NERACA
Jakarta - Hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PT Kimia Farma Tbk (KAEF) memutuskan untuk merombak jajaran direksi. Dimana Verdi Budidarmo ditunjuk sebagai Direktur Utama Kimia Farma menggantikan Honesti Basyir. Sementara itu, Honesti Basyir ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) per 13 September 2019, menggantikan Rahman Rustan.
Selain itu, I Gusti Ngurah Suharta Wijaya juga ditunjuk sebagai Direktur Keuangan dan Mitra Bisnis Bio Farma, yang sebelumnya merupakan Direktur Keuangan Kimia Farma,”Menteri BUMN Rini Soemarno sudah menugaskan Pak Honesti ke Bio Farma sebagai Dirut,”ujarnya di Jakarta, kemarin.
Verdi Budidarmo sebelumnya menjabat sebagai Direktur Produksi & Supply Chain Kimia Farma sejak 20 April 2017. Sementara itu, Direktur Keuangan Kimia Farma kini dijabat oleh Pardiman, yang sebelumnya merupakan Direktur Keuangan Bio Farma. Selain merombak susunan direksi perseroan, RUPSLB juga menyetujui penambahan modal perseroan dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue serta perubahan anggaran dasar perusahaan berkode saham KAEF tersebut.
Dengan disetujuinya rights issue, maka Kimia Farma akan mengeluarkan saham baru dari perseroan. Hal tersebut diambil dalam rangka penambahan modal emiten farmasi tersebut. Untuk aksi korporasi tersebut, dipastikan pemerintah tidak mengalokasikan dana untuk menyerap rights issue dan konsekuensinya, kepemilikan pemerintah di saham KAEF ini berpeluang terdilusi dari 90,03% menjadi 70,13%.
Laba PT Kimia Farma (Persero) Tbk pada semester pertama 2019 sebesar Rp47,75 miliar atau turun 68,57% dibandingkan dengan semester I/2018 sebesar Rp151,92 miliar. Menurut direktur keuangan Kimia Farma, IG Ngurah Suharta, laba bersih perseroan yang tertekan pada semester I/2019 karena beberapa faktor. Pertama, pengadaan obat oleh Kementerian Kesehatan melalui tender yang semula akan dilakukan di semester I/2019 bergeser ke semester II/2019. Kedua, beban bunga yang berasal dari pinjaman bank untuk akuisisi PT Phapros Tbk. pada kuartal I/2019 dan untuk pembukaan outlet baru. "[Laba tertekan karena] tender dari pemerintah bergeser ke Oktober. Dan ada beban bunga terkait merger dan akuisisi," jelasnya.
Meski laba turun, sebaliknya penjualan perseroan tumbuh 18,78% menjadi Rp 4,52 triliun dibandingkan priode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,81 triliun. Namun, beban pokok penjualan naik lebih tinggi sebesar 21,61% dari Rp2,36 triliun pada semester I/2018 menjadi Rp2,86 triliun pada semester I/2019.
NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…
NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…
PLN Icon Plus terus berupaya mendukung program pemerintah dalam mendorong transformasi digital nasional melalui optimalisasi infrastruktur fiber optic dan kolaborasi…
Perluas layanan dan optimalkan bisnis, pemerintah bakal sinergikan Koperasi Unit Desa (KUD) dengan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih. Hal tersebut…
Isu mengenai rencana penggabungan usaha atau merger Grab dengan GoTo atau akuisisi GoTo oleh Grab terus mendapat penolakan dari para…