NERACA
Jakarta - PT Antam Tbk membukukan lonjakan laba bersih lebih dari 10 kali lipat mencapai Rp2,32 triliun pada kuartal I tahun 2025.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Direktur Utama PT Antam Tbk Nicolas D. Kanter mengatakan pencapaian ini jauh melampaui laba bersih pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp210,59 miliar.
Kinerja positif ini juga tercermin pada peningkatan signifikan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar 519 persen menjadi Rp3,26 triliun dari periode yang sama tahun 2024 yang sebesar Rp527,61 miliar. "Kami terus mengedepankan excellence operation (operasi yang sangat bagus) dan penerapan good mining practices (praktik kerja pertambangan yang baik) sehingga dapat mengoptimalkan kinerja perusahaan Antam,” ujar Nicolas.
Antam juga terus melakukan strategi pemasaran yang inovatif, efisiensi biaya yang solid serta menjaga struktur cash cost yang kompetitif,” katanya Nicolas.
Selain laba bersih, Antam juga mencatatkan kenaikan laba kotor lebih dari 13 kali lipat menjadi Rp3,64 triliun. Laba usaha perusahaan juga berbalik positif menjadi Rp2,69 triliun, setelah sebelumnya mencatatkan rugi sebesar Rp491,19 miliar pada kuartal pertama tahun lalu.
Laba bersih per saham dasar (EPS) Antam juga ikut melonjak tajam sebesar 794 persen menjadi Rp88,69. Kinerja positif ini juga diikuti dengan peningkatan total aset sebesar 17 persen menjadi Rp48,30 triliun dan kenaikan ekuitas sebesar 10 persen menjadi Rp34,62 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Antam Arianto Sabtunugrojo Rudjito menambahkan bahwa dari sisi penjualan, Antam membukukan total penjualan bersih sebesar Rp26,15 triliun pada kuartal pertama 2025. Angka ini melonjak sekitar 203. persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp8,62 triliun.
Penjualan domestik mendominasi dengan kontribusi sekitar 95 persen dari total pendapatan, atau senilai Rp24,83 triliun.
Arianto menuturkan komoditas emas masih menjadi kontributor utama pendapatan PT Antam, dengan nilai penjualan mencapai Rp21,61 triliun atau naik sekitar 182 persen dan menyumbang sekitar 83 persen dari total penjualan Antam secara konsolidasi.
Volume penjualan emas juga meningkat signifikan sebesar 93 persen menjadi 13,7 ton.
“Ini tentunya juga didorong beberapa faktor termasuk peluncuran aplikasi Antam Logam Mulia yang mempermudah para konsumen untuk bertransaksi emas fisik secara digital,” kata Arianto.
Selain emas, Arianto menyebut segmen komoditas lain seperti nikel dan bauksit juga menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Total penjualan nikel pertumbuhan yang positif. Total penjualan nikel, termasuk feronikel dan bijih nikel, melonjak sekitar 581 persen menjadi Rp3,77 triliun.
Produksi feronikel tercatat sebesar 4.498 ton, dengan volume penjualan mencapai 4.839 ton. Produksi bijih nikel juga naik drastis sebesar 221 persen menjadi 4,63 juta wet metric ton (wmt), sejalan dengan pertumbuhan penjualan bijih nikel sebesar 281 persen menjadi 3,83 juta wmt.
Sementara itu, komoditas bauksit dan alumina mencatatkan penjualan sebesar Rp708,75 miliar, naik 102 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Produksi bijih bauksit meningkat 328 persen menjadi 653.781 wmt, dan penjualan alumina mencapai 44.048 ton, tumbuh 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, sebelumnya Antam juga bekerjasama dengan Hongkong CBL Limited terkait proyek ekosistem baterai Electric Vehicle (EV).
Hal tersebut dilakukannya dalam rangka percepatan pemanfaatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), hal tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle atau EV) untuk Transportasi Jalan. Dengan menggunakan kendaraan listrik, adalah bagian dari upaya yang dilakukan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengejar target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Antam, CBL, dan IBC bekerja sama untuk investasi dalam supply chain ekosistem baterai lithium di Indonesia. Ini menjadi yang pertama di dunia, mencakup tahapan dari tambang nikel hingga giga factory baterai cell dan pack, serta daur ulang. Hal ini menjawab pertanyaan mengenai hilirisasi, di mana masih banyak yang dapat dilakukan di Tanah Air ini.
NERACA Jakarta - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa hilirisasi sektor pertanian akan menjadi fokus utama pemerintah dalam meningkatkan…
NERACA Padang – Luasnya perkebunan kelapa sawit di Sumatera Barat (Sumbar) maka Pemerintah Daerah (Pemda) dalam hal ini Pemerintah Provinsi…
NERACA Osaka – Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia. Dengan lebih dari 90 persen produksi global berasal…
NERACA Jakarta - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa hilirisasi sektor pertanian akan menjadi fokus utama pemerintah dalam meningkatkan…
NERACA Padang – Luasnya perkebunan kelapa sawit di Sumatera Barat (Sumbar) maka Pemerintah Daerah (Pemda) dalam hal ini Pemerintah Provinsi…
NERACA Osaka – Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia. Dengan lebih dari 90 persen produksi global berasal…