NERACA
Karo –Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyebutkan, saat ini sudah ada sebelas perusahaan asal Sumut yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI)."Belum lama ini bertambah satu sehingga jumlahnya kini 11 perusahaan," kata Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan 2 Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara, Anton Purba di Kabupaten Karo Sumatera Utara, kemarin.
Disampaikannya, perusahaan Sumut terkini yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) adalah produsen sarung tangan lateks dengan harga saham Rp170 per lembar. Menurutnya, ketika baru saja IPO pada Kamis (6/12), perusahaan tersebut sudah mendapatkan dana Rp215 miliar.
Hal ini, lanjutnya, cukup menggembirakan karena ternyata banyak perusahaan di luar Pulau Jawa, khususnya di Sumut yang berpotensi IPO. Dia melanjutkan, sejatinya, ada beberapa perusahaan lain asal Sumut yang sudah bersiap untuk melakukan IPO.
Akan tetapi, mereka menunda atau membatalkannya dengan beberapa pertimbangan. Meski begitu, Anton yakin situasi tersebut merupakan kondisi yang positif."Munculnya perusahaan-perusahaan yang IPO memperlihatkan baiknya pertumbuhan ekonomi Sumut," katanya.
Seiring dengan bertambahnya perusahaan Sumut yang IPO, OJK Sumut juga mengungkapkan semakin bagusnya iklim investasi di provinsi tersebut. Pada Oktober 2023, jumlah rekening investor pasar modal Sumut mencapai 546.319, naik 19,21% secara "year on year" (yoy).
Dari total tersebut, 512.975 merupakan pemilik rekening reksadana (naik 20,34% yoy), 238.511 saham (naik 17,20% yoy), dan 50.664 surat berharga negara (naik 19,16% yoy). Pada Oktober 2023, jumlah pemilik saham individu di Sumut tumbuh 19,06% (yoy) menjadi senilai Rp17,22 triliun. Sementara kepemilikan saham oleh institusi Rp2,89 triliun atau turun 82,93% karena beberapa perusahaan melepas kepemilikan saham mereka.
OJK mencatat pula jumlah transaksi saham pada Oktober 2023 mencapai 9,26 triliun. Adapun rata-rata transaksi bulanan pada periode Januari-Oktober 2023 adalah Rp7,76 triliun. Nilai tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2020-2022, tetapi lebih tinggi bila disandingkan dengan rata-rata transaksi bulanan sebelum pandemi Covid-19 seperti Rp5,14 triliun pada tahun 2018, dan Rp5,31 triliun pada 2019. (ant/bani)
Berkat kerja keras, PT Privy Identitas Digital (Privy) berhasil perluas penetrasi pasar. Belum lama ini, perusahaan rintisan tanda tangan elektronik…
Komitmen menjalankan prinsip environmental, social and governance (ESG) dilakukan PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF) dengan meresmikan fasilitas sosial berupa…
Sebagai bagian dari upaya untuk memastikan keamanan transaksi dan mematuhi standar global, Upbit Indonesia telah mengimplementasikan Travel Rule melalui teknologi…
Berkat kerja keras, PT Privy Identitas Digital (Privy) berhasil perluas penetrasi pasar. Belum lama ini, perusahaan rintisan tanda tangan elektronik…
Komitmen menjalankan prinsip environmental, social and governance (ESG) dilakukan PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF) dengan meresmikan fasilitas sosial berupa…
Sebagai bagian dari upaya untuk memastikan keamanan transaksi dan mematuhi standar global, Upbit Indonesia telah mengimplementasikan Travel Rule melalui teknologi…