Butuh Banyak Local Heroes Untuk Bangun Semangat Berkoperasi

NERACA

Jakarta - Banyak Local Heroes di beberapa negara di dunia, diantaranya petani, peternak sapi, pedagang, dan sebagainya, mampu mengubah imej koperasi yang selalu identik dengan gurem, tradisional, hingga tidak profesional, menjadi bentuk usaha papan atas, moderen, dan profesional.

Bahkan, beberapa fakta kongkrit di dunia menyebutkan bahwa koperasi pun bisa tumbuh dengan baik, besar, hingga mendunia, bila dikelola dengan profesional.

Sebut saja, FrieslandCampina, produsen es krim lezat ini ternyata berbentuk koperasi. Produknya telah tersebar ke lebih dari 100 negara. Meraup keuntungan tahunan sebesar 12,1 juta Euro, menjadikan FrieslandCampina sebagai salah satu perusahaan susu terbesar dunia. Lebih dari 140 tahun Zuivelcoöperatie FrieslandCampina U.A setia melayani anggota koperasi di Belanda, Jerman dan Belgia.

Ada lagi produsen minuman jeruk dengan brand Sunkist. Sunkist adalah koperasi pemasaran yang dimiliki dan dioperasikan anggotanya. Yaitu, petani jeruk di California dan Arizona.

Contoh koperasi kelas dunia lainnya adalah klub sepakbola asal Spanyol, Barcelona. Anggota koperasi Barcelona tak lain adalah anggota fans club resmi yang berjumlah lebih dari 200 ribu orang. Karena berbentuk koperasi, semua anggota memiliki hak suara untuk memutuskan arah dan masa depan klub.

Berikutnya, ada Rabaobank. Bank yang juga menghiasi etalase perbankan di Indonesia ini adalah bank koperasi dengan bisnis retail banking, wholesale banking, private banking, leasing dan layanan real estate, melayani hampir 8,4 juta klien di seluruh dunia.

Tercatat juga, Ace Hardware Corp, toko komponen yang dimiliki dan dioperasikan wirausahawan lokal dibawah naungan besar koperasi. Hingga kini, sudah memiliki 5.000 toko di seluruh dunia.

Contoh koperasi top dunia berikutnya adalah supermarket asal Singapura, NTUC Fairprice Co-operative Ltd. Kini, sudah berkembang menjadi retail terbesar di Singapura, melayani 600 ribu pembeli setiap hari.

Bagaimana di Indonesia? Perlahan namun pasti, beberapa Local Heroes tercatat mampu juga menggelorakan semangat berkoperasi di tengah masyarakat.

Dari Purbalingga, Jawa Tengah, muncul nama Ngahadi Hadi Prawoto. Ketua Koperasi Petani Max Yasa tersebut mampu membangun dan memperkuat bisnis model di sektor pertanian (pangan), agar bisa masuk skala ekonomi.

Ngahadi terbilang sukses mengkonsolidasikan para petani berlahan sempit bergabung atau mendirikan koperasi, agar masuk skala ekonomi. Bahkan, sampai membangun bisnis model di sektor pertanian, dengan menempatkan koperasi sebagai OffTaker.

Lebih dari itu, Ngahadi juga mendirikan Tani Bangga Store (minimarket/pasar moderen) yang bertujuan untuk mencetak petani-petani lebih moderen dalam pola pikir dan proses produksi, serta berorientasi ekspor.

"Sejak awal tanam hingga proses petik hasil, kami mendampingi para petani agar mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan kemasan produk yang baik," kata Ngahadi, kepada Neraca, usai mendampingi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada musim petik komoditas buncis (jenis lokal dan Kenya) untuk ekspor ke Singapura, di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, beberapa waktu lalu.

Ngahadi yang merupakan anggota Koperasi Makmur Mandiri (KMM) yang berpusat di Bekasi, Jawa Barat, menyebutkan bahwa Tani Bangga Store menyediakan segala kebutuhan dapur para ibu. Tak hanya menyediakan komoditas sayuran dan buah-buahan, Tani Bangga Store juga menyediakan produk lain, seperti ikan, daging, minyak goreng, dan lain-lain.

Memang, Koperasi Max Yasa baru didirikan Ngahadi pada Februari 2020. Namun, kiprah Ngahadi membina sekitar 500 petani di Purbalingga sudah dilakukan sejak 2014 lalu. "Saat itu, langkah pertama saya adalah mengubah pola pikir atau mindset petani. Selain mengubah pola produksi, saya juga meyakinkan mereka bahwa petani juga adalah enterpreneur," ungkap Ngahadi.

Sebagai OffTaker, Ngahadi juga melakukan aneka pendampingan dan pembinaan para petani. Dari mulai menyediakan bibit yang unggul, pupuk, cara menanam dan memetik yang baik, hingga pemasaran.

Ngahadi mencontohkan petani buncis jenis kenya dan lokal. Sebelum mendapat pembinaan dan pendampingan, mereka hanya mampu melakukan enam kali petik."Sekarang, mereka sudah mampu 24 kali petik dengan hitungan sehari petik sehari tidak dalam kurun waktu dua bulan," jelas Ngahadi.

Ngahadi yang juga Ketua Pemuda Tani Purbalingga menjelaskan, beberapa komoditas yang dihasilkan para anggota koperasi sudah masuk ke pasar ekspor. Seperti labu madu, tomat, daun pisang, dan uni, dikirim ke Singapura. Sedangkan buah rambutan, pernah menghiasi pasar di Dubai.

