NERACA
Jakarta - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menyebut, remintansi dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tahun 2015 menyumbang devisa negara hingga USD10,5 miliar. Ketua BPNP2TKI Nusron Wahid mengatakan, jumlah tersebut meningkat 24 persen dibandingkan remitansi TKI tahun 2014 yang sebesar USD8,4 miliar. "Remitansi yang dari TKI USD10,5 miliar tahun 2015, naik 24 persen," paparnya, di Jakarta Selasa (12/1).
Dia merincikan, kenaikan remitansi disebabkan oleh kenaikan gaji TKI di wilayah Timur Tengah dan Taiwan. Kenaikan gaji dipicu oleh isu penutupan TKI. "Ketakutan para bos-bos mereka enggak balik lagi, supaya mereka (TKI) enggak pulang itu gaji dinaikkan. Ini membuat remitansi kita USD10,5 miliar," tambahnya.
Hanya sayangnya, lanjut dia, menurut penelitian Bank Dunia, sebagian besar remitance masih digunakan untuk bayar repayment loan, kemudian digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Cuma 8 persen yang digunakan untuk edukasi dan 6 persen untuk kepentingan investasi.
Pihaknya berharap, ada pola baru dari penerima remitansi TKI tersebut. Bukan lagi untuk kepentingan konsumsi, namun dijadikan modal menjadi pengusaha. "Tugas kami di dalam negeri, seandainya bisa menyulap dan melatih keluarga TKI yang terima dana USD10,5 miliar itu untuk jadi pelaku usaha baru tentu itu akan jadi nilai investasi baru jadi multiplier effect," cetusnya.
Berdasarkan laporan Bank Dunia, bertema Migration and Remmitances Factbook 2016 yang terbit pekan lalu, Indonesia merupakan negara penerima remitansi terbesar ke-4 di dunia. Peringkat pertama ditempati oleh India dengan jumlah US$ 72,2 miliar, disusul Tiongkok US$ 63,9 miliar, dan Filipina US$ 29,7 miliar. Laporan itu mengungkapkan remitansi pekerja migran berperan besar dalam pembangunan nasional, serta menopang jutaan rumah tangga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Uang yang dikirimkan TKI itu umumnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta membiayai pendidikan dan keperluan anak,” bunyi laporan tersebut. Dari total remitansi TKI itu, menurut peneliti di Researsch Asia Institute Dr. Silvia Mila Arini, hanya sedikit yang dipakai untuk investasi fisik, seperti membeli ternak, disimpan dalam bentuk deposito, membeli lahan pertanian dan peralatan pertanian, serta berdagang.
Hal ini, lanjutnya, tidak mengejutkan sebab motivasi para pekerja migran adalah untuk menopang kehidupan keluarga atau rumah tangganya. Secara global, pekerja migran bakal menembus 250 juta jiwa tahun 2015. Adapun remitansi yang mengalir ke negara asal diprediksi mencapai US$ 601 miliar. Dari jumlah ini, sebesar US$ 44 miliar di antaranya mengalir ke negara berkembang.
"Tiga kali lebih besar ketimbang dana bantuan pembangunan. Remitansi pekerja migran bakal menyokong hidup jutaan rumah tangga di negara berkembang. Sebagai tambahan pekerja migran internasional juga mampu menyimpan lebih dari US$ 500 miliar per tahun," kata Dilip Ratha, salah seorang penulis factbook, dalam situs resmi Bank Dunia itu.
Tahun lalu, Amerika Serikat menjadi negara sumber remitansi terbesar, sekitar US$ 56 miliar. Diikuti Arab Saudi US$ 37 miliar, dan Rusia US$ 33 miliar. Indonesia berada di empat terbawah, sekitar US$ 4,1 miliar. Berdasarkan laporan tersebut, arus migrasi antarnegara berkembang (south-south) lebih dominan ketimbang negara berkembang ke negara maju (south-north).
Pada 2013, migrasi selatan-selatan mencapai lebih dari 38 persen dari total migrasi internasional, sedangkan migrasi selatan-utara hanya 34 persen. Pada periode itu, sepuluh negara tujuan migrasi adalah Amerika Serikat, Arab Saudi, Jerman, Rusia, Uni Emirat Arab. Lalu disusul Inggris Raya, Prancis, Kanada, Spanyol, dan Australia.
NERACA Jakarta – Persaingan di industri telekomunikasi dan layanan internet di Indonesia semakin ketat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan…
NERACA Jakarta - PT Uni-Charm Indonesia Tbk (Unicharm) meluncurkan produk terbaru pembalut wanita CHARM Daun Sirih Bio Materials Organic…
NERACA Jakarta – Menerapkan gaya hidup hemat menjadi salah satu pilihan masyarakat dengan memprioritaskan kebutuhan, menghindari pemborosan serta menghemat pengeluaran.…
NERACA Jakarta – Persaingan di industri telekomunikasi dan layanan internet di Indonesia semakin ketat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan…
NERACA Jakarta - PT Uni-Charm Indonesia Tbk (Unicharm) meluncurkan produk terbaru pembalut wanita CHARM Daun Sirih Bio Materials Organic…
NERACA Jakarta – Menerapkan gaya hidup hemat menjadi salah satu pilihan masyarakat dengan memprioritaskan kebutuhan, menghindari pemborosan serta menghemat pengeluaran.…