NERACA
Jakarta — PT Aneka Tambang (Persero) Tbk mencatat peningkatan biaya eksplorasi sepanjang 2015 sekitar 50% menjadi Rp1,5 miliar, dari tahun sebelumnya hanya Rp1 miliar. Kata Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk, Tri Hartono dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (13/1), biaya eksplorasi preliminary tersebut berfokus pada komoditas nikel.
Disebutkan, kegiatan eksplorasi nikel selama Desember 2015 dilaksanakan di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Di wilayah tersebut, kegiatan eksplorasi yang dilakukan terdiri atas percontohan, logging core, pemboran single serta preparasi. Selama sembilan bulan pertama 2015, produksi bijih nikel yang seluruhnya digunakan dalam produksi feronikel, tercatat sebesar 1.263.966 wmt, naik 66% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penyumbang penjualan tersebut masih dikuasai oleh emas, yakni sebesar Rp6,53 triliun atau 72% dari total penjualan bersih pada periode yang berakhir September 2015 dengan perolehan Rp9,04 triliun. Volume produksi emas Antam dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 1.684 kg (54.142 oz) pada periode Januari-September 2015 dibandingkan capaian produksi tahun lalu periode yang sama sebesar 1.752 kg (56.328 oz).
Penjualan emas Antam di periode yang berakhir September naik secara signifikan sebesar 129% menjadi 12.648 kg (406.643 oz) dibandingkan periode serupa tahun lalu. Selain produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung, Antam melalui Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian.
Tahun ini, Antam mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (Capex) sekitar Rp 2 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi pabrik. “Dana capex akan digunakan untuk pembangunan tiga proyek utama ANTM, yakni proyek Anode Slime, Smelter Grade Alumina (SGA) Mempawah, dan proyek Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera Timur (P3FH).”kata Dimas Wikan Pramudhito, Direktur Keuangan Antam.
Dijelaskan, anode slime adalah produk sampingan pengolahan tembaga. Anode slime yang selama ini diekspor ke luar negeri, bakal diolah menjadi emas di dalam negeri oleh Antam. Nilai investasi pabrik di Gresik, Jawa Timur itu berkisar US$ 40 juta. Sementara P3FH sudah mulai bisa dikebut pembangunannya karena ANTM sudah mendapat dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 3,5 triliun. ANTM mendapatkan PMN melalui aksi rights issue.
Total dana yang berhasil diperoleh ANTM dari aksi korporasi itu mencapai Rp 5,37 triliun, Nantinya, kapasitas produksi feronikel pabrik Halmahera Timur sebesar 13.500-15.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun. Seluruh dana PMN digunakan untuk pembangunan pabrik tersebut."Jadi kami masih memiliki dana sisa dari rights issue untuk belanja modal," kata Dimas. (bani)
Rayakan hari jadinya ke-15, Midea Electronics Indonesia menggelar kegiatan pelestarian lingkungan di Pulau Tidung Kecil, Jakarta. Dalam kegiatan ini, Midea…
Mengulang kesuksesan penjualan properti di tahun sebelumnya, PT Timah Karya Persada Properti (Timah Properti) yang merupakan anak usaha dari PT…
Perluas dampak positif bagi masyarakat dalam pemberdayaan, FWD Group Holdings Limited (FWD) resmi memperpanjang kemitraan selama tiga tahun bersama JA…
Rayakan hari jadinya ke-15, Midea Electronics Indonesia menggelar kegiatan pelestarian lingkungan di Pulau Tidung Kecil, Jakarta. Dalam kegiatan ini, Midea…
Mengulang kesuksesan penjualan properti di tahun sebelumnya, PT Timah Karya Persada Properti (Timah Properti) yang merupakan anak usaha dari PT…
Perluas dampak positif bagi masyarakat dalam pemberdayaan, FWD Group Holdings Limited (FWD) resmi memperpanjang kemitraan selama tiga tahun bersama JA…