Munculnya sosok mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang memiliki gaya kepemimpinan ‘pendobrak’, ternyata mengundang banyak respon positif warganet, khususnya bagi warga masyarakat di luar elite BUMN. Model kepemimpinan yang dikenal bersih dan to the point terhadap persoalan, dianggap mampu membersihkan pos-pos tata kelola BUMN. Ini selaras dengan tujuan besarnya, adalah membenahi tata kelola BUMN yang dikenal boros dan selanjutnya berorientasi menggerakkan BUMN ke arah yang lebih produktif, sebagai badan usaha strategis agent of development.
Meski di dalam kelompok pegawai BUMN ada yang melakukan perlawanan terhadap rencana Menteri BUMN menghadirkan sosok Ahok untuk memimpin salah satu BUMN, bahkan perlawanan karyawan BUMN tersebut sudah masuk kategori ‘pembangkangan’ karena bertindak di luar kewenangannya, Menteri BUMN dan jajaran elite BUMN wajib melakukan tindakan tegas penegakan hukum kepegawaian. Sudah saatnya jajaran BUMN secara internal tidak perlu merasa ketakutan, apalagi dengan menabuh genderang perang jika Ahok sudah sah menjadi salah satu komisaris utama BUMN migas di negeri ini.
Bahkan pakar psikologi UGM Esti Hayu Purnamaningsih menegaskan, secara psikologis sosial, respon berlebihan para pegawai BUMN dengan melakukan ‘ancaman-ancaman perang’ tak hanya merefleksikan sebuah penyesatan sikap, dan perilaku karyawan internal BUMN yang bisa berdampak pada perusakan citra BUMN di mata luar, tetapi juga merefleksikan bahwa mereka sedang ketakutan dan merasa depresi berat.
Ketakutan tersebut antara lain diduga Ahok akan sangat agresif menutup pos-pos korupsi, sekaligus atraktif menggalang dukungan berbagai pihak agar kinerja bisnis dan investasi sejumlah BUMN strategis kembali ke jalurnya.
Tentu saja jangan sampai dengan aset lebih dari Rp8.200 triliun (Infobank, 2018), dari sekitar 114 BUMN justru sering kalah saing dengan BUMN negara tetangga di kawasan ASEAN. Petronas pada 1967 masih belajar di beberapa BUMN kita dengan aset ‘hanya’ sekitar US$15 miliar, justru mampu memberikan dividen ke kas negara Malaysia per tahun mencapai (dalam rupiah) sekitar Rp50 triliun lebih. Bandingkan dengan dividen/setoran ke kas negara dari 114 BUMN kita yang per tahun tak lebih dari Rp100 triliun (Koran Tempo, 12/11). Maknanya, dipastikan ada yang salah dalam tata kelola BUMN sehingga aset yang demikian besar tak signifikan memberikan kontribusi pada kas pemerintah Indonesia.
Diakui memang banyak faktor internal dan eksternal yang masih menggelayuti kinerja bisnis dan investasi BUMN kita. Namun, diakui, salah satunya adalah kegagalan melahirkan ‘polisi’ yang mampu menangkap 'maling' yang selama ini amat sumir, hanya sering melandasi pada kompromi politik atau yang akhirnya melahirkan 'pemimpin cari selamat' yang amat mustahil mau dan mampu keluar dari zona nyaman.
Untuk itu, tidak salah jika psikolog UGM tersebut merekomendasikan bahwa dengan kompleksitas persoalan yang kian rumit, keberadaan gaya kepemimpinan BUMN menjadi kunci apakah target-target pemerintah terhadap BUMN dapat lebih cepat tercapai atau sebaliknya. Saatnya sekarang perlu gaya kepemimpinan ‘pendobrak’ yang diharapkan mampu mengembalikan reputasi dan meningkatkan penerimaan dividen BUMN di negeri ini.
Kita ingat munculnya Deng Xiaoping, ketika Tiongkok untuk segera merealisasikan visi-misi kepemimpinan gaya baru yang sebelumnya di bawah kepemimpinan yang datar-datar saja. Dengan falsafah kepemimpinan Deng, memasuki era milenium baru, Tiongkok berkembang sangat agresif dan dalam waktu singkat (kurang dari 10 tahun) ekonomi Tiongkok berubah drastis berkat perubahan gaya kepemimpinan ala Deng tersebut.
Falsafah kepemimpinan ala Deng tersebut juga mulai banyak dijadikan inspirasi kepemimpinan di Indonesia, dengan hadirnya perubahan lanskap kepemimpinan di berbagai bidang bisnis investasi global. Dalam lanskap Indonesia belakangan belakangan ini, di tengah ekonomi domestik yang masih labil dan di tengah guncangan ekonomi global, keberadaan motor ekonomi nasional yaitu BUMN di bawah Menteri BUMN Erick Tohir, setidaknya diharapkan BUMN mampu menjadi sokoguru dan penopang pertumbuhan ekonomi rakyat, ekonomi nasional, serta mampu menjadi pemain global. Semoga!
Masifnya perputaran uang yang berasal dari judi daring (online) mencapai ratusan triliun rupiah, bahkan hampir Rp 1.000 triliun,…
Kebangkitan ekonomi nasional tidak dapat terwujud tanpa melibatkan masyarakat Indonesia. Di sinilah Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih menjadi penting,…
Presiden Prabowo Subianto mengawali masa pemerintahannya dengan langkah berani yang menempatkan pendidikan sebagai fondasi utama pembangunan nasional. Salah…
Masifnya perputaran uang yang berasal dari judi daring (online) mencapai ratusan triliun rupiah, bahkan hampir Rp 1.000 triliun,…
Kebangkitan ekonomi nasional tidak dapat terwujud tanpa melibatkan masyarakat Indonesia. Di sinilah Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih menjadi penting,…
Presiden Prabowo Subianto mengawali masa pemerintahannya dengan langkah berani yang menempatkan pendidikan sebagai fondasi utama pembangunan nasional. Salah…