NERACA
Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan dividen untuk tahun buku 2024 senilai Rp355,87 miliar. Disebutkan hasil RUSPT dan RUSP Luar Biasa menyepakati pembagian dividen sebesar Rp60 per saham atau seluruhnya berjumlah Rp355.875.810.000. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
RALS menjadwalkan pembayaran dividen secara tunai pada 13 Juni 2025. Batas akhir perdagangan saham dengan hak dividen atau cum dividen di pasar reguler dan negosiasi ditetapkan pada 21 Mei 2025. Direksi menerangkan total pembayaran dividen itu bersumber dari laba bersih sebesar Rp314,05 miliar dan saldo laba ditahan Rp41,82 miliar.
Emiten ritel ini tercatat mencetak laba tahun berjalan sebesar Rp314 miliar sepanjang 2024. Laba bersih ini naik sebesar 4,5% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp300,3 miliar pada periode yang sama 2023. Kenaikan itu sejalan dengan pendapatan Ramayana yang tercatat sebesar Rp2,76 triliun pada 2024, yang naik tipis 0,7% YoY dari Rp2,74 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Secara geografis, pendapatan Ramayana bersumber dari penjualan di Sumatra sebesar Rp448,3 miliar, penjualan di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Rp1,72 triliun, penjualan di Kalimantan Rp276,2 miliar, serta Sulawesi dan Papua berkontribusi sebesar Rp314,5 miliar sepanjang 2024. Sebelumnya RALS menutup sejumlah gerainya dalam beberapa tahun terakhir sebagai upaya efisiensi.
Tekanan terhadap kinerja Ramayana sudah terjadi sejak ada pergeseran pola belanja ke ranah digital. Disebutkan, Ramayanan menutup 5 gerainya di seluruh Indonesia terhitung sejak Desember 2023 hingga September 2024. Analis sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana seperti dikutip Bisnis pernah bilang, hal ini menunjukkan adanya tantangan untuk mempertahankan daya tarik gerai fisik di tengah penetrasi marketplace yang semakin kuat. "Momen Ramadan dan Lebaran bisa menjadi angin segar, tetapi belum tentu cukup untuk sepenuhnya membalikkan tren penutupan gerai apabila strategi bisnis tidak beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen," ujarnya.
Menurutnya untuk jangka pendek memang momen Ramadan dan Lebaran bisa menjadi katalis positif pengerek kinerja emiten ritel. Namun, sebenarnya daya saing jangka panjang tetap menjadi tugas besar bagi Ramayana. Beberapa tantangan lain yang akan memengaruhi kinerja Ramayana juga akan datang dari tekanan daya beli akibat deflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, serta persaingan ketat dengan platform e-commerce yang semakin agresif menawarkan diskon besar-besaran. "Apabila daya beli masyarakat tetap terjaga, didukung oleh pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) dan strategi promosi yang efektif, RALS berpotensi mencatatkan pertumbuhan penjualan yang solid," tambahnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan dari sisi investasi, saham ritel masih menarik untuk dikoleksi, terutama menjelang periode seperti Ramadan dan Lebaran. Secara teknikal, dia merekomendasikan saham RALS untuk speculative buy pada level Rp348 dengan target Rp376.
NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…
NERACA Jakarta- Performance kinerja keuangan PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) di kuartal pertama 2025 belum lepas dari rugi. Kendati demikian, emiten…
NERACA Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) menyetujui rencana membagikan…
NERACA Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham sepekan kemarin tumbuh positif. Dimana kapitalisasi pasar BEI…
NERACA Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa modal asing keluar bersih dari pasar saham Indonesia hingga April 2025…