"Selain untuk ekspor, kami juga memasok komoditas kentang sebanyak 320 ton ke industri besar Wings Food sejak tahun 2020," imbuh Ngahadi.

Ngahadi bersama petani Purbalingga sudah melakukan ekspor rutin hasil pertanian (buncis) ke Singapura. Sebelum pandemi volume ekspor mencapai 1,5 ton perhari. Tetapi, pada saat pandemi, mengalami penurunan volume ekspor sebesar 50% menjadi 700 kilogram buncis Kenya perhari, dan 700 kilogram buncis lokal perhari.

Saat ini, ekspor yang dilakukan Koperasi Max Yasa masih dalam bentuk komoditas segar."Namun, ke depan, kami akan mengarah dan masuk ke industri olahan," tukas Ngahadi.

Lebih Percaya Diri

Selain Ngahadi, dari Pandeglang, Banten, ada sosok aktifis penggerak tani Umbi Sente (Talas Balitung) bernama Hendra Pranova, yang setelah berkoperasi menjadi lebih percaya diri lagi.

Hal itu diungkapkan Hendra kepada Neraca, usai menerima sertifikat badan hukum koperasi dari Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim, di Kampung Cinyurup (Kampung Domba), Kelurahan Juhut, Kabupaten Pandeglang, Banten, beberapa waktu lalu.

Ketua Koperasi Pamatang Kembang Mandiri (PKM) bercerita, setelah sekian lama menggeluti bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan domba di Pandeglang sejak 2009, sekitar satu setengah tahun lalu mulai menggarap komoditas Talas atau Umbi Sente. “Kelompok tani anggota koperasi mulai diarahkan menanam Umbi Sente karena ada permintaan dari beberapa industri makanan,” kata Hendra.

Tercatat ada tiga industri besar yang menyerap Umbi Sente hasil produksi Hendra (39 tahun) bersama 47 petani anggota koperasi. Yaitu, PT Maxindo (Sentul, Bogor) untuk bahan pembuatan makanan ringan (snack), PT Endho Yushin (Bogor) untuk industri pembuatan keripik, dan CV Arista.

“CV Arista merupakan perusahaan suplier, dimana Umbi Sente hasil produksi koperasi kami dikirim ke luar negeri mengisi pasar Cerelac di Jepang,” tukas Hendra.

Para petani di sana terbilang beruntung. Pasalnya, selain ketiga usaha besar itu berperan sebagai Offtaker, mereka juga mau berbagi ilmu dan pengetahuan cara menanam Umbi Seten. Hendra mengakui, awal mengirim contoh hasil Umbi Sente, sempat ditolak beberapa kali.

“Mereka mau mengajarkan cara menanam Umbi Sente hingga menghasilkan kualitas yang masuk kualifikasi pabrikan. Ternyata, selama ini, kita panen Umbi setelah masa tanam enam bulan. Padahal, setelah mendapat edukasi yang benar, seharusnya kita panen setelah masa tanam 10 bulan hingga menghasilkan Umbi Sente berkualitas tinggi,” jelas Hendra.

Meski begitu, Hendra mengakui bahwa kapasitas produksinya belum mampu memenuhi kebutuhan pabrikan. Dari kebutuhan 10 ton per minggu, Koperasi PKM baru bisa memenuhi tiga ton saja.

Solusinya, lanjut Hendra, pihaknya sudah mendapat lampu hijau dari Perhutani untuk menambah lahan sebesar 50 hektar. “Produksi tiga ton per minggu itu dihasilkan dari lahan seluas 75 hektar. Perhutani sudah menyiapkan lahan khusus Umbi Sente seluas 117 hektar, tapi kita ambil 50 hektar terlebih dahulu,” tukas Hendra.

Selama ini, Koperasi PKM memiliki total lahan seluas 75 hektar, dimana yang 25 hektar milik masyarakat (anggota), sedangkan yang 50 hektar milik Perhutani lewat program Perhutanan Sosial.

Mimpi Hendra yang juga Dosen statistik dan ilmu ekonomi di Universitas Mathlaul Anwar (Pandeglang) itu, tak hanya sampai disitu. Setelah di sisi hulunya diperkuat, Koperasi PKM bakal masuk ke sisi hilir. Yakni, membangun industri olahan Umbi Sente menjadi tepung, produk rebusan, hingga cerelac.

“Umbi Sente juga bisa diolah menjadi pengganti nasi bagi penderita diabetes,” ungkap Hendra

Terkait harga Umbi Sente, Hendra menjelaskan, pabrik membeli dari koperasi sebesar Rp3000 per kilogram. Hitungan koperasi berbagi keuntungan dengan petani adalah sebesar 50:50.

“Tapi, yang 50% keuntungan koperasi juga kan milik mereka juga sebagai anggota koperasi. Jadi, dengan berkoperasi itu lebih adil, dari kita untuk kita. Keuntungan kita nikmati bersama,” kata Hendra.

Untuk itu, Hendra mengungkapkan bahwa para pengurus dan anggota Koperasi PKM membutuhkan pelatihan perkoperasian dari Kemenkop dan UKM. “Selama ini kita berkoperasi secara otodidak. Kami butuh pelatihan manajemen mengelola koperasi yang baik dan benar,” tandas Hendra.

Hendra berharap, dengan pelatihan perkoperasian, SDM di Koperasi PKM dapat lebih teredukasi. “Kami juga berharap ada penambahan literasi, khususnya terkait pupuk organik dan non organik, lewat pelatihan-pelatihan,” imbuh Hendra.

Di samping itu, dalam pemasaran Umbi Sente dan produk pertanian lainnya, Koperