Memasuki Panen Raya, Bulog Diminta Stop Impor Beras

NERACA

Jakarta - Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana melakukan impor beras untuk memenuhi stok cadangan beras pemerintah sebanyak 1,2 juta ton hingga akhir tahun 2022. Karena stok yang tersisa hanya 426.573 ton. Kendati demikian, bulan Januari 2023 mendatang sejumlah daerah di Indonesia akan memasuki panen raya besar.Untuk itu, Bulog diminta untuk stop atau membatalkan wacana impor beras.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Tauhid menyayangkan Bulog apabila tetap melakukan impor beras. Pasalnya, impor beras hanya akan membuat harga di tingkat petani rendah, karena sebentar lagi Indonesia akan memasuki panen raya. “Januari sudah mulai panen raya, walaupun tidak seluruh tempat. Apabila impor dilakukan, maka harga padi di tingkat petani akan jatuh. Ini yang saya khawatir. Justru petani banyak dirugikan karena harga akan jatuh,” ujar Tauhid dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (29/11) 

Menurut dia, rata-rata serapan Bulog selama ini terbilang rendah. Bulan Januari misalnya hanya mampu diserap 8.000 ton dan paling tinggi terjadi di bulan April dengan serapan 200.000 ton lalu terus turun jadi 138 pada bulan Juni dan di bulan November hanya sekitar 93.000 ton. “Kalau saya lihat memang masalahnya pada saat panen raya kemarin. Di bulan April, Mei sampai Juni itu pengadaannya tidak maksimal sehingga jumlahnya tidak memenuhi yang diisyaratkan. Harusnya Bulog bisa menyerap lebih banyak tapi realisasinya jauh lebih sedikit,” ujarnya lagi.

Tauhid mengatakan, apabila melihat data yang ada, realisasi ketahanan pangan dari sisi masyarakat relatif baik. Misalnya beras di masyarakat itu masih ada sekitar 3,3 juta ton, di mana beras di masyarakat 1,48 ton, di penggilingan 800.000 ton, di pedagang 600.000 ton, di horeka (hotel, restoran, kafe, Red) 300.000 ton dan di Pasar Induk Cipinang sekitar 40.000 ton. “Jadi menurut saya masih relatif aman. Jadi tidak perlu melakukan impor karena kuota kita masih ada,” katanya.

Adapun terkait beda data anatara Bapanas, Bulog dan Kementan, Tauhid meminta agar ada komunikasi yang baik antar instansi pemerintah. Dia yakin, data yang ada selama ini adalah data tunggal yang bisa dipertanggungjawabkan.“Data yang ada ini sebenarnya data tunggal. Komunikasi perlu ditingkatkan karena ada hal yang jauh lebih penting yaitu menjaga inflasi,” jelasnya.

Senada, Ketua Umum Perkumpulan Penggiling Padi dan Pengusaha Beras atau Perpadi, Sutarto Alimoeso, impor seharusnya dilakukan pada saat yang tepat. "Sekarang ini bagaimana mengatur untuk menahan harga beras dalam waktu satu sampai dua bulan ini. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengeluarkan stok pemerintah," ujar Sutarto.

Dengan demikian, menurut Sutarto, pemerintah seharusnya melepas cadangan berasnya untuk mengisi kekurangan pasokan beras yang tersendat di pasaran pada saat ini. Impor seharusnya menjadi opsi terakhir jika nantinya stok beras di lapangan benar-benar sudah menipis.

Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor sekaligus Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi (AB2TI), Dwi Andreas, mengatakan rencana impor beras Bulog tidak akan bermanfaat jika dilakukan sekarang. Dimana, impor membutuhkan waktu dua sampai tiga bulan. Jika impor dieksekusi saat ini, kemungkinan beras akan tiba pada Februari 2023. Sementara di Maret 2023, petani mulai panen raya."Impor beras jumlahnya memang kecil, tapi berdampak psikologis sehingga harga akan jatuh," ujarnya.

Kendati demikian, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) mengatakan, pihaknya sudah menyetujui rencana Perum Bulog untuk mengimpor beras agar stoknya terpenuhi. Dengan begitu, kata dia, kapanpun Bulog akan mengimpor bisa segera dieksekusi jika diperlukan. 

"Kalau diperlukan, segera! Persetujuannya sudah, masuknya kapan saja, anytime. Jadi kalau diperlukan Bulog hari ini, besok, lusa, sudah bisa. Kami kasih kapan saja, jadi kalau enggak bisa memenuhi 6 hari itu, silahkan (impor) mau satu hari, setelah itu mau dua hari silahkan," ujar Mendag Zulhas.

Zulhas menilai, pasokan beras di gudang Bulog memang sangat diperlukan lantaran tugas Bulog menjaga stabilitas harga dan pasokan. Apa lagi, lanjut dia, kenaikan harga beras sangat besar pengaruhnya pada peningkatan inflasi. "Karena gini beras itu kalau naik Rp 10 itu pengaruhnya terhadap inflasi 3 koma lebih 3,3-3,6 persen. Jadi kalau cabai, bawang naik itu cuman 0,1 tapi kalau beras naik Rp 5, inflasi naik 3,6 jadi besar sekali," tandasnya. agus

 

 

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…