Pefindo Sematkan Peringkat Obligasi PPRO BB-

NERACA

Jakarta- PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat Obligasi Berkelanjutan II milik PT PP Properti Tbk. (PPRO) dengan idBB- atau Double B Minus.  Informasi tersebut disampaikan Pefindo dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Direktur Utama Pefindo, Irnawati dan Direktur Pefindo, Hendro Utomo menjelaskan kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang tersebut mudah terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan, yang akan dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang "Efek utang dengan peringkat idBB mengindikasikan parameter proteksi yang sedikit lemah dibandingkan dengan efek utang Indonesia lainnya," ungkap keduanya.

Sebagai informasi, Pefindo memberikan peringkat untuk Obligasi Berkelanjutan II Tahap I Seri B Tahun 2020 milik PT PP Properti Tbk. senilai Rp47,9 miliar untuk periode 12 Agustus 2024-27 Februari 2025. Obligasi ini jatuh tempo pada 27 Februari 2025. Lalu, untuk Obligasi Berkelanjutan II Tahap IV Seri B Tahun 2022 milik PT PP Properti Tbk. senilai Rp163,5 miliar untuk periode 12 Agustus 2024-14 Januari 2025. Obligasi tersebut jatuh tempo pada 14 Januari 2025.

Selanjutnya, Obligasi Berkelanjutan II Tahap III Seri B Tahun 2021 milik PT PP Properti Tbk. senilai Rp164 miliar untuk periode 12 Agustus-2 September 2024. Obligasi tersebut jatuh tempo pada 2 September 2024.  Pefindo juga memutuskan memberikan peringkat idBB- atau Double B Minus dengan negative outlook ke PPRO untuk periode 12 Agustus 2024 sampai dengan 1 Agustus 2025. 

Pefindo menjelaskan, obligor dengan peringkat idBB memiliki kemampuan yang sedikit lemah untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dibandingkan obligor-obligor Indonesia lainnya. "Obligor menghadapi ketidakpastian yang terus berlanjut atau terpengaruh oleh pemburukan bisnis, keuangan atau kondisi ekonomi yang dapat berakibat kepada ketidakmampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangannya,"ujarnya.

Sebagai informasi, PP Properti di semester pertama 2024 masih negatif. Dimana anak usaha PTPP ini masih  merugi sebesar Rp459,57 miliar atau membengkak 1.135% dari rugi Rp37,21 miliar pada periode yang sama 2023. Perseroan menjelaskan, kerugian disebabkan antara lain oleh, beban keuangan yang melonjak 785,79% jadi Rp463,58 miliar pada semester I 2024, dari Rp52,33 miliar pada semester I 2023. Beban keuangan yang melambung mengakibatkan emiten BUMN di bidang properti itu menderita rugi sebelum pajak sebesar Rp461,33 miliar pada semester I 2024, membengkak 1.246% dari Rp34,26 miliar pada semester I 2023.

Selain dipicu oleh kenaikan beban keuangan, kerugian PPRO juga disebabkan oleh pendapatan bersih Perseroan yang anjlok 36% menjadi Rp189,81 miliar pada semester I 2024 dari Rp296,75 miliar pada semester pertama 2023. Penyumbang terbesar kemerosotan pendapatan PPRO semester pertama 2024 adalah  penjualan realti (apartemen dan tanah) yang anjlok 43,3% jadi Rp109,27 miliar, dari Rp192,77 miliar. Sementara pendapatan properti turun 22,5% jadi Rp80,54 miliar, dari Rp103,98 miliar.

BERITA TERKAIT

Dukung Ketahanan Pangan - Progres Proyek Bendungan Manikin Lebihi Target

NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan proyek pembangunan Bendungan Manikin Paket 2 yang berlokasi di Kabupaten Kupang,…

Daya Beli Masyarakat Melemah - Astra Pangkas Belanja Modal Jadi Rp25 Triliun

NERACA Jakarta – Mempertimbangkan melemahnya daya beli masyarakat dan perlambatan ekonomi global menjadi alasan PT Astra International Tbk (ASII) memangkas…

Cipta Sarana Medika Bidik Laba Tumbuh 191%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten rumah sakit PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH)…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Dukung Ketahanan Pangan - Progres Proyek Bendungan Manikin Lebihi Target

NERACA Jakarta - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melaporkan proyek pembangunan Bendungan Manikin Paket 2 yang berlokasi di Kabupaten Kupang,…

Daya Beli Masyarakat Melemah - Astra Pangkas Belanja Modal Jadi Rp25 Triliun

NERACA Jakarta – Mempertimbangkan melemahnya daya beli masyarakat dan perlambatan ekonomi global menjadi alasan PT Astra International Tbk (ASII) memangkas…

Cipta Sarana Medika Bidik Laba Tumbuh 191%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten rumah sakit PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH)…