KemenkopUKM Bertekad Kembangkan Koperasi Agrikultur

NERACA

Bern - Dalam upaya mengembangkan koperasi agrikultur di Indonesia, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melakukan kunjungan kerja ke Fenaco Genossenschaft (Fenaco), salah satu koperasi agrikultur terbesar di Swiss. 

“Pertemuan ini sangat penting untuk melihat bagaimana Fenaco sebagai salah satu koperasi agrikultur terbesar di Swiss dapat memberdayakan anggotanya yang sebagian besar adalah petani melalui konsep bisnis yang tepat,” kata Teten. 

Fenaco sendiri memiliki sejarah panjang dengan bergerak dalam berbagai sektor strategis selama lebih dari 150 tahun. Yakni dalam sektor petanian, industri makanan, perdagangan retail, bahkan mulai bergerak ke sektor energi.   

“Kami menilai dapat memperoleh pembelajaran dari pengalaman Fenaco dalam mengembangkan usaha Koperasi,” kata Teten. 

Lebih lanjut, Teten menjelaskan terdapat beberapa hal yang dapat dipelajari dari Fenaco, yakni strateginya dalam mengembangkan usaha koperasi, model bisnis dan mekanisme kerja Fenaco dengan para anggotanya, kunci keberhasilan Fenaco dalam menghadapi persaingan dengan pelaku usaha lain, hingga kebijakan atau fasilitasi pemerintah yang diperlukan untuk mengembangkan corporate farming melalui Koperasi. 

“Yang paling penting adalah apakah memungkinkan Fenaco membangun kemitraan usaha dengan Koperasi di Indonesia, sekaligus bagaimana model bisnis yang diharapkan atau direncanakan oleh Fenaco jika nantinya bermitra dengan Koperasi di tanah air,” ujar Teten. 

Fenaco juga dikenal sebagai salah satu koperasi agrikultur terbesar di Swiss dengan 44.000 anggota yang didominasi oleh petani, di mana Fenaco memiliki ekosistem yang baik dari hulu ke hilir mulai dari proses produksi hingga pemasaran produk anggotanya, sekaligus secara aktif masuk kedalam rantai pasok yang menghubungkan petani kepada konsumen. 

Selain itu, kedua belah pihak juga berdiskusi terkait berbagai permasalahan koperasi yang terjadi di masing-masing negara, sekaligus upaya-upaya yang dapat dimaksimalkan untuk mengatasinya. 

“Kami juga telah membahas berbagai permasalahan yang banyak ditemui di koperasi, khususnya koperasi agrikultur, dan dari diskusi tersebut ternyata banyak hal-hal yang bisa kita kolaborasikan melalui kerja sama lebih lanjut,” ungkap Teten. 

Kedepan, Teten berharap adanya tindak lanjut kerja sama antara Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) dan Fenaco dalam berbagai bidang, khususnya dalam mengembangkan koperasi agrikultur. 

“Kami sudah menemukan beberapa potensi yang dapat kami kerjasamakan antara koperasi Indonesia dengan Fenaco, khususnya dalam mengembangkan koperasi agrikultur, terutama untuk tiga komoditas utama, yakni kopi, coconut sugar (gula semut), dan natural ingredients (rempah-rampah) yang banyak diproduksi oleh pelaku usaha di tanah air dengan kualitas yang baik, dan ternyata sangat dibutuhkan di Swiss dalam pengembangan industrinya,” harap Teten.

Sebelumnya dalam forum The 28th ASEAN Center for Agricultural Cooperative Development (ACEDAC) Board Meeting dan 23rd ASEAN Working Group for Agricultural Cooperative (ASWGAC), Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga KemenKopUKM Luhur Pradjarto pun menyatakan bahwa KemenkopUKM akan mendorong penguatan koperasi pertanian di kawasan regional ASEAN sebagaimana pemerintah saat ini sedang fokus mengembangkan koperasi pertanian modern.

Luhur pun berharap, dengan semakin membaiknya kondisi negara kawasan ASEAN dari efek pandemi, kegiatan-kegiatan tersebut dapat segera dilaksanakan pada tahun mendatang. 

“Pertemuan juga menghadirkan perwakilan dari JA Zenchu, Agriterra, dan JICA yang menyampaikan berbagai program dukungan yang telah dilaksanakan dalam kerja sama pengembangan koperasi pertanian di negara-negara ASEAN,” kata Luhur. 

Lebih lanjut, pada November 2022, KemenkopUKM bekerja sama dengan ASEAN Sekretariat dan Pendanaan dari Ministry of Fishery and Forestry, Japan, akan melaksanakan Advisory Committee Meeting di Bali untuk membahas program Human Resource Development Project In Partnership with University untuk tahun 2023 dengan mengundang Focal Point ASWGAC dan Focal Point University selaku pelaksana. 

Program ini bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia pertanian negara-negara ASEAN melalui penyelenggaraan pelatihan/workshop yang dilaksanakan oleh Universitas, di Indonesia kegiatan ini dilaksanakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). 

“Kami menunggu kehadiran perwakilan dari Universitas dan Focal Point ASWGAC negara-negara ASEAN untuk dapat hadir pada pertemuan November 2022 di Bali,” kata Luhur. 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenparekraf Sertifikasi Halal Produk Mamin di 3.000 Desa Wisata

NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kick off akselerasi sertifikasi halal produk…

Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dalam pendampingan implementasi tata kelola…

Nilai Impor di Bulan Maret Sebesar USD 17,96 Miliar

NERACA Jakarta – Nilai impor selama Maret 2024 tercatat sebesar USD 17,96 miliar. Kinerja impor ini melemah 2,60 persen dibandingkan…