NERACA
Jakarta – Berkah mencatatkan pertumbuhan positif kinerja keuangan, membawa berkah bagi para investor PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Pasalnya, emiten pertambangan ini akan membagikan dividen dengan menetapkan kurs dividen Rp7,78 triliun atau setara Rp251,28 per saham. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Mahardika Putranto, Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Indonesia menyampaikan, pihaknya mengumumkan kurs konversi pembagian dividen interim tahun nuku 2022 yang mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia tanggal 3 Januari 2023 adalah sebesar Rp15.572 per dolar AS. Dengan demikian, jumlah keseluruhan dividen tunai interim yang akan dibagikan perseroan dalam mata uang rupiah adalah sebesar Rp7.786.152.531.360 (Rp7,78 triliun) untuk 30.985.962.000 (30,98 miliar) lembar saham. "Dividen per saham setara Rp251,28," jelasnya.
Manajemen ADRO dalam keterangan resminya mengatakan nilai dividen interim ini lebih tinggi 67% dari dividen interim tahun 2021 senilai US$300 juta dan merupakan dividen interim tertinggi yang pernah diberikan perseroan. Adapun jadwal pembagian dividen ADRO yakni cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 30 Desember 2022, dengan ex dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 2 Januari 2023. Lalu, cum dividen di pasar tunai pada 3 Januari 2023, dan ex dividen di pasar tunai pada 4 Januari 2023.
Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir atau Boy Thohir mengatakan memberikan pengembalian kepada pemegang saham dalam bentuk pertumbuhan laba, dividen, dan pembelian saham kembali, merupakan fokus ADRO. Dia melanjutkan harga batu bara yang kuat dan kinerja operasional yang efisien pada 2022 mendukung kinerja yang solid hingga September 2022. “Profitabilitas ADRO mendukung percepatan transformasi usaha dan menyediakan pengembalian yang konsisten dan menarik pada pemegang saham,” ucapnya.
Hingga kuartal III/2022, ADRO mencatatkan EBITDA operasional sebesar US$3,8 miliar dan laba inti sebesar US$2,3 miliar, lebih tinggi 231% dan 2625 dibandingkan periode yang sama di tahun 2021. Posisi kas pada akhir 9 bulan 2022 adalah US$3,3 miliar, 122% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ADRO juga membukukan kas bersih sebesar US$1,8 miliar dibandingkan dengan utang bersih sebesar US$10 juta di 9 bulan 2021.
Manajemen ADRO tetap waspada untuk melihat peningkatan produksi batu bara tahun ini, mungkin dalam kisaran 5-10% (yoy), karena perseroan harus mengikuti rencana penambangan yang ketat untuk mempertahankan umur tambang. Rasio pengupasan kemungkinan dipertahankan pada kisaran 4 kali. Disebutkan, kontributor utama batu bara ADRO, yakni Adaro Indonesia sekitar 80% dari total produksi, akan diubah izinnya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus atau IUPK dari Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara atau PKP2B.
Hal ini mengenakan pajak royalti yang lebih tinggi, tetapi sebagian besar akan diakomodasi oleh pendapatan pajak yang lebih rendah, sedangkan efek buruknya tidak akan berdampak pada margin ADRO.
NERACA Jakarta- Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT PAM Mineral Tbk. (NICL) tengah siapkan akuisisi PT Sumber Mineral Abadi (SMA) guna mendongkrak…
NERACA Jakarta — Pasar IPO diyakini masih tumbuh meski di tengah kondisi pasar yang volatil dan bahkan pihak PT Bursa…
NERACA Jakarta -Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (19/5) sore ditutup menguat di tengah pelemahan…
Perkuat posisi dalam ekosistem keuangan digital di Indonesia, OVO (PT Visionet Internasional), platform pembayaran digital terkemuka di Indonesia bekerja sama…
NERACA Jakarta – Menurunnya daya beli masyarakat memberikan dampak berarti terhadap pelaku usaha dan industri ritel, termasuk Food and beverage…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) menargetkan produksi bauksit pada tahun 2025 di kisaran 4,7 juta…