Oleh: Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute (Namarin)
Broker kapal Barry Rogliano Salles (BRS) baru-baru ini mengenalkan satu istilah baru yang dimuat dalam laporan terbaru firma asal Prancis itu dan kemudian dikutip oleh portal berita kemaritiman internasional Splash 247. Istilah itu adalah shadow tanker. Hal ini merujuk kepada kapal-kapal yang sudah lumayan uzur umurnya, di atas 20 tahun. Lebih lanjut, kapal jenis ini ditaksir berjumlah sekitar 260 lebih saat ini. Pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina disebut oleh firma tersebut menaikkan jumlah armada “tanker bayang-bayang” hingga ke angka 400-an. Kapal yang baru bergabung itu sedikit-banyak terhubung dengan Rusia.
Berdimensi mulai dari 34.000 deadweight ton (DWT) ke atas, shadow tanker, masih menurut BRS, telah dipergunakan dalam beberapa tahun belakangan mengangkut minyak Venezuela dan Iran yang diembargo oleh AS dan Uni Eropa. Walaupun kapal-kapal Rusia yang disebut di muka tidak dikenakan sanksi langsung, tetapi tetap saja mereka tidak bisa bersandar di berbagai pelabuhan di negara-negara yang mendukung sanksi terhadap Iran dan Venezuela; bak frasa ‘tidak diterima bumi, ditolak langit’ alias bergentayangan. Inilah sebab mengapa jumlah tanker bayang-bayang disebut BRS bertambah populasinya.
Itu artinya, kriteria kedua sebuah kapal pengangkut minyak digolongkan sebagai shadow tanker adalah terlibat dalam pengangkutan minyak negara-negara yang diembargo oleh Paman Sam dan sekutunya Uni Eropa. Soal bendera kapal bisa dari mana saja, tidak mesti dimiliki oleh Iran dan Venezuela. Sementara itu, bila dilihat dari dimensi kapal, berukuran mulai dari 34.000 DWT, dapat dipastikan mereka bertipe Handysize. Fenomena kapal bayang-bayang ini menarik diangkat karena memiliki implikasi yang cukup luas bagi keberadaan bisnis pelayaran BBM mondial, termasuk Indonesia.
Pasalnya, jumlah kapal Handysize yang terlibat di sektor ini lumayan besar. Seperti dilansir BRS di muka, ada sekitar 260 unit lebih (ini lebih-kurang 7,6% dari armada eksisting) dan bila ditambah kapal-kapal yang terkait dengan pengapalan minyak Rusia, maka total armada ini berkisar 400 biji. Atau, 9,4% dari keseluruhan armada Handysize.
Adapun implikasi yang cukup luas yang saya singgung sebelumnya itu seperti berikut ini maksudnya. Kapal tanker ukuran Handysize merupakan pengangkut utama minyak yang sudah disuling (product tanker) dari refinery ke fasilitas atau kilang BBM milik pembeli. Sekadar pembanding, kapal pengangkut minyak mentah dikenal dalam bisnis pelayaran dengan istilah crude tanker dan biasanya kapasitasnya jumbo, antara 1-2 juta ton. Adapun DWT-nya berkisar di angka 300-400 ribu bahkan bisa jadi lebih. Kapal-kapal ini disebut juga ultra large crude carrier/ULCC. Kapal ini pola operasinya bergerak dari sumur-sumur pengeboran ke refinery.
Negara-negara pengimpor BBM amat sangat tergantung dengan keberadaan armada tanker Handysize. Kapal-kapal ini bisa dengan relatif mudah bersandar di pelabuhan mereka yang dari sisi kedalaman kolam dermaga terhitung dangkal. Bagi negara yang perairannya dianugerahi kedalaman alami yang cukup dalam, tentu BBM diantarkan oleh kapal yang lebih besar kapasitasnya. Negara dengan karakter seperti itu di kawasan Asia Tenggara adalah Singapura. Makanya, negeri jiran ini menjadi hub atau sentral kegiatan jual-beli BBM serantau. Indonesia pun bergantung dengan Negeri Singa dalam pengadaan BBM dalam negeri.
Biasanya, pembelian BBM oleh kita dari sana diangkut dengan kapal-kapal tanker Handysize. Muatan ini selanjutnya ditimbun di tangki-tangki BBM nasional yang berada di beberapa provinsi dan selanjutnya disalurkan ke berbagai SPBU di seluruh nusantara. Lagi, kargo ini dikapalkan dengan tanker bertipe sama. Kegiatan distribusi BBM di dalam negeri itu telah memberikan penghidupan kepada perusahaan-perusahaan pelayaran domestik.
Kembali ke laptop. Kini, kapal-kapal pengangkut BBM berjenis Handysize digolongkan, paling tidak oleh BRS, sebagai shadow tanker. Karena menggunakan kata/diksi shadow, terkesan kelam, gelap, jahat dan makna sejennis lainnya. Padahal, tidak ada yang salah dengan bisnis pengangkutan BBM. Semuanya legal. Komoditas itu dibeli oleh pembelinya dengan harga tertentu dan dibayar sesuai. Bukan dirampok. Ia menjadi shadowy karena sanksi sepihak yang dijatuhkan oleh AS dan sekutunya kepada minyak produksi Iran dan Venezuela. Entahlah.
Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Situasi perekonomian global sedang mengalami tekanan yang berat, terutama dipicu oleh kebijakan…
Oleh: Febri Hendri Antoni Arief Juru Bicara Kementerian Perindustrian Kondisi industri manufaktur di dalam negeri terbukti menghadapi pukulan berat dari…
Oleh: Pande K. Trimayuni Ketua Forum Komunikasi Alumni (FOKAL) UI Barusan saya membaca kiriman artikel di sebuah WA group…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Situasi perekonomian global sedang mengalami tekanan yang berat, terutama dipicu oleh kebijakan…
Oleh: Febri Hendri Antoni Arief Juru Bicara Kementerian Perindustrian Kondisi industri manufaktur di dalam negeri terbukti menghadapi pukulan berat dari…
Oleh: Pande K. Trimayuni Ketua Forum Komunikasi Alumni (FOKAL) UI Barusan saya membaca kiriman artikel di sebuah WA group…