Balapan Harga

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

Presiden Jokowi memberi pengarahan agar pejabat negara-ASN tidak menggelar buka bersama selama ramadhan yang di tahun ini bersamaan antara NU dan Muhammadiyah dimulai pada Kamis 23 Maret kemarin. Di sisi lain, arahan tersebut juga diharapkan bisa meredam ancaman laju inflasi musiman selama ramadhan – lebaran. Jika dicermati, laju inflasi musiman, tidak saja ramadhan - lebaran tapi juga nataru dipicu faktor subjek dan objek. Oleh karena itu, antisipasi ancaman inflasi laju musiman ramadhan – lebaran dan nataru harus dipetakan antara faktor subjek dan objek.

Selaras dengan pengarahan dari Presiden Jokowi bahwa identifikasi inflasi ramadhan – lebaran ternyata ada beberapa faktor objek yang terlibat dari ancaman inflasi musiman selama ramadhan – Idul Fitri, yaitu pertama: faktor pasokan. Hal ini tidak terlepas dari keterlibatan faktor subjek. Artinya, konsumerisme faktor subyek yang tidak sebanding dengan tingginya pasokan memicu lonjakan harga dan ini dijelaskan dalam teori demand - supply.

Oleh karena itu, seharusnya dengan tingginya permintaan pada ramadhan maka pasokan harus juga dipacu hingga titik keseimbangannya tidak berubah yang memacu inflasi. Fakta lonjakan harga ramadhan-Idul Fitri mencapai kisaran 10%-30% dan ini tidak wajar karena dengan tambahan pasokan maka inflasi musiman yang wajar sekitar 3%.

Kedua: faktor objek lainnya adalah operasi pasar. Pemerintah memang tidak diam dari kasus inflasi musiman selama ramadhan – Idul Fitri. Bahkan, operasi pasar juga rutin dilakukan untuk mereduksi laju inflasi. Selain itu, sejumlah pihak yang melibatkan juga masyarakat melakukan pasar murah dengan paket sembako yang terjangkau daya beli. Ironisnya, itu semua tetap tidak bisa mengontrol lonjakan harga yang berdampak serius terhadap tekanan daya beli, terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah.

Apakah pemerintahan juga perlu mengeluarkan kartu sakti lain demi mengontrol lonjakan inflasi musiman ramadhan – Idul Fitri? Terkait ini, berbagai sidak yang dilakukan dinas terkait ternyata juga tidak mampu meredam gejolak harga. Problem inflasi musiman sejatinya tidak hanya ramadhan – lebaran tapi juga nataru meski fluktuasinya tidak terlalu tinggi.

Ketiga: faktor objek yang sering menjadi kambing hitam adalah pedagang. Seringkali tudingan spekulan atau penimbun sembako ditujukan kepada para pedagang. Padahal, pedagang juga berkepentingan untuk mendapatkan jaminan pasokan barang untuk bisa memenuhi permintaan pasar. Artinya, lonjakan harga dengan dalih permainan spekulan atau pedagang tidak mendasar karena mata rantai dari pasokan sembako tidak hanya dari pedagang, tetapi juga produsen dan distribusi. Oleh karena itu, harus diurai setiap faktor penyebabnya sehingga pedagang tidak selalu menjadi kambing hitam.

Keempat: faktor objek yang tidak kalah pentingnya adalah distribusi. Tidak dipungkiri bahwa distribusi terkait infrastruktur, terutama jalan. Ketika jalan tersendat kemacetan maka pasokan terhambat dan akibatnya terjadi lonjakan harga di pasar. Oleh karena itu, pemerintah melalui departemen dan instansi terkait perlu untuk melakukan perubahan jadwal perbaikan infrastruktur jalan bukan menjelang ramadhan – Idul Fitri, tetapi jauh hari sebelumnya. Ironisnya, dengan dalih memperlancar arus mudik – balik, pemerintah justru lebih senang untuk melakukan perbaikan infrastruktur jalan menjelang ramadhan.

Kelima: faktor objek yang juga perlu diperhatikan adalah regulasi yang mengikat untuk tingkat pusat dan daerah. Terkait ini, Perpres no 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Harga Kebutuhan Pokok dan Barang Penting memang menjadi alat yang penting untuk memantau, mengontrol dan mereduksi ancaman inflasi selama ramadhan – Idul Fitri. Meski demikian, keterlibatan pemerintah daerah juga perlu untuk memantau fluktuasi harga sembako.

Oleh karena itu, pembentukan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) perlu ditindaklanjuti agar masyarakat tidak terbebani inflasi musiman, terutama selama ramadhan – Idul Fitri. Artinya, sinergi antara faktor subjek - objek sangat penting agar ancaman inflasi musiman ramadhan – Idul Fitri tidak memicu sentimen dan pengarahan Presiden Jokowi agar pejabat negara – ASN tidak menggelar buka bersama hanya salah satu peran penting subjek untuk meredam ancaman inflasi musiman ramadhan - lebaran.

BERITA TERKAIT

Pembangunan IKN Terus Berlanjut Pasca Pemilu 2024

  Oleh: Nana Gunawan, Pengamat Ekonomi   Pemungutan suara Pemilu baru saja dilakukan dan masyarakat Indonesia kini sedang menunggu hasil…

Ramadhan Momentum Rekonsiliasi Pasca Pemilu

Oleh : Davina G, Pegiat Forum Literasi Batavia   Merayakan bulan suci Ramadhan  di tahun politik bisa menjadi momentum yang…

Percepatan Pembangunan Efektif Wujudkan Transformasi Ekonomi Papua

  Oleh : Yowar Matulessy, Mahasiswa PTS di Bogor   Pemerintah terus menggencarkan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Papua. Dengan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan IKN Terus Berlanjut Pasca Pemilu 2024

  Oleh: Nana Gunawan, Pengamat Ekonomi   Pemungutan suara Pemilu baru saja dilakukan dan masyarakat Indonesia kini sedang menunggu hasil…

Ramadhan Momentum Rekonsiliasi Pasca Pemilu

Oleh : Davina G, Pegiat Forum Literasi Batavia   Merayakan bulan suci Ramadhan  di tahun politik bisa menjadi momentum yang…

Percepatan Pembangunan Efektif Wujudkan Transformasi Ekonomi Papua

  Oleh : Yowar Matulessy, Mahasiswa PTS di Bogor   Pemerintah terus menggencarkan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Papua. Dengan…