Pemerintah Bidik Penjualan Rp20 Triliun SBR013

 

 

NERACA

Jakarta – Pemerintah membidik penjualan hingga Rp20 triliun dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel jenis savings bond ritel (SBR) seri SBR013. “Untuk SBR013, kami memiliki target awal sekitar Rp15 triliun. Tapi, kami akan tetap perhatikan minat dari masyarakat. Kalau memang tinggi, kami punya alokasi target untuk bisa ditingkatkan hingga Rp20 triliun,” kata Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan saat media briefing di Jakarta, Senin (10/6).

Menurut Deni, minat masyarakat terhadap SBR terus meningkat tiap tahunnya, terutama setelah pandemi COVID-19. Krisis yang terjadi pada masa itu menjadi alarm bagi masyarakat untuk memiliki dana darurat dan berinvestasi. Hal itu berdampak terhadap pertumbuhan SBR hingga mencapai 30 persen. “Tahun lalu, penerbitan SBN ritel itu sebesar Rp107 triliun, pertama kali tembus Rp100 triliun. Pada 2023 kami terapkan strategi baru, yakni penawaran dua tenor dalam sekali penerbitan, dan bisa menerbitkan Rp147 triliun. Artinya, rata-rata meningkat sekitar 38 persen,” jelas Deni.

Mayoritas investor SBR berasal dari kalangan milenial, dengan porsi mencapai 51 persen. Dari segi gender, kebanyakan investor merupakan kelompok perempuan. Deni mengakui terdapat risiko dari gejolak perekonomian global yang mungkin mempengaruhi kinerja SBR. Kendati begitu, dia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa terjaga di atas 5 persen.

Pemerintah akan terus berupaya mendorong kinerja komponen ekonomi agar masyarakat tetap miliki dana yang memadai untuk berinvestasi. “Kami cukup percaya diri untuk tahun ini,” ujar dia. SBR013 ditawarkan dalam dua tenor, yakni SBR013T2 dan SBR013T4, dengan kupon masing-masing 6,45 persen dan 6,60 persen per tahun.

Kupon seri SBR013 merupakan jenis kupon mengambang dengan tingkat kupon minimal (floating with floor), sehingga kupon minimal seri SBR013 tidak akan turun meski Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan.

Masa penawaran SBR013 dimulai sejak hari ini hingga 4 Juli 2024 dengan minimal pembelian sebesar Rp1 juta. Sedangkan pembelian maksimal untuk SBR013T2 sebesar Rp5 miliar dan SBR013T4 Rp10 miliar. Pembelian SBR013 dapat dilakukan melalui 17 bank, lima perusahaan efek, dan empat perusahaan teknologi finansial (fintech).

BERITA TERKAIT

Gelar East Asia Media Caucus, ERIA Ingin Perkuat Peran Media dalam Pelaporan Isu Kawasan

  NERACA Jakarta – Di tengah meningkatnya dinamika kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara—mulai dari ketegangan geopolitik, transformasi ekonomi, hingga…

Pemerintah Serap PNBP Rp115,9 Triliun

  NERACA Jakarta – Pemerintah menyerap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp115,9 triliun per 31 Maret 2025, setara 22,6…

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Diprediksi Capai 4,6% di 2025

  NERACA Jakarta - Perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh kuat, sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,6-5,4 persen sepanjang tahun…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Gelar East Asia Media Caucus, ERIA Ingin Perkuat Peran Media dalam Pelaporan Isu Kawasan

  NERACA Jakarta – Di tengah meningkatnya dinamika kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara—mulai dari ketegangan geopolitik, transformasi ekonomi, hingga…

Pemerintah Serap PNBP Rp115,9 Triliun

  NERACA Jakarta – Pemerintah menyerap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp115,9 triliun per 31 Maret 2025, setara 22,6…

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Diprediksi Capai 4,6% di 2025

  NERACA Jakarta - Perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh kuat, sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,6-5,4 persen sepanjang tahun…