NERACA
Jakarta – Masih sepinya transaksi di bursa karbon menjadi tantangan bagi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk terus mendongkrak geliat transaksi dengan terus melakukan sosialisasi terkait perdagangan karbon. “Sosialisasi terkait bursa karbon masih terus dilakukan baik kepada media, emiten terkait dan pihak swasta untuk menjual efek karbonnya,”kata Direktur Pengembangan BEI, Jeffery Hendrik di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, sosialisasi akan dilakukan dalam kelompok kecil maupun besar. Namun demikian, diakuinya, naturenya bursa karbon sedikit berbeda dengan bursa saham. Hal senada juga pernah disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatifdan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK),Inarno Djajadi.
Kata Inarno, likuiditas bursa karbon tidak akan secair perdagangan saham. "Jangan dipikir likuiditas akan persis seperti di saham karena ini bukan untuk spekulasi jual beli, ada keuntungan sesaat jual-beli, tidak. Jadi mungkin yang harus kita bedakan likuiditasnya, tolong jangan di benchmark dengan equity," ujarnya.
Oleh karena itu, dirinya menegaskan, likuiditas bursa karbon tidak bisa disamakan dengan likuiditas perdagangan efek. Seperti yang diketahui, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 6 Oktober 2023, hanya dua hari perdagangan yang mencatatkan transaksi.
Pada 26 September 2023, nilai transaksi tercatat sebesar Rp29,2 miliar dengan total volume mencapai 459.953 ton unit karbon. Transaksi yang tercatat hingga penutupan adalah 27 kali transaksi. Terdapat 15 pengguna jasa yang tercatat sebagai pembeli dan satu pengguna jasa yang berperan sebagai penjual. Apabila digabungkan, total pengguna jasa atau user bursa karbon adalah 16 pengguna jasa.
Sementara itu transaksi juga terjadi pada 4 Oktober 2023 sebanyak 14 ton unit karbon (tCO2), dengan nilai transaksi Rp974.400. Artinya, dengan transaksi tersebut, sebanyak total 459.967 unit karbon telah diperdagangkan pada bursa karbon sejak diluncurkan. Sementara itu, sebanyak 17 entitas tercatat menjadi pengguna jasa bursa karbon. Harga pembukaan unit karbon kemarin mencapai Rp77.000 per unit karbon.
Harga karbon mengalami penurunan dengan ditutup pada harga Rp69.600 per unit karbon. Sampai saat ini tidak terdapat transaksi yang tercatat pada IDXCarbon hingga 6 Oktober 2023. Disebutkan, peluang calon pengguna jasa baik sektor swasta non-swasta, sektor teknologi maupun EBT masih akan dilihat berdasarkan yang terdaftar di daftar SRN PPI Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).
NERACA Jakarta -Pengusaha properti asal Indonesia, Iwan Sunito melalui perusahaan barunya, One Global Capital menggelar roadshow bertajuk “Invest Like a…
NERACA Jakarta – Meski dihadapkan masih lemahnya daya beli masyarakat, namun emiten pariwisata PT Bayu Buana Tbk. (BAYU) mengaku optimis…
NERACA Jakarta- Di kuartal pertama 2025, PT Bank Seabank Indonesia berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp124 miliar dengan laba…
NERACA Jakarta -Pengusaha properti asal Indonesia, Iwan Sunito melalui perusahaan barunya, One Global Capital menggelar roadshow bertajuk “Invest Like a…
NERACA Jakarta – Meski dihadapkan masih lemahnya daya beli masyarakat, namun emiten pariwisata PT Bayu Buana Tbk. (BAYU) mengaku optimis…
NERACA Jakarta- Di kuartal pertama 2025, PT Bank Seabank Indonesia berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp124 miliar dengan laba…