BANYAK NEGARA SIAP LAKUKAN DEDOLARISASI - Indonesia Tak Perlu Risau dengan US$

Jakarta-Beberapa negara diketahui mulai melepas ketergantungan dari dolar AS (dedolarisasi) sebagai mata uang transaksi global. Indonesia juga termasuk negara yang berupaya agar tidak tergantung terhadap dolar. Langkah Indonesia melepas ketergantungan US$ setidaknya akan menguntungkan negeri ini dalam hal ekspor-impor dengan negara mitra dagang seperti China. Keuntungan lainnya jika RI melepas ketergantungan terhadap dolar yaitu tidak perlu lagi risau dengan cadangan devisa US$.

NERACA

"Bagi Indonesia, mengganti dolar AS dengan mata uang lokal cukup membantu untuk memastikan kepastian impor dari China, karena tidak harus pusing memikirkan jumlah devisa dolar yang kita punya untuk tetap bisa mengimpor dari China, karena bisa membayarnya memakai rupiah," ujar pengamat ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Ronny P Sasmita, Jumat (19/5).

Di satu sisi, menurunnya dominasi dolar AS saat ini bukan menandakan dolar sudah kehilangan pengaruh. Kondisi saat ini menurut Ronny hanya pengurangan dominasi dolar AS, namun penambahan peran mata uang lain, terutama Yuan. Peran Yuan yang terus meningkat tidak lepas dari ekspansi China dalam berdagang ke seluruh negara yang ada di dunia.

Meski begitu, Ronny menekankan dolar masih memiliki peran sebagai ‘unit of account’ dan ‘store of value’ dalam standar nilai transaksi. Pemerintah Indonesia juga masih akan tetap menerbitkan surat utang, obligasi, dan sejenisnya dalam bentuk dolar. "Karena volume dan liquiditas dolar yang masih sangat banyak di dunia. Dolar masih akan digunakan di banyak lokasi sebagai alat satuan hitung dan sebagai instrumen lindung nilai," ujarnya seperti dikutip merdeka.com.

Seperti diketahui, pemerintah Indonesia makin giat menjalin kerja sama penggunaan mata uang lokal saat bertransaksi dengan sejumlah negara di Asia. Baru-baru ini, Indonesia dan Malaysia telah resmi menggunakan mata uang masing-masing untuk bertransaksi. Malaysia menjadi negara kedua setelah Thailand yang kini meninggalkan US$ ketika bertransaksi.

"Selain ASEAN 5 yang sudah jalan, Indonesia-Malaysia berupa rupiah dan ringgit, Indonesia-Thailand berupa rupiah-baht dan lain-lain," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo saat jumpa pers KSSK di Kantor LPS, Kawasan SCBD, Jakarta, Selasa, (9/5).

Selain dengan dua negara tersebut, Indonesia juga telah menjalin kerja sama serupa dengan Jepang dan China. Bahkan, belum lama ini Indonesia dan Korea Selatan juga telah menandatangani kerja sama penggunaan mata uang lokal.

Menurut Perry, semakin cepat dan luas penggunaan mata uang lokal, manfaatnya akan segera dirasakan masyarakat. Mengingat kerja sama ini merupakan upaya regulator memfasilitasi sektor perdagangan dan investasi lewat sistem pembayaran.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, ketergantungan terhadap mata uang asing bisa memberikan dampak saat negara tersebut bergejolak. "Kalau kita bergantung hanya pada satu mata uang, tentunya gejolak negara-negara pemilik mata uang itu akan berpengaruh kepada kita," ujarnya di Nusa Dua, Bali, belum lama ini.

Sebagaimana diketahui dolar AS menjadi mata uang utama dalam transaksi global. Namun dalam beberapa tahun terakhir banyak negara yang bekerja sama untuk menggunakan mata uang masing-masing saat melakukan transaksi. Hal ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi gejolak ekonomi global. "Kalau kita bisa mengurangi sedikit ketergantungan kepada global currency kita akan peluang dengan satu opsi bahwa gejolak perekonomian juga akan berkurang," ujarnya.

Makanya, saat ini Indonesia tengah menjalin kerja sama dengan berbagai negara untuk menggunakan mata uang lokal dalam setiap transaksinya. Semisal dengan Thailand yang menggunakan mata uang Rupiah dan Bath. "Kita akan mencoba lebih mengandalkan kepada local currency, saya berdagang dengan Thailand menggunakan Rupiah dan Bath," katanya.

Selain dengan Thailand kerja sama serupa juga dilakukan dengan Malaysia antara Rupiah dan Ringgit untuk bertransaksi di pasar keuangan. Kemudian Rupiah dengan Dolar Singapura dengan Singapura dalam melakukan pembayaran.

"Jadi artinya, nanti kita akan mencoba kembali mengingat kesepakatan bersama untuk melihat local currency transaction baik investasi, perdagangan barang jasa dan juga transaksi di pasar keuangan," ujarnya.

Kesepakatan ASEAN

Ketika pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN berakhir belum lama ini, salah satu kesepakatan pertemuan tersebut ASEAN sepakat memperkuat ketahanan eksternal dalam rangka memperbaiki pemulihan ekonomi dan menahan dampak ekonomi global bagi kawasan.

Termasuk memperbaiki dan mempromosikan ekspor dan investasi agar bisa memperkuat keseimbangan dan cadangan devisa. "Menteri Keuangan dan Gubernur Bank sentral sepakat untuk perkuat ketahuan eksternal," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Jumat (31/3).

Selain itu, diversifikasi mata uang juga menjadi sebuah inisiatif yang penting di kawasan ASEAN. Dalam aspek ini, ASEAN menegaskan kesepakatan untuk menjaga ketahanan.

Salah satunya dengan penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan dan investasi lintas batas di kawasan ASEAN. Tantangan saat ini yakni ketergantungan terhadap mata uang internasional yakni dolar AS.

Penggunaan mata uang lokal, menurut dia, akan membuat ketergantungan terhadap dolar AS berkurang. Sehingga jika terjadi guncangan ekonomi global maka dampaknya ke negara kawasan menjadi berkurang. "Dalam aspek ini pertemuan sepakat di bawah deliberasi dari working committee capital account untuk bisa mengembangkan ASEAN Development Guideline untuk penyelesaian kerja sama," ujar Perry.

Untuk bisa mencapai hal tersebut, maka perlu dikembangkan capital account liberalization. Tujuannya agar mata uang transaksi lokal bisa membuat fokus yang kuat dan mendiskusikan transaksi kerja sama. "Untuk mata uang ASEAN dan meningkatkan guideline terkait dari kerangka kerja mata uang sebagai upaya sebuah settlement," ujarnya.

Kerja sama ini pun akan diperluas di negara-negara kawasan ASEAN. Sistem pembayaran konektivitas regional akan diperluas mencakup anggota negara ASEAN lainnya. "Vietnam, Brunei, Kamboja dan Laos sudah memberikan niat mereka  bergabung melaksanakan konektivitas pembayaran regional," tutur dia.

Selain itu ASEAN-5 akan meningkatkan upaya dan menghubungkan pembayaran lintas batas di bawah proyek Bank for International Settlement (BIS). Mereka Minggu lalu telah bergabung konektivitas multilateral untuk berikutnya. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

Prabowo Tekankan Pentingnya Pengelolaan Danantara Secara Transparan

  NERACA Jakarta – Presiden Prabowo Subianto, mengungkapkan pentingnya pengelolaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dengan prinsip…

KEPALA BPS: STANDAR KEMISKINAN BANK DUNIA - Tidak Sesuai dengan Realitas di Indonesia

  Jakarta-Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menilai, standar yang digunakan Bank Dunia pada perhitungan angka kemiskinan itu…

Kopdes Merah Putih Akomodir Kebutuhan Dasar Masyarakat

NERACA Surabaya, Jawa Timur - Menteri Koordinator (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan koperasi desa (kopdes) merah putih akan mengakomodir…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

Prabowo Tekankan Pentingnya Pengelolaan Danantara Secara Transparan

  NERACA Jakarta – Presiden Prabowo Subianto, mengungkapkan pentingnya pengelolaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dengan prinsip…

KEPALA BPS: STANDAR KEMISKINAN BANK DUNIA - Tidak Sesuai dengan Realitas di Indonesia

  Jakarta-Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menilai, standar yang digunakan Bank Dunia pada perhitungan angka kemiskinan itu…

Kopdes Merah Putih Akomodir Kebutuhan Dasar Masyarakat

NERACA Surabaya, Jawa Timur - Menteri Koordinator (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan koperasi desa (kopdes) merah putih akan mengakomodir…