Berdampak Emiten Manufaktur - Perlu Waspadai Penambahan Impor dari AS

NERACA

Jakarta - Ekonom Mirae Aset, Rully Arya Wisnubroto menilai, rencana pemerintah Indonesia untuk meningkatkan impor dari AS senilai US$ 18-19 miliar cukup berisiko menekan emiten manufaktur domestik. Sebab, bagian dari 'menu' negosiasi tersebut bakal berdampak langsung pada neraca perdagangan serta industri manufaktur nasional.“Kalau impor misalkan meningkat sampai US$ 18 miliar, ya pertama pasti impact-nya akan ada kepada trade balance kita. Jadi bisa dari tadinya surplus jadi ke defisit dan mungkin memang ini ada impact juga kepada produsen-produsen di dalam negeri terutama ya,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Dirinya menjelaskan, meski Indonesia tidak terlalu banyak mengimpor produk otomotif dari AS karena selama ini lebih banyak bergantung pada China, namun sektor manufaktur berbasis bahan kimia dan bahan baku diperkirakan akan paling terdampak. Tak hanya dari sisi peningkatan impor AS, Rully juga mengingatkan ancaman banjir barang dari China ke pasar Indonesia seiring tertutupnya akses ekspor China ke AS akibat perang tarif.

Kondisi ini bisa memperparah tekanan terhadap industri manufaktur dalam negeri.“Ketika China itu ekspornya tertutup ke AS, itu (ekspor) akan beralih ke Indonesia sepertinya. Jadi saya rasa manufaktur itu sih yang harus diperhatikan impact-nya,” katanya.

Selain soal impor, negosiasi antara pemerintah Indonesia dan AS juga menyentuh soal pelonggaran aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang selama ini menjadi syarat dalam impor, termasuk di sektor teknologi dan industri manufaktur.

Rully juga mewanti-wanti relaksasi TKDN yang dapat berdampak negatif terhadap pemasok lokal, terutama produsen komponen skala menengah dan kecil.“Kalau TKDN sendiri itu mungkin impact-nya akan mengganggu supplier manufaktur dari Indonesia sebenarnya ya. Kalau emiten-emiten besar itu juga saya rasa beberapa mungkin kalau misalnya di otomotif mungkin enggak akan banyak. Mungkin dari sisi produsen untuk barang-barang komponen-komponennya itu yang mungkin akan bisa terdampak,”jelasnya.

Adapun Pemerintah Indonesia mengirimkan delegasi ke Washington D.C., AS, yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, didampingi Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, beserta jajaran menteri dan kepala lembaga lain.

BERITA TERKAIT

Sengketa Jam Tangan Rp80 Miliar - Kuasa Hukum Kirim Surat ke Richard Mille dan Kedubes Swiss

CATRA Indhira Law Firm selaku kuasa hukum Tony Trisno mengirimkan tiga surat resmi yang masing-masing ditujukan kepada Horométrie S.A. di…

Menjerumuskan Indonesia Dalam Utang Merugikan - Dibalik Geliat Infrastruktur LNG

Pengembangan infrastruktur gas berpotensi memerangkap Indonesia dalam berbagai konsekuensi, seperti krisis iklim, korupsi, hingga terjerat utang. Laporan terbaru dari debtWATCH…

Dibalik Renyahnya Kripik Paswal - Ibu-Ibu Hebat Wujudkan Keterbatasan Jadi Kekuatan

Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sengketa Jam Tangan Rp80 Miliar - Kuasa Hukum Kirim Surat ke Richard Mille dan Kedubes Swiss

CATRA Indhira Law Firm selaku kuasa hukum Tony Trisno mengirimkan tiga surat resmi yang masing-masing ditujukan kepada Horométrie S.A. di…

Menjerumuskan Indonesia Dalam Utang Merugikan - Dibalik Geliat Infrastruktur LNG

Pengembangan infrastruktur gas berpotensi memerangkap Indonesia dalam berbagai konsekuensi, seperti krisis iklim, korupsi, hingga terjerat utang. Laporan terbaru dari debtWATCH…

Dibalik Renyahnya Kripik Paswal - Ibu-Ibu Hebat Wujudkan Keterbatasan Jadi Kekuatan

Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…