TABRAKAN 2 KRL DI STASIUN JUANDA - Benahi Manajemen Kereta Api!

 

Jakarta –Anggota DPR menuding direktur teknik PT KAI/KCJ harus bertanggung jawab atas terjadinya tabrakan dua KRL CommuterLine di Stasiun Juanda, Jakarta, Rabu (23/9). Sementara kerugian sementara akibat kerusakan seluruh gerbong KRL mencapai Rp 20 miliar.  

NERACA

Anggota Komisi V DPR Umar Arsal menyatakan, dengan kecepatan kereta api yang ada sekarang ini, sudah sering terjadi kecelakaan. “Dengan kecepatan kereta masih rendah saja, rentan kecelakaan, apalagi kalau dibangun kereta super cepat,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, tabrakan kereta api di Stasiun Juanda, perlu dievaluasi menyeluruh.“Mestinya dievaluasi baik dari sisi IT, tekhnologi. Selain faktor human error, masalah perkeretaapian harus dievaluasi,” katanya.

Umar menegaskan, adapun pihak yang bertanggung jawab atas tabrakan itu, adalah direktur teknik. “Yang bertanggung jawab, menurut saya adalah direktur teknik.  Dia harus update perkembangan dan Komisi V DPR akan kaji mendalam,” ujarnya seperti dikutip Antara.

Anggota DPR lainnya dari Komisi V DPR, Miryam S Haryani, mengatakan sebaiknya pemerintah --Kementerian Perhubungan-- lebih membenani pengaturan kereta api dalam kota (Jakarta) dibanding memikirkan pembangunan kereta api super cepat Jakarta-Bandung.

 “Pemerintah sebaiknya fokus untuk membenahi masalah perkeretapian yang ada di Jakarta ini, jangan memikirkan pembangunan kereta api super cepat dulu,” kata dia, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan, rencana pembangunan kereta api super cepat tersebut juga akan menimbulkan ketimpangan, baik dari sisi infrastruktur maupun dari sisi sosial, yakni akan terjadi kecemburuan sosial bagi daerah lain.

“Masak pembangunan di pulau Jawa saja. Bagaimana dengan daerah lain? Tentu akan membuat daerah lain iri. Jadi hentikan saja rencana tersebut,” kata dia. Selain itu, Menteri Perhubungan, Ignatius Jonan, juga harus membenahi internal di kementeriannya.

“Di Kementerian Perhubungan terjadi mutasi, dirjennya pada diganti sehingga tidak bisa mengurus masalah perhubungan. Kejadian ini (tabrakan) di Juanda siapa yang bertanggung jawab? Ya menterinya-lah,” kata anggota dewan itu. 

Kedua anggota DPR itu  menanggapi peristiwa tabrakan kereta api di Stasiun Juanda antara KRL CommuterLine tujuan Bogor-Jakarta yaitu KRL K-115 dan K-1156. Kejadian tersebut telah menimbulkan kegaduhan ribuan penumpang yang akhirnya tertunda tidak dapat melanjutkan perjalanannya, akibat peristiwa tersebut.

Petugas di beberapa stasiun seperti di Gondangdia dan Manggarai saat itu, hanya menyarankan para penumpang untuk menggunakan transportasi moda selain KRL. Artinya, para penumpang dibiarkan mencari alternatif pengganti transportasi. “Padahal harusnya pimpinan PT KAI maupun KCJ dapat segera mencarikan alternatif pergantian KRL berikutnya dari stasiun Manggarai, untuk meneruskan perjalanan penumpang ke Bogor maupun Bekasi,” ujar Slamet Haryono, salah seorang penumpang KRL.

Sementara Dirut  PT Kereta Api Commuter Jabodetabek (KCJ) M. Fadhil mengatakan kecelakaan kereta di Stasiun Juanda mengakibatkan kerugian sebesar Rp 20 miliar. Nilai itu untuk 20 gerbong kereta yang rusak saat kecelakaan pada Rabu sore (23/9). 


Fadhil mengatakan 20 gerbong yang rusak dibeli seharga Rp 1 miliar per gerbong. Gerbong rusak tersebut saat ini berada di Manggarai. "Kereta tersebut tidak akan digunakan lagi," ujarnya. Pertimbangan tersebut diambil demi keselamatan dan kenyamanan pengguna kereta. Menurut dia, PT KCJ tidak memiliki rencana untuk memperbaiki kereta tersebut.

Demi menghindari penumpukan penumpang, PT KCJ mengeluarkan kereta cadangan untuk beroperasi. "Kita selama ini punya kereta cadangan, itu yang dikeluarkan untuk mengganti kereta yang rusak," ujarnya.

Peristiwa KRL menabrak dari belakang kereta dengan jurusan yang sama di Stasiun Juanda. Kereta akhirnya dievakuasi dalam waktu 15 jam, dan sejak Kamis (24/9) Pk. 07.15 kegiatan Stasiun Juanda beroperasi kembali setelah sebelumnya semua jalur ditutup.

Korban Dirawat 

Pihak Polda Metro Jaya) menyatakan 36 korban tabrakan kereta rel listrik (KRL) di perlintasan rel Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, menjalani perawatan di rumah sakit.

"Korban sementara yang sudah terdata mencapai 36 orang menjalani perawatan di rumah sakit," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan 23 korban dirawat di Rumah Sakit Husada, 12 orang di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto dan seorang lagi di Rumah Sakit Carolus.

Krishna mengungkapkan petugas juga sudah berhasil mengevakuasi salah satu masinis yang bernama Agustian dan membawanya ke RSPAD.

Sejumlah penumpang KRL Commuter Line  lainnya menyatakan kekecewaannya kepada direksi PT KCJ. Pasalnya, sebelumnya sudah sering terjadi kelambatan perjalanan akibat gangguan sinyal maupun “disalip” oleh kereta api jarak jauh (luar kota) saat KRL berhenti di Stasiun Juanda maupun Manggarai. “Semua perjalanan terhenti di stasiun Manggarai, bahkan KRL dari Bekasi sering berhenti lama di stasiun Jatinegara,” ujarnya.

Padahal, menurut penumpang KRL Santoso Yamin,  manajemen PT KAI-KCJ seharusnya mampu bekerja profesional antara lain mendeteksi gangguan yang seperti tak jauh berbeda dengan situasi tahun-tahun sebelumnya. Artinya, belum mempunyai sistem manajemen yang bersifat menekan kejadian serupa seminimal mungkin (zero accident) dengan tujuan memberikan kepuasan pelayanan dan kenyamanan kepada penumpang KRL.

Parahnya lagi, sistem informasi selalu saja terlambat disampaikan saat penumpang masih berada di stasiun keberangkatan. Andaikata sistem informasi yang konon sudah dikelola secara online system, persoalan ini dapat diatasi secara komprehensif dan cepat. Bahkan ada petugas di Stasiun Gondangdia melakukan pembohongan publik saat terjadi tabrakan KRL dengan mengatakan, “ KRL terhambat karena ada gangguan listrik aliran atas,” katanya.

Petugas yang berbohong seperti itu, menurut sejumlah penumpang, harus dikenakan sanksi tegas karena merugikan kepentingan penumpang dengan memberikan informasi yang tidak benar alias bohong kepada masyarakat.

Patut disadari oleh manajemen PT KAI-KCJ yang mengelola ribuan penumpang yang menggunakan KRL CL dari wilayah Jabodetabek setiap hari,  perlu ada sistem informasi yang sangat cepat minimal 30 menit sudah ada KRL pengganti yang dapat meneruskan perjalanan penumpang, bila terjadi kecelakaan tabrakan atau gangguan lainnya. bari/mohar/fba



BERITA TERKAIT

DAMPAK TAMBANG TERHADAP PARIWISATA RAJA AMPAT: - Pemerintah Diminta Peduli antara Ekologi dan Ekonomi

  Jakarta-Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Melky Nahar meminta pemerintah lebih menjalankan fungsi sebagai pelindung lingkungan dan masyarakat. Dia…

MENTAN ANDI AMRAN SULAIMAN TEGAS LANJUTKAN: - Proses Hukum Oknum Manipulasi Data Beras

  Jakarta-Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, lanjutkan proses hukum bagi oknum yang memanipulasi data beras yang tengah diproses…

Wisata Raja Ampat Terganggu Bila Pertambangan Merusak

NERACA Jakarta-Rencana penambangan nikel di Raja Ampat Papua menuai penolakan dari masyarakat akan dampak buruknya terhadap lingkungan dan termasuk pariwisata.…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

DAMPAK TAMBANG TERHADAP PARIWISATA RAJA AMPAT: - Pemerintah Diminta Peduli antara Ekologi dan Ekonomi

  Jakarta-Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Melky Nahar meminta pemerintah lebih menjalankan fungsi sebagai pelindung lingkungan dan masyarakat. Dia…

MENTAN ANDI AMRAN SULAIMAN TEGAS LANJUTKAN: - Proses Hukum Oknum Manipulasi Data Beras

  Jakarta-Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, lanjutkan proses hukum bagi oknum yang memanipulasi data beras yang tengah diproses…

Wisata Raja Ampat Terganggu Bila Pertambangan Merusak

NERACA Jakarta-Rencana penambangan nikel di Raja Ampat Papua menuai penolakan dari masyarakat akan dampak buruknya terhadap lingkungan dan termasuk pariwisata.…