NERACA
Jakarta – Dalam rangka perkuat modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Bukit Darmo Property Tbk (BKDP) kedatangan pemegang saham baru lewat private placement. PT Primantara Wisesa Sejahtera menyetor modal Rp 78,54 miliar ke Bukit Darmo lewat penerbitan 683 juta saham BKDP dengan harga pelaksanaan Rp 115 per saham. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Perseroan mengungkapkan, rencana penggunaan dana penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu ini untuk pembiayaan proyek hotel. Sementara Primantara Wisesa merupakan pihak terafiliasi Bukit Darmo dari sisi kepengurusan. Leotine Ierma Agustina Sumampow selaku wakil komisaris BKDP juga menjabat sebagai komisaris Primantara Wisesa Sejahtera. Agus Widagdo selaku komisaris independen BKDP juga menjabat sebagai komisaris Primantara.
Hendro Sumampow selaku komisaris utama Bukit Darmo juga menjabat sebagai direktur utama Primantara. Terakhir, Iefenn Adrianne Sumampow yang merupakan wakil direktur utama Bukit Darmo juga menjabat sebagai direktur Primantara. Setelah pelaksanaan private placement pada 15 November lalu, Primantara akan memiliki 9,09% saham BKDP. Kepemilikan saham pemegang utama BKDP, yakni PT Adhibalaraja turun dari 38% menjadi 34,62%.
Kepemilikan Hendro Sumampow turun dari 9% menjadi 8,30%. Sedangkan porsi kepemilikan masyarakat turun dari 53% menjadi 48,07%. Direktur PT Bukit Darmo Property Tbk, Brasada Chandra pernah bilang, mengingkatnya kebutuhan dana yang akan digunakan oleh perseroan untuk menyelesaikan satu proyek, private placement itu akan digelar secepatnya dan terbuka lebar bagi semua investor termasuk perusahaan yang terafiliasi dengan perseroan.
Nantinya, dana yang diperoleh dari penerbitan saham ini nanti diharapkan sebanyak Rp79,79 miliar, dimana sebanyak Rp 65 miliar akan digunakan untuk menyelesaikan proyek hotel yang saat ini sudah merampungkan struktur bangunan dan tingggal menyelesaikan mechanical electical plumbing (MEP) serta interior hotel.”Penyelesain MEP dan interior hotel sudah dimulai sejak 15 Mei 2019 lalu dan kita berharap akhir 2020 proyek hotel ini akan selesai dan langsung bisa dioperasikan,” kata Brasada.
Dirinya menjelaskan, pembangunan proyek hotel sebenarnya sudah dimulai sejak dua tahun lalu dan sudah menyerap dana hampir Rp 80 miliar untuk menyelesaikan pekerjaaan strukturnya, namun dalam perjalananya, desain mengalami perubahan."Penyelesaian proyek hotel hingga pengoperasiannya nanti merupakan bagian dari strategi perseroan untuk memperbaiki kinerja perseroan kedepan,” jelas Brasada.
Selain hotel, perseroan juga sedang menyiapkan beberapa proyek lainnya, yakni bangunan ballroom yang berada disamping hotel dengan kapasitas 1.500 tempat duduk serta proyek apartemen 2 tower yang lokasinya di sekitar itu di lahan seluas 1,3 hektar. Kedua proyek itu sekarang ini sedang menyelesaikan desain dan konsultasi perizinan serta menghitung kebutuhan dananya.”Kita targetkan tahun ini desain dan konsultasi perizin ke Pemkot Surabaya bisa rampung dan segera bisa dimulai pembangunannya,” ungkap Brasada.
CATRA Indhira Law Firm selaku kuasa hukum Tony Trisno mengirimkan tiga surat resmi yang masing-masing ditujukan kepada Horométrie S.A. di…
Pengembangan infrastruktur gas berpotensi memerangkap Indonesia dalam berbagai konsekuensi, seperti krisis iklim, korupsi, hingga terjerat utang. Laporan terbaru dari debtWATCH…
Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…
CATRA Indhira Law Firm selaku kuasa hukum Tony Trisno mengirimkan tiga surat resmi yang masing-masing ditujukan kepada Horométrie S.A. di…
Pengembangan infrastruktur gas berpotensi memerangkap Indonesia dalam berbagai konsekuensi, seperti krisis iklim, korupsi, hingga terjerat utang. Laporan terbaru dari debtWATCH…
Komitmen untuk selalu memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, mendorong Yayasan Baitul Mall BRILiant yang dibentuk BRI untuk bisa…