NERACA
Stockholm - Furnitur Indonesia bersertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang ramah lingkungan laris manis dalam pameran Furniture & Light Fair yang diselenggarakan pada 9-13 Februari 2016 di Stockholm, Swedia. Produk furnitur Indonesia yang diusung CV Nuansa Kayu Bekas habis terjual pada hari terakhir pameran.
Mengusung tema “Nature is Back for Good”, pameran ini mengangkat tren 'kembali ke alam' untuk tahun 2016-2017. “Furnitur Indonesia akan memperkuat pasar produk furnitur wilayah Skandinavia,” kata Atase Perdagangan Indonesia di Denmark, Ima Siti Fatimah, sebagaimana dikutip dari keterangan resmi Kementerian Perdagangan akhir pekan lalu.
Produk-produk ramah lingkungan menjadi tren masyarakat Eropa ke depan. “Sertifikat SVLK yang memenuhi standar dan sudah diakui Uni Eropa dalam hal 'keberlanjutan' juga menjadi nilai tambah bagi produk Indonesia,” katanya.
Menurut Ima, keikutsertaan Indonesia pada pameran ini bertujuan untuk mempromosikan produk-produk ekspor furnitur Indonesia di wilayah Skandinavia. Targetnya meningkatkan nilai ekspor dan memperkuat pasar produk furnitur Indonesia di Skandinavia.
Stan Indonesia diisi CV Nuansa Kayu Bekas dari Indonesia dan Mia Casa dari Denmark. Stan seluas 67,5 m2 di hall C10.25 ini cukup menarik perhatian para pengunjung dari hari pertama hingga terakhir, karena keunikan yang disajikan oleh produk Indonesia.
CV Nuansa Kayu Bekas mendapatkan buyer potensial dari lima perusahaan asal Rusia (Belsi Home), Denmark (Kilroy Indbo A/S, Bakkehuset, Torben Schreibers), dan Israel (Pront Decor) dengan nilai transaksi sekitar USD 50.000. Sementara Mia Casa mendapatkan buyer potensial dari 9 perusahaan asal Swedia (Sarasdesign, House Billa Berglunda, Stranda Tapetseri, Betong akademin, Sanja Najic), Norwegia (Mobler Kjorbekk), Finlandia (Martela), Italia (Dalani), serta Turki (Stone Studio) dengan nilai sekitar USD 100.000.
Stan Indonesia mengusung tema “Indonesia Collaboration with Scandinavia”. Tema ini diangkat agar para desainer furnitur dari wilayah Skandinavia, terutama Denmark dan Swedia dapat tertarik untuk memproduksi desainnya di Indonesia.
Menurut Ima, selain SVLK, tenaga kerja Indonesia sangat terampil, upahnya masih terjangkau, serta tidak mempekerjakan anak-anak. “Satu hal yang penting adalah keterampilan dan bakat seni yang dimiliki oleh orang Indonesia merupakan salah satu kekuatan dan penambah daya saing,” ujarnya.
Furniture & Light Fair merupakan pameran dagang produk produk furnitur, lampu/pencahayaan terbesar di wilayah Skandinavia yang diselenggarakan setiap tahun. Menempati area sebesar 70.000 m2, pameran ini diikuti oleh sekitar 750 perusahaan yang menampilkan produk furnitur, lampu/pencahayaan untuk perumahan dan ruang publik, serta tekstil. Peserta paling banyak berasal dari wilayah Swedia, Denmark, Finlandia, dan Norwegia, atau hampir 80% dari wilayah Skandinavia.
Keikutsertaan Indonesia pada pameran ini didukung sepenuhnya oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Stockholm dan KBRI Kopenhagen bekerja sama dengan para co-exhibitor yang dikoordinasikan oleh Atase Perdagangan.
Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Stockholm, Ahmad Mulia Karnida, dan Fungsi Ekonomi, Febrian Irawati Mamesah, yang turut hadir saat pembukaan pameran ini memberikan tanggapan yang positif. KUAI KBRI Stockholm merasa puas atas keikutsertaan para co-exhibitor Indonesia dan berharap Indonesia dapat berpartisipasi dalam pameran ini secara rutin dengan dukungan dari kementerian atau lembaga terkait. “Indonesia harus terus memanfaatkan peluang pasar furnitur di wilayah Skandinavia,” tutur Ahmad.
Sementara sebelumnya, Berbagai produk kerajinan dan funiture diproduksi Industri Kecil dan Menengah (IKM), berbahan baku kayu rakyat alias kayu yang ditanam dan dikelola secara lestari melalui skema Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML) hadir dalam ajang bergensi pameran IMM International Furnishing Expo di Cologne, Jerman pada 18-24 Januari mendatang.
Hasil produksi Industri Kecil dan Menengah (IKM), dikelola masyarakat secara lestari melalui skema PHBML itu dikembangkan oleh Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), demikiam Ketua Majelis Perwalian Anggota (MPA) LEI, Diah Suradiredja kepada Antara London.
Menurut Diah Suradiredja, keikutsertaan Indonesia dalam pameran bergensi ini merupakan salah satu prestasi dari rangkaian proses yang dilakukan LEI dan Partner dalam mengusung Hutan Rakyat dan IKM bersertifikat untuk mendapatkan pasar internasional.
NERACA Jakarta – Sepanjang April 2025, penjajakan bisnis (business matching) yang difasilitasi Kementerian Perdagangan (Kemendag) berhasil mencatatkan transaksi sebesar Rp722,76…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya mengembangkan budidaya rajungan di Indonesia. Minat pasar yang begitu tinggi…
NERACA Jakarta — Menteri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan bahwa sertifikasi dan standardisasi mutu menjadi kunci…
NERACA Jakarta – Sepanjang April 2025, penjajakan bisnis (business matching) yang difasilitasi Kementerian Perdagangan (Kemendag) berhasil mencatatkan transaksi sebesar Rp722,76…
NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya mengembangkan budidaya rajungan di Indonesia. Minat pasar yang begitu tinggi…
NERACA Jakarta — Menteri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan bahwa sertifikasi dan standardisasi mutu menjadi kunci…