Volume Perdagangan Bursa Karbon 572,064 Ton

NERACA

Jakarta - Sampai dengan April 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat volume perdagangan bursa karbon mencapai 572.064 ton setara karbondioksida (tCO2e).“Pada bursa karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga April 2024, tercatat sudah 57 pengguna jasa yang mendapatkan izin,”kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi  di Jakarta, kemarin.

Disampaikannya, akumulasi nilai perdagangan dari jumlah volume tersebut sebesar Rp35,31 miliar dengan rincian nilai transaksi 27,9% di pasar reguler, 19,76% di pasar negosiasi dan 52,34% di pasar lelang. Jumlah pengguna jasa berizin, volume perdagangan, maupun akumulasi nilai perdagangan tersebut menunjukkan kenaikan dibandingkan data per 28 Maret 2024, walaupun tidak signifikan.

Pada Maret lalu, nilai perdagangan pada bursa karbon mencapai Rp35,30 miliar dengan 53 pengguna jasa berizin serta volume perdagangan sebanyak 571.956 tCO2e. Inarno pun optimis bahwa perkembangan pasar karbon di Indonesia akan semakin membaik mengingat potensinya yang besar.“Tentunya ke depan, potensi bursa karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 3.708 pendaftar yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan,” ucapnya.

Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon menyediakan sistem perdagangan yang transparan, teratur, wajar, dan efisien sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perdagangan Karbon Melalui Bursa Karbon. IDXCarbon terhubung dengan SRN PPI milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sehingga mempermudah administrasi perpindahan unit karbon dan menghindari double counting.

Pelaku usaha berbentuk perseroan yang memiliki kewajiban dan/atau memiliki komitmen untuk secara sukarela menurunkan emisi gas rumah kaca, dapat menjadi pengguna jasa IDXCarbon dan membeli unit karbon yang tersedia. Sebelumnya, OJK optimis transaksi di bursa karbon sepanjang 2024 ini dapat berkembang dengan baik. Pasalnya, terdapat beberapa faktor yang mendukung perkembangan bursa karbon tahun ini dan salah satunya peningkatan jumlah unit karbon yang ditransaksikan, baik penambahan unit karbon dari skema karbon kredit atau SPEGRK dan potensi penambahan unit karbon dari skema allowance.

BERITA TERKAIT

Kejar Pertumbuhan Bisnis - AVIA Akuisisi Dextone Lemindo Rp275,8 Miliar

Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT Avia Avian Tbk (AVIA) resmi mengakuisisi PT Dextone Lemindo dengan nilai investasi sebesar Rp275,8 miliar. Perseroan…

Jarak Aman Serukan Perjalanan Mudik Rendah Risiko

Komunitas Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) menyerukan agar perjalanan musim mudik Lebaran tahun 2025 kian rendah risiko. Data Korlantas…

SRTG Balikkan Rugi Jadi Untung Rp3,29 Triliun

Sepanjang tahun 2024, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) mencatat laba bersih sebesar Rp3,29 triliun. Pencapaian itu berbalik untung dari…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Kejar Pertumbuhan Bisnis - AVIA Akuisisi Dextone Lemindo Rp275,8 Miliar

Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT Avia Avian Tbk (AVIA) resmi mengakuisisi PT Dextone Lemindo dengan nilai investasi sebesar Rp275,8 miliar. Perseroan…

Jarak Aman Serukan Perjalanan Mudik Rendah Risiko

Komunitas Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) menyerukan agar perjalanan musim mudik Lebaran tahun 2025 kian rendah risiko. Data Korlantas…

SRTG Balikkan Rugi Jadi Untung Rp3,29 Triliun

Sepanjang tahun 2024, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) mencatat laba bersih sebesar Rp3,29 triliun. Pencapaian itu berbalik untung dari…