Mentan SYL Rangkul Eksportir Pacu Ekspor Tiga Kali Lipat

Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) bersama eksportir optimis dapat memacu ekspor produk pertanian hingga tiga kali lipat.

NERACA

Sesuai dengan komitmen pemerintah untuk terus memcau ekspor demi menggerakan ekonomi maka Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan hal tersebut Kali ini, pria yang akrab disapa SYL ini melepas ekspor pakan ternak (pellet) yang merupakan produk olahan gandum ke Filipina sebanyak 7.700 ton, nilainya mencapai Rp 132 miliar di Dermaga 1, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Divisi Bogasari, Jakarta Utara.

"Ini kita buktikan Indonesia sebagai negara besar memiliki potensi pangan yang menjanjikan sehingga besok kehidupan kita harus lebih baik dari apa yang dicapai sampai hari ini. Oleh karena itu, Kementan dengan pihak Bogasari memiliki tekad yang sama bisa melakukan sesuatu yang langsung berkontribusi terhadap kesejahteraan rakyat dan kejayaan bangsa ke depan,” ucap SYL.

Ekspor tersebut, menurut mantan Gubenur Sulawesi Selatan itu sebagai salah satu bukti bahwa tidak semua gandum itu menjadi sesuatu yang kebutuhannya hanya untuk impor. Faktanya, Indonesia mampu melakukan reekspor dan ini sudah dibuktikan dengan 50 kapal nilainya Rp 1 triliun lebih dan yang diekspor hari ini merupakan kapal yang ke 50 sebanyak 7.700 ton, nilainya Rp 132 miliar yang diberangkatkan ke Filipina.

"Oleh karena itu, kegiatan ekspor seperti ini harus di-enginering terus sehingga lonjakan ekspor harus tiga kali lipat dari kondisi ekspor saat ini. Tentu saja Kementan bersama pelaku usaha terus melakukan upaya-upaya baik diplomasi bisnis dengan pihak luar negeri maupun kesiapan-kesiapan internal," tegas SYL.

Lebih lanjut SYL mengatakan Kementan bersama seluruh jajaran termasuk Pemerintah Daerah (Pemda) siap mendukung untuk mengambil bagian. Sebab, ada hal lain bahwa gandum itu tidak hanya dari impor saja dan ternyata dipakai menjadi terigu tapi terigu itu diolah menjadi biskuit dan olahan pangan lainya yang diekspor.

“Seperti itulah cara berpikir kita, kita boleh impor dan impor tidak haram apabila dengan segala daya dan upaya kalau memang tidak ada lagi kemampuan kita dalam negeri. Tetapi impor tidak hanya impor, tapi harus bisa menganginering kehidupan agar lebih baik,” terang SYL.

Meski begitu, SYL menekankan ke depan pihaknya harus menyiapkan kemampuan untuk memproduksi pangan sendiri atau mandiri secara bertahap. Dengan demikian, Indonesia semakin memperkuat ekspor sehingga tidak banyak membicarakan impor saja, tetapi justru ekspor.

“Kita buktikan ekspor. Bulan Maret nanti akan ada lagi ekspor secara besar-besaran untuk kepentingan lonjakan ekspor yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Semakin kita gencar ekspor, semakin banyak yang bisa dilakukan,” tandas SYL.

Sementara itu, Direktur Indofood, Fransiscus Welirang, selaku eksportir mengatakan ekspor Wheat Bran Pellet oleh Bogasari ke Filipina sampai November 2019 sudah mencapai 58 ribu ton atau senilai hamper Rp 158 miliar. Belum lagi ekspor ke negara lain seperti Jepang, Vietnam, Korea, Thailand, Cina, Timur Tengah.

“Jadi sampai bulan November 2019, diperkirakan total ekspor produk pakan ternak oleh Bogasari akan mencapai 273 ribu ton atau senilai hamper Rp 726 miliar,” ucap Fransiscus.

Terbukti, berdasarkan catatan Fransiscus, bahwa sampai dengan September 2019, nilai ekspor industri terigu nasional dari aneka produk turunan sudah mencapai Rp 9 triliun. Produk yang diekspor antara lain berupa tepung terigu, by product atau dedak gandum, dan aneka produk turunan seperti pasta, mie instan, biscuit, cake, pastry dan masih banyak lagi.

Tidak hanya itu, berdasarkan data APTINDO, nilai ekspor yang paling besar berasal dari aneka produk turunan berbahan dasar tepung terigu seperti pasta, biscuit, mie instan, coke, wafer, pastry dan lain-lain. Adapun Negara tujuan ekspor tersebut antara lain Singapura, Myanmar, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Thailand, Cina dan lain-lain. Tergantung jenis produk yang diekspor.

“Jadi kalau melihat data APTINDO  sampai September 2019, nilai ekspor seluruh produk pangan turunan berbasis tepung terigu secara nasional senilai Rp 7,8 triliun. Produk turunan yang diekspor tersebut dihasilkan oleh berbagai perusahaan industri berbasis tepung terigu,” tutur Franky.

Artinya menurut Franky, meski industri terigu nasional menggunakan bahan baku impor berupa gandum tapi tetap berkomitmen untuk melakukan ekspor dalam berbagai produk. Bahkan untuk tahun 2019 ini, walaupun situasi ekonomi global kurang baik tapi volume ekspor cukup terjaga dan tidakmenurun drastis.

“Keberadaan sektor industri terigu nasional juga ikut mendorong penciptaan lapangan pekerjaan, karena terigu adalah produk antara sehingga harus diolah agar menjadi makanan. Di sektor usaha pengolahan makanan berbasis terigu ini muncul pelaku usaha mulai dari level industri hingga UKM,” ucap Franky.

Sekedar catatan, hingga Desember 2019, Bogasari memperkirakan ekspor produk sampingan berupa wheat bran pellet mencapai 303,206 ton atau US$ 56,65 juta. Ekspor dilakukan ke Filipina Jepang, Vietnam, Korea, Thailand, Tiongkok, dan Timur Tengah. 

BERITA TERKAIT

Jaringan Gas Disebut Tekan Impor Elpiji Rp18,08 Miliar

NERACA Jakarta – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat penggunaan energi alternatif gas pipa melalui jaringan…

DPR Minta Pemerintah Kurangi Impor Pangan

NERACA   Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta pemerintah mengurangi kebiasaan impor pangan untuk memaksimalkan program subsidi pangan. “Program…

BERITA LAINNYA DI

Mentan SYL Rangkul Eksportir Pacu Ekspor Tiga Kali Lipat

Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) bersama eksportir optimis dapat memacu ekspor produk pertanian hingga tiga kali…

Jaringan Gas Disebut Tekan Impor Elpiji Rp18,08 Miliar

NERACA Jakarta – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat penggunaan energi alternatif gas pipa melalui jaringan…

DPR Minta Pemerintah Kurangi Impor Pangan

NERACA   Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta pemerintah mengurangi kebiasaan impor pangan untuk memaksimalkan program subsidi pangan. “Program…