Badai sitokin pada pasien Covid-19 sebagian besar terjadi pada orang dengan gejala berat dan kritis. Dokter spesialis penyakit dalam Ceva Wicaksono menyebut hampir semua pasien Covid-19 yang mengalami masa kritis diterpa .
"Lima persen pasien Covid-19 itu alami kritis, nah 95 persen dari yang lima persen ini mengalami badai sitokin," kata Ceva saat memberi keterangan melalui kanal YouTube PB IDI terkait 'Bagaimana Cara Agar Terhindar Dari Badai Sitokin'
Menurut Ceva, kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia dan penyakit bawaan atau komorbid. Selain itu, Ceva mengatakan tak semua pasien Covid-19 yang mengalami kelainan sitokin masuk dalam kategori badai atau parah. Ada pula yang hanya sebatas riak hingga gelombang.
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab sitokin diproduksi secara berlebihan hingga menyerang organ tubuh. Respons imun disebut sebagai salah satu pemicu kondisi ini. Badai sitokin dalam tubuh dapat diketahui dengan munculnya sejumlah gejala seperti demam dan sesak napas.
"Pas sudah tinggi pasti terasa. Demam, sesak, mungkin kalau monitor di saturasi makin turun atau kemudian dia alami serangan jantung karena penggumpalan darah. Itu bisa ditebak sitokin tinggi," tutur Ceva.
Untuk saat ini, Ceva menyebut sebagian besar pasien yang mengalami badai sitokin cenderung bisa diatasi. Hampir 60 persen pasien yang mengalami badai sitokin bisa disembuhkan kembali. Saat pasien Covid-19 mengalami badai sitokin penanganan paling pertama yang dilakukan tenaga medis adalah memberi beberapa macam obat hingga proses transfusi darah. "Kadang harus cuci darah dengan plasma exchange atau cuci darah beneran. Atau kita bisa menggunakan obat anti atau pengatur imun. Atau menggunakan obat penangkal kekebalan seperti steroid. Itu untuk sel-sel kekebalan agar lebih tenang," kata dia.
Dia juga menganjurkan agar pasien Covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri bisa mengenali gejala dan respon tubuhnya sendiri. Jika merasa mengalami penurunan kondisi segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit. "Banyak minum vitamin bisa meredakan reaksi imunitas kita. Konsumsi vitamin D mineral, zink itu yang bisa redam sedikit peningkatan sitokin," tutur Ceva.
Badai sitokin merupakan suatu kondisi yang berbahaya pada pasien Covid-19. Kenali apa itu badai sitokin, gejala badai sitokin, dan pengobatannya. Apa itu badai sitokin? Badai sitokin dikenal juga dengan cytokine storm. Sitokin adalah protein pembawa pesan pada sistem kekebalan tubuh. Saat virus corona SARS-CoV2 menyerang tubuh, sel darah putih akan merespons dengan memberikan pesan melalui produksi sitokin.
Pada kondisi normal, sitokin akan bergerak menuju jaringan yang terinfeksi, misalnya paru-paru dan bekerja sama dengan sel darah putih untuk melawan virus. Namun, kondisi ini akan berbeda saat badai sitokin terjadi.
Badai sitokin adalah kondisi saat tubuh terus menerus memproduksi sitokin sehingga kerja sitokin pun tak terkendali. Alih-alih melawan virus, badai sitokis justru menyerang organ atau jaringan. Padahal virus sudah mati atau tak ada di tubuh. Inilah yang menjadi alasan badai sitokin kerap terjadi saat seseorang dinyatakan sudah sembuh dari Covid-19. Alhasil, organ pun rusak dan kondisi pasien pun dengan cepat memburuk. Sitokin bisa memicu kematian sel dan organ. Pada kasus Covid-19, organ yang rusak umumnya adalah paru-paru dan bisa menyebabnyakan kebocoran paru, pneumonia dan kekurangan oksigen dalam darah. Kondisi ini akan meningkatkan risiko kematian pada orang orang yang terkena badai sitokin.
"Karenanya, pasien yang terkena badai sitokin memiliki angka kematian yang tinggi di atas 50 persen," kata Dokter Spesialis Paru Erlang Samoedro
Dokter Spesialis Paru Erlang Samoedro mengatakan, gejala badai sitokin pada pasien Covid-19 umumnya sama seperti gejala infeksi Covid-19. Namun, gejala pada badai sitokin akan jauh lebih berat. "Sebenarnya gejalanya sama saja seperti gejala Covid-19 pada umumnya, sesak napas, demam, tapi ini lebih parah," kata Erlang
Pengobatan Badai Sitokin
Erlang menjelaskan terapi atau pengobatan pasien dengan badai sitokin masih dalam penelitian. Biasanya, dokter akan memberikan pengobatan sesuai gejala yang timbul. Tingkat gejala yang parah sering kali membuat pasien dengan badai sitokin membutuhkan ventilator. Jika pasien mengalami demam, maka akan diobati demamnya, begitu juga jika pasien mengalami kesulitan bernapas, maka akan dipakaikan ventilator.
Bibir sumbing adalah deformitas atau kelainan yang terjadi ketika bibir atau langit-langit mulut tidak terbentuk sempurna saat masa kehamilan. Sebagai informasi,…
Kanker kolorektal yang mencakup kanker usus besar dan rektum, dulu sering dikaitkan dengan usia lanjut, namun dalam beberapa tahun terakhir,…
Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Indonesia dr. S. Dian Rachmawati Sp.GK membagikan kiat mencegah penyakit umum atau common illness yang…
Bibir sumbing adalah deformitas atau kelainan yang terjadi ketika bibir atau langit-langit mulut tidak terbentuk sempurna saat masa kehamilan. Sebagai informasi,…
Kanker kolorektal yang mencakup kanker usus besar dan rektum, dulu sering dikaitkan dengan usia lanjut, namun dalam beberapa tahun terakhir,…
Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Indonesia dr. S. Dian Rachmawati Sp.GK membagikan kiat mencegah penyakit umum atau common illness yang…