NERACA
Jakarta—Lembaga internasional memprediksi Indonesia bisa menjadi negara nomor tujuh terbesar di dunia pada 2030. Karena itu pemerintah Indonesia harus berani mengambil kebijakan yang pro investasi. Sehingga membuka pasar US$1,8 triliun. “Indonesia harus berkeyakinan bertindak dan mengambil langkah praktis untuk mendorong pertumbuhan. Jika berhasil, upaya ini menciptakan peluang pasar sekitar US1,8 triliun untuk kesejahteraan rakyat Indonesia,” kata Presiden Direktur McKinsey Indonesia, Arif Budiman di Jakarta,18/9
Pun begitu, Chairman McKinsey Global Institute (MGI) Indonesia Raoul Oberman juga menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kemajuan pesat. “Jejak rekam ekonomi Indonesia luar biasa dalam beberapa tahun terakhir tetapi kurang mendapatkan apresiasi," ungkapnya
Menurut Raoul, ada beberapa catatan penting mengapa Indonesia nantinya layak menjadi negara terbesar nomor 7 di dunia tahun 2030 yaitu pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan dibandingkan negara-negara seperti BRIC. Sementara utang pemerintah telah turun 70% dan kini lebih rendah dari mayoritas negara-negara OECD pada umumnya. "Lalu dalam 15 tahun mendatang, kelas konsumen global akan tumbuh menjadi 1,8 miliar orang dan mayoritas ada di Asia sehingga akan meningkat permintaan akan sumber daya dan komoditas Indonesia," ungkapnya
Selain faktor di atas ada 90 juta orang masuk dalam kelas konsumen baru di Indonesia dan ini tentunya adalah sinyal positif bagi para pelaku investasi.dan bisnis di Indonesia. Tingkat kosumsi yang diperkirakan mencapai 7,7% pertahun. Selain itu sektor jasa memiliki peluang bisnis sebesar US$ 1,1 triliun di tahun 2030.
Faktor kebutuhan energi harus terus dipantau oleh pemerintah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan jangka panjang memerlukan kebutuhan energi yang semakin meningkat. "20 tahun mendatang kebutuhan energi diperkirakan 3 kali lipat, tahun 2030 saja kebutuhan akan air melebihi jumlah pasokan sebesar lebih dari 20%," imbuhnya
Namun Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar mengaku tak terkejut dengan prediksi tersebut. Alasanya, daya beli masyarakat akan terus didukung dengan pertumbuhan ekonomi dalam tahun ke tahun akan berkelanjutan pada level 6-7%. “Kalau besaran dari total Produk Domestik Bruto (PDB) yang dilihat dari daya beli masyarakat, saya rasa betul, karena populasi kita bisa mencapai 280 juta orang dan pendapatan per kapita bisa di atas 12 ribu dollar AS,” tandasnya.
Sebelumnya pemaparan dari perusahaan konsultan manajemen global McKinsey&Co yang memaparkan bahwa dengan meningkatkan produktifitas secara siginifikan maka Indonesia bias menduduki peringkan ekonomi terbesar ke 7 di didunia pada 2030 dan akan mengalahkan Jerman dan Inggris.
Namun begitu, yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, sambung dia, harus mengupayakan dapat tumbuh secara berkelanjutan di level 6-7% setiap tahun secara rata-rata. “Jangan naik atau turun semata-mata tergantung dari kondisi global maupun dalam negeri,” pungkasnya. **bari/doko
NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…
NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…
NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…
NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…
NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…
NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…