendidikan Ramah Anak di Papua merupakan bentuk wujud nyata kepedulian serta perhatian BCA untuk membangun lingkungan positif bagi putra-putri bangsa, khususnya yang berada di Papua.
"Kami fokus ke pengembangan pendidikan karakter, bukan fisik seperti bangun sekolah. Ini kali ketiga kami memberikan bantuan di Papua sejak tahun 2013. Sebelumnya bantuan serupa sudah disalurkan ke Wamena dan Jayapura. Kami berharap pengembangan Pendidikan Ramah Anak ini bisa berdampak positif ke depannya," ungkap Inge.
Lebih jauh wanita ayu berkacamata ini menyatakan dukungan penuhnya kepada UNICEF dalam berkontribusi terhadap pendidikan di Indonesia, khususnya Papua. Tak heran, kerja sama keduanya sudah terjalin cukup lama, yakni 15 tahun atau tepatnya sejak tahun 2000 silam.
Selama itu pula, BCA telah mendonasikan bantuan dana yang diambil dari program corporate social and responsibility (CSR) dengan total mencapai Rp7 miliar. “Budaya itu dimulai dari pendidikan anak-anak. Untuk itu, kami menggugah perusahaan atau yayasan atau individu untuk memberikan donasi untuk memajukan pendidikan di Indonesia,” paparnya.
Tiga Pilar
Tahun ini saja, sambung Inge, bank dengan kode emiten BBCA itu telah menyalurkan dana CSR sekitar Rp45 miliar. Itu pun meningkat sekitar 25% dibandingkan realisasi tahun lalu. Sementara rencana dana CSR BCA 2016 dipatok minimal naik 6%. “Dari total dana CSR kami tahun ini, 80% sudah tersalurkan hingga bulan Agustus. Itu termasuk sumbangan untuk Papua,” terang dia.
Meski begitu, Inge memberitahukan bahwa besarnya dana CSR dari setiap perusahaan tergantung dari total laba yang diperoleh. “Berhubung pertumbuhan ekonomi tahun ini rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun lalu, maka kami merencanakan dana CSR 2016 naik sekitar 6%. Ini lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan di tahun 2015,” tukasnya.
Konsistennya BCA terhadap kepedulian lingkungan sekitar, kata Inge lagi, lantaran memiliki tiga pilar dalam menjalankan misi. Ketiga pilar itu berupa pendidikan yang merupakan porsi paling besar mencapai 50%, sinergi yang termasuk kesehatan, budaya, olahraga, bencana mencapai 30% dan kelompok komunitas 20%.
“Kami percaya kontribusi kami akan membawa perubahan positif di sekolah dan masyarakat, sehingga anak-anak akan terlindungi dari segala bentuk kekerasan. Guru dan orangtua harus mengubah sikap mereka dan tidak menggunakan kekerasan dalam mendidik anak," tukas Inge.
Dalam program Pendidikan Ramah Anak, BCA dan UNICEF menghasilkan dua inovasi modul. Yakni modul sekolah yang aman dan kuat serta membangun masyarakat tangguh. Dalam modul sekolah yang aman dilakukan dengan pendekatan disiplin positif bagi guru sehingga diharapkan guru mampu mendisiplinkan para murid tanpa melakukan kekerasan fisik maupun verbal.
Terdapat pula modul membangun masyarakat tangguh merupakan modul pendidikan nonformal yang mengajarkan masyarakat mengenai pencegahan kekerasa, hak gender, kesehatan reproduksi, komunikasi dan kecakapan hidup. Tahun lalu, BCA dan UNICEF juga melakukan kerja sama untuk kegiatan pencegahan kekerasan di sekolah. [ardi]
Yudi Candra Pakar Membaca Wajah Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…
Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…
KCD Wilayah III Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…
Yudi Candra Pakar Membaca Wajah Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…
Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…
KCD Wilayah III Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…