Harga Beras di Sukabumi Melambung Tinggi

NERACA

Sukabumi – Harga beras di sejumlah Pasar Semi Modern (PSM) Kabupaten Sukabumi, pada awal Oktober 2023 ini, alami kenaikan yang sangat signifikan.

Beras premium yang biasanya Rp 10 ribu per kilogram, naik Rp 4.000 menjadi Rp 14 ribu per kilogram. Sementara beras jenis medium dari Rp 8.000 per kilogram naik menjadi Rp 11 ribu per kilogram.

Sejumlah pedagang beras di Pasar Semi Modern Cisaat menyebutkan kenaikan sudah terjadi semenjak Agustus lalu. “Tapi kenaikan paling tinggi yerjPada September. Biasanya satu karung ukuran 25 kilogram kami jual Rp 240 ribu, kini menjadi Rp 345 ribu,” ucap Jalaluddin, pedagang beras di PSM Cisaat, Senin (2/10).

Menurut pedagang, kenaikan ini dipicu faktor kemarau yang melanda wilayah Kabupaten Sukabumi, dan menipisnya stok gabah di penggilingan lokal. “Stok masih aman sebenarnya. Hanya harga saja yang tidak nyaman,” tambah Jalaludin.

Sementara angka penjualan, tambah dia, akan tidak mengalami penurunan, namun malah menunjukkan peningkatan. “Angka penjualan meningkat. Hanya saja beda bentuk. Maksudnya, biasa terjual dalam bentuk karungan, sekarang kebanyakan pembeli belinlierran atau kiloan,” sebut dia.

Per pekan, sambung dia, beras di kiosnya bisa terjual hingga 5 kuintal per pekan, atau alami kenaikan penjualan hingga 75 persen.

Ia menambahkan kenaikan harga beras sebenarnya mendapatkan keluhan dari konsumen. “Tapi mau bagaimana lagi. Kami juga membelinya dari distributor sudah mahal,” kata Jalaluddin.

Hal serupa diucapkan Karsiman, pedagang beras di PSM Jubleg. Karsiman mengaku mendatangkan beras dari wilayah Jawa Tengah, guna memenuhi permintaan konsumen.

“Beras lokal Sukabumi sangat minim masuk pasar. Mungkin karena belum panen kali yah. Karena didatangkan darinluar daerah, harga otomatis menyesuaikan,” kata Karsiman menanggapi.

Sementara di sejumlah penggilingan padi, harga beras dijual per karung ukuran 25 kilogram sebesar Rp 330 ribu. Pemilik penggilingan di wilayah Kecamatan Gunungguruh menyebutkan kenaikan harga jual menyesuaikan kebutuhan operasional.

“Gabah yang kami giling harga belinya naik dari petani. Biasanya kami membeli gabah petani yang berada di sekitar pabrik, sekarang kami mencari hingga ke luar wilayah. Operasional jadi naik,” ungkap Asep pemilik penggilingan padi. (Ron)

 

BERITA TERKAIT

Berjangkitnya Wabah Monkey Pox di Indonesia: - Resiko Virus MPOX Berbahaya Segera Giatkan Publikasi Antisipasinya

NERACA Depok - Saat ini sudah puluhan ribu terjangkit dan ratusan meninggal dunia, akibat tertular wabah Virus Monkey Pox (MPOK)…

Reuni ke-35, ILUNI FEUI Angkatan 1989 Selenggarakan Bakti Sosial

NERACA Tangerang Selatan - Dalam rangka reuni ke-35 tahun, Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (ILUNI FEUI) angkatan 1989 melaksanakan…

MenkopUKM Tekankan Pentingnya Hilirisasi Kratom Melalui Koperasi di Kalimantan

NERACA Tenggarong, Kaltim - Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya hilirisasi dalam mengembangkan aneka produk dari kratom…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Berjangkitnya Wabah Monkey Pox di Indonesia: - Resiko Virus MPOX Berbahaya Segera Giatkan Publikasi Antisipasinya

NERACA Depok - Saat ini sudah puluhan ribu terjangkit dan ratusan meninggal dunia, akibat tertular wabah Virus Monkey Pox (MPOK)…

Reuni ke-35, ILUNI FEUI Angkatan 1989 Selenggarakan Bakti Sosial

NERACA Tangerang Selatan - Dalam rangka reuni ke-35 tahun, Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (ILUNI FEUI) angkatan 1989 melaksanakan…

MenkopUKM Tekankan Pentingnya Hilirisasi Kratom Melalui Koperasi di Kalimantan

NERACA Tenggarong, Kaltim - Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya hilirisasi dalam mengembangkan aneka produk dari kratom…