NERACA
Jakarta – Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih negatif. Dimana emiten maskapai penerbangan ini membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta atau Rp1,26 triliun (asumsi kurs Rp16.603 per dolar AS) per kuartal I/2025. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, kemarin.
Meskipun rugi, namun kerugian menyusut dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$87,03 juta atau Rp1,44 triliun. Penyusutan kerugian GIAA didorong oleh kinerja pendapatan usaha yang naik 1,62% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$723,56 juta atau Rp12,01 triliun pada kuartal I/2025, dibandingkan US$711,98 juta atau Rp11,82 triliun pada kuartal I/2024.
Raupan pendapatan usaha GIAA dikontribusikan terbesar dari operasi penerbangan US$668,56 juta. Kemudian, segmen usaha jasa pemeliharaan pesawat menyumbang pendapatan usaha sebesar US$95,36 juta. Lalu, pendapatan dari operasi lain-lain sebesar US$93,7 juta. Adapun, GIAA mencatatkan beban usaha yang naik 2,19% yoy menjadi US$718,35 juta pada tiga bulan pertama 2025, dibandingkan US$702,92 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Setelah diakumulasi dengan pendapatan serta beban usaha lainnya maka rugi sebelum pajak GIAA mencapai US$88,73 juta, menyusut dibandingkan rugi sebelum pajak pada periode yang sama tahun sebelumnya US$100,76 juta. Garuda Indonesia menjelaskan pertumbuhan atas fundamental bisnis didukung oleh keberhasilan grup dalam melakukan restrukturisasi utangnya yang dituangkan dalam keputusan homologasi pada 27 Juni 2022.
Saat restrukturisasi, GIAA memperoleh pendanaan sejumlah Rp7,5 triliun dan Rp725 miliar yang berasal dari penyertaan modal negara atau PMN, serta PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Untuk periode yang berakhir pada 31 Maret 2025, GIAA pun mencapai laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias EBITDA positif sebesar US$197 juta.
Namun, GIAA masih berkutat dengan ekuitas negatif, di mana liabilitas GIAA melebihi asetnya. Tercatat, aset GIAA mencapai US$6,45 miliar per kuartal I/2025. Sementara, liabilitas GIAA mencapai US$7,88 miliar. Alhasil, ekuitas negatif GIAA mencapai US$1,43 miliar pada periode yang berakhir 31 Maret 2025. Hal-hal tersebut mengindikasikan adanya unsur ketidakpastian yang material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Emiten properti, PT Modernland Realty Tbk. (MDLN) membukukan laba bersih konsolidasian di kuartal pertama 2025 sebesar Rp761,3 miliar, berbalik arah…
NERACA Jakarta -Kuartal pertama 2025, PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,31 triliun atau meningkat 1,26%…
NERACA Jakarta – Dalam rangka menjaga kesehatan keuangan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah fokus pada bisnis inti dan akan…
Emiten properti, PT Modernland Realty Tbk. (MDLN) membukukan laba bersih konsolidasian di kuartal pertama 2025 sebesar Rp761,3 miliar, berbalik arah…
NERACA Jakarta -Kuartal pertama 2025, PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,31 triliun atau meningkat 1,26%…
NERACA Jakarta – Dalam rangka menjaga kesehatan keuangan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah fokus pada bisnis inti dan akan…