NERACA
Jakarta – Nilai impor Juni 2024 tercatat sebesar USD 18,45 miliar, turun 4,89 persen dibandingkan Mei 2024 (MoM) namun meningkat 7,58 persen dibandingkan Juni 2023 (YoY). Penurunan dibanding Mei didorong penurunan impor nonmigas (bukan minyak dan gas) sebesar 8,83 persen dan kenaikan impor migas (minyak dan gas) sebesar 19,01 persen (MoM).
Kenaikan impor yang cukup tinggi disebabkan peningkatan impor minyak mentah sebesar 34,64 persen dan hasil minyak sebesar 12,17 persen. Penurunan impor Juni 2024 terjadi pada bahan baku/penolong sebesar 3,41 persen dan barang modal sebesar14,51 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM).
Sedangkan, impor barang konsumsi naik sebesar 2,48 persen. Secara rinci, barang modal dengan penurunan impor terbesar terjadi pada teleponpintar (smartphone), pesawat udara, unit penyimpanan, penerima portabel (portable receiver), serta mesin untuk membuat pulp dari bahan serat selulosa.
Sementaraitu, bahan baku/penolong dengan penurunan impor signifikan di antaranya terjadi pada gula tebu lainnya, bahan bakar minyak, bungkil dan residu padat lainnya, p-silena, serta bagian dari peralatan transmisi telepon seluler.
Sedangkan, kenaikan terbesar pada impor barang konsumsi terutama berasal dari bahan bakar kendaraan bermesin diesel, vaksin untuk manusia, sepatu dengan sol luar dan bagian atas dari karet atau plastik, mesin pendingin ruangan, sertasedan.
“Kontraksi impor secara bulanan dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dalam negeri pada Juni 2024. Hal initecermindari Purchasing Managers’ Index (PMI) yang turun menjadi 50,70 pada Juni 2024 dari bulan sebelumnya sebesar 52,1,” terang Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan.
Beberapa produk utama impor nonmigas Indonesia dengan kontraksi terdalam secara bulanan pada Juni 2024 ini, antara lain gula dan kembang gula (HS 17) yang turun 35,72 persen;ampas/sisa industri makanan (HS 23) 28,31 persen; filamen buatan (HS 54) 22,93 persen; kertas, karton, dan barang daripadanya (HS 48) 20,15 persen; serta pupuk (HS 31) 17,76 persen (MoM).
Sedangkan, produk impor dengan kenaikan tertinggi pada Juni 2024, diantaranya perangkat optik, fotografi, sinematograf (HS 90) yang naik 64,69 persen; susu, mentega, dan telur (HS 04) 14,75 persen; karet dan barang dari karet (HS 40) 10,58 persen; biji dan buah mengandung minyak (HS 12) 5,50 persen; serta minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian (HS 33) 5,16 persen (MoM).
Berdasarkan negara asal, pada Juni 2024, impor nonmigas Indonesia didominasi Tiongkok, Jepang, dan Singapura dengan nilai mencapai USD7,40 miliar atau 48,75 persen dari total impor Indonesia.
Sementara itu, negara asal impor nonmigas dengan penurunan terdalam pada Juni 2024 dibanding bulan sebelumnya (MoM), antara lain, Australia yang turun 28,43 persen, diikuti Argentina turun 24,43 persen, Taiwan turun 24,07 persen, Amerika Serikat (AS) turun 23,51 persen, dan Inggris turun 20,13 persen.
Sebaliknya, negara asal impor nonmigas dengan peningkatan signifikan yaitu Prancis sebesar 50,36 persen, Oman (33,82 persen), HongKong (32,78 persen), Ukraina (20,75 persen), dan Singapura (14,63 persen).
Lebih lanjut, selama semester I-2024, total impor Indonesia tercatat sebesar USD109,64 miliar atau naik tipis 0,84 persen dibanding periode sebelumnya. Kenaikan tersebut ditopang naiknya impor migas sebesar 8,22 persen di tengah kontraksi impor nonmigas sebesar 0,49 persen (YoY).
Sebelumnnya, impor selama Mei 2024 tercatat sebesar USD19,40 miliar. Nilai naik 14,82 persen dibandingkan April 2024 (MoM), tetapi turun 8,83 persen dibandingkan Mei 2023 (YoY). Kenaikan impor di Mei 2024 dipicu kenaikan impor nonmigas sebesar 19,70 persen dan penurunan impor migas sebesar 7,91 persen (MoM).
Pada Mei 2024, peningkatan impor terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang. Peningkatan terbesar dialami impor barang modal sebesar 22,28 persen, barang konsumsi (20,59 persen), dan bahan baku/penolong (12,46 persen) (MoM).
“Secara rinci, kenaikan impor barang modal terbesar adalah mesin transformator listrik/trafo bertegangan tinggi, laptop, mesin aparatus, radar pesawat terbang, dan mesin pertambangan,” jelas Zulkifli.
Sedangkan nilai impor selama April 2024 tercatat sebesar USD 16,06 miliar. Kinerja impor ini berkontraksi 10,60 persen dibandingkan Maret 2024 atau naik 4,62 persen dibandingkan April 2023.
Penurunan kinerja impor di April 2024 dipicu turunnya impor nonmigas sebesar 10,51 persen dan migas (minyak dan gas) sebesar 11,01 persen (MoM). Secara tahunan, nilai impor April 2024 naik 4,62 persen dibandingkan April 2023 (YoY).
Terkait dengan sektor migas, di tengah ketersediaan cadangan minyak bumi yang terbatas dan situasi global yang belum stabil, pemerintah terus berupaya mengoptimalkan cadangan migas bumi.
"Agar kestabilan pasokan tetap terjaga, kita perlu menggaungkan kepada masyarakat untuk melakukan penghematan energi. Jangan gunakan energi apabila tidak perlu, karena kita juga sulit mendapatkannya,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
NERACA Jakarta – Pelaku usaha Indonesia dan Korea didorong memanfaatkan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Pasalnya, lebih dari 90persen…
NERACA Pasuruan – Pemerintah melalui Kementerian Koperasi (Kemenkop) menargetkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perkoperasian dapat segera disahkan sebagai payung hukum baru…
NERACA Jakarta – Pemerintah terus mengakselerasi integrasi proyek infrastruktur strategis nasional di wilayah Pantai Utara Jawa. Salah satu yang kini…
NERACA Jakarta – Pelaku usaha Indonesia dan Korea didorong memanfaatkan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Pasalnya, lebih dari 90persen…
NERACA Pasuruan – Pemerintah melalui Kementerian Koperasi (Kemenkop) menargetkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perkoperasian dapat segera disahkan sebagai payung hukum baru…
NERACA Jakarta – Pemerintah terus mengakselerasi integrasi proyek infrastruktur strategis nasional di wilayah Pantai Utara Jawa. Salah satu yang kini…