NERACA
Jakarta- Jaga pertumbuhan harga saham di pasar, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham sebanyak sebanyak 250 juta lembar atau sekitar 0,29% saham melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam prospektusnya yang dirilis di Jakarta, kemarin.
Dana yang dialokasikan untuk buyback saham TPIA tersebut mencapai Rp2 triliun. Dana buyback saham berasal dari kas perseroan. Adapun pembelian kembali saham TPIA akan dilakukan selama tiga bulan, setelah tanggal penyampaian keterbukaan informasi, mulai 21 Maret 2025 hingga 20 Juni 2025.
Menurut direksi, harga maksimum buyback saham TPIA sebesar Rp10.000 per lembar. Sehubungan dengan aksi korporasi tersebut, Perseroan telah menunjuk PT Henan Putihrai Sekuritas untuk mengeksekusi buyback saham TPIA di BEI. Disebutkan, pembelian kembali saham ini dilakukan sebagai salah satu upaya perseroan untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham, meningkatkan kinerja saham sesuai dengan kondisi fundamental Perseroan, menjaga stabilisasi harga saham Perseroan dan menjaga kepercayaan publik.
Perseroan meyakini, pembelian kembali saham tidak akan memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja, pendapatan, dan pembiayaan perseroan, karena erseroan memiliki arus kas dan modal kerja yang memadai untuk membiayai kegiatan usaha, belanja modal dan pembelian kembali saham. Selain itu, pembelian kembali saham diharapkan juga dapat memberikan fleksibilitas kepada perseroan untuk mengelola kebutuhan modal jangka panjang, di mana saham treasuri dapat dialihkan di masa yang akan datang, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perseroan berencana untuk menyimpan saham hasil pembelian kembali sebagai saham treasuri selama tiga tahun dengan memperhatikan ketentuan POJK No. 29/2023. Selanjutnya perseroan akan menjual kembali saham treasuri ini dengan harga yang lebih tinggi. Di tahun 2024, TPIA membukukan kerugian US$69,16 juta, atau setara dengan Rp1,11 triliun (kurs Jisdor Rp16.157 per dolar AS 31 Desember 2024). Dimana kerugian bersih ini membengkak dari tahun buku 2023 yang sebesar US$33,57 juta.
Rugi yang meningkat sejalan dengan pendapatan Chandra Asri yang tercatat turun 17,34% year-on-year (YoY) menjadi US$1,78 miliar atau setara dengan Rp28,8 triliun. Sebagai perbandingan, TPIA membukukan pendapatan sebesar US$2,15 miliar pada 2023. Perseroan menjelaskan turunnya pendapatan ini akibat gangguan eksternal dalam pasokan dan permintaan, serta pemeliharaan fasilitas terjadwal atau turnaround maintenance (TAM) yang direncanakan, yang menyebabkan penurunan volume penjualan selama tahun penuh 2024. (bani)
NERACA Jakarta – Menyikapi masih rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia, kondisi ini memberikan sentimen positif terhadap prospek saham emiten asuransi.…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (23/4) sore ditutup menguat seiring Bank…
NERACA Jakarta - PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) meyakini, industri digital infrastruktur tetap menarik dan berpeluang untuk terus berkembang…
NERACA Jakarta – Menyikapi masih rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia, kondisi ini memberikan sentimen positif terhadap prospek saham emiten asuransi.…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (23/4) sore ditutup menguat seiring Bank…
NERACA Jakarta - PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) meyakini, industri digital infrastruktur tetap menarik dan berpeluang untuk terus berkembang…