NERACA
Jakarta - Kinerja ekspor Indonesia pada September 2022 tercatat tumbuh positif sebesar 20,28% (yoy), dengan tiga komoditas unggulan ekspor yaitu besi baja, minyak sawit, dan batu bara. Indonesia dapat menyumbangkan 52% minyak kelapa sawit terhadap pangsa pasar dunia serta mampu menghasilkan 40% dari total minyak nabati dunia. Hal ini bagaikan oase yang membangkitkan semangat pemulihan ekonomi nasional di tengah kondisi perekonomian global yang masih fluktuatif.
Industri kelapa sawit Indonesia berperan penting untuk perekonomian Indonesia dengan kinerja perdagangan kelapa sawit yang terus meningkat, dan industri ini juga melibatkan banyak pelaku usaha dari berbagai kelompok ekonomi.
Dalam hal ini, perkebunan kelapa sawit nasional terus berkembang signifikan dengan luas 16,38 juta hektare dan menyerap tenaga kerja lebih dari 17 juta kepala keluarga, petani, dan karyawan yang bekerja di sektor on farm maupun off farm.
“Pengembangan industri hilir juga merupakan upaya strategis untuk meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit agar tidak hanya terkonsentrasi pada bahan baku, tetapi perlu terus didorong ke industri hilir bahkan sampai produk akhir. Dengan upaya ini, nilai tambah tentunya akan berada di dalam negeri,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Dari sisi aspek ekonomi daerah, industri ini cukup strategis dalam membangun daerah menjadi pusat pertumbuhan baru secara signifikan di daerah sentra-sentra sawit seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Kemudian, untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan kesempatan ekonomi dalam perkebunan kelapa sawit, Pemerintah juga mendorong model kemitraan sebagai bentuk sinergi antara petani dan perusahaan. Pola kemitraan ini akan menarik investasi sektor lainnya seperti industri dan konsumsi.
Di samping itu, perkebunan berkelanjutan tidak dapat dipisahkan dari inovasi teknologi dan keterampilan dari SDM yang dapat memanfaatkan teknologi tersebut. Maka itu, peningkatan keterampilan dan pelatihan bagi petani kecil juga dibutuhkan untuk mewujudkan produksi yang berkelanjutan.
“Penguatan perkebunan dan industri kelapa sawit perlu didukung dengan program penelitian dan pengembangan perkebunan kelapa sawit dari hulu hingga hilir untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya, pengolahan hasil, industri, pasar, dan nilai produk perkebunan serta potensi pengembangan usaha,” jelas Airlangga.
Selain itu, Airlangga memaparkan, guna mendorong keberlanjutan industri kelapa sawit, Pemerintah telah menerapkan kerangka peraturan dan mendorong kerja sama multipihak di sektor kelapa sawit.
Lebih lanjut, terkait dengan ekpor kelapa sawit, berdasarkan catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ekspor produk sawit bulan Agustus mengalami lonjakan yang sangat signifikan dibandingkan bulan Juli 2022 yaitu sebesar 1.629 ribu ton, dari 2.705 ribu ton menjadi 4.334 ribu ton. Kenaikan ekspor tertinggi adalah jenis olahan CPO, dari 1.923 ribu ton menjadi 2.971 ribu ton.
“Lonjakan ekspor yang terjadi pada bulan Agustus dikarenakan pemerintah memberikan relaksasi berupa zero levy yang diperpanjang sampai Oktober 2022, dan rencananya Pemerintah (melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian) akan memperpanjang sampai akhir tahun. Relaksasi zero levy sangat membantu eksportir sehingga daya saing produk minyak sawit Indonesia makin baik di pasar global di tengah persaingan yang tinggi dengan minyak nabati lain,” papar Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono.
Lebih lanjut, Mukti menerangkan, kenaikan ekspor diikuti dengan kenaikan nilai ekspor sebesar US$ 900 juta dari US$ 3.800 juta pada bulan Juli menjadi US$ 4.791 pada bulan Agustus, meskipun harga CPO Cif Rotterdamturun dari US$ 1.203/ton pada bulan Juli menjadi US$ 1.095/ton pada bulan Agustus.
Kenaikan ekspor terbesar dari bulan Juli ke Agustus terjadi untuk tujuan India yang naik 193% dari 370,8 ribu ton menjadi 1.086,0 ribu ton diikuti oleh China yang naik 68% (355,7 ribu ton) dari 524,0 ribu ton menjadi 879,7 ribu ton dan oleh EU yang naik 51,7% (172,8 ribu ton) dari 334,0 ribu ton menjadi 506,8 ribu ton.
“Kenaikan ekspor didukung oleh kenaikan produksi sebesar 503 ribu ton menjadi 4,3 juta ton dari sebelumnya 3,8 juta ton juta ton. Kenaikan produksi ini selain disebabkan oleh faktor musiman juga karena PKS sudah beroperasi secara normal. Namun secara YoY sampai dengan Agustus, produksi 2022 sebesar 31,6 juta ton adalah lebih rendah dari produksi 2021 sebesar 33,6 juta ton,” papar Mukti.
Kemudian, Mukti pun menjelaskan bahwa konsumsi dalam negeri bulan Agustus sebesar 1.841 ribu ton, sedikit turun (-2,2%) dibandingkan dengan konsumsi bulan Juli sebesar 1.881 ribu ton, tetapi lebih tinggi dari bulan Agustus 2021 sebesar 1.465 ribu ton. Secara YoY konsumsi sampai dengan Agustus 2022 sebesar 13.299 ribu ton, 8,5% lebih tinggi dari tahun 2021 sebesar 12.253 ribu ton.
Berdasarkan perkembangan tersebut, stok minyak sawit turun dari 5.905 ribu ton pada bulan Juli menjadi 4.036 ribu ton pada bulan Agustus.
NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Kementerian Luar Negeri dan Pembangunan Inggris (FCDO), meluncurkan Program…
NERACA Jakarta – Ketua Bidang Perkebunan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) R. Azis Hidayat mengusulkan agar dibentuk Pelaksana Harian…
NERACA Indramayu — Pertamina EP melalui terobosan terbaru, yang disebut DOBBER (downhole scrubber), berhasil menurunkan angka loss production opportunity/LPO, dari…
NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Kementerian Luar Negeri dan Pembangunan Inggris (FCDO), meluncurkan Program…
NERACA Jakarta – Ketua Bidang Perkebunan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) R. Azis Hidayat mengusulkan agar dibentuk Pelaksana Harian…
NERACA Indramayu — Pertamina EP melalui terobosan terbaru, yang disebut DOBBER (downhole scrubber), berhasil menurunkan angka loss production opportunity/LPO, dari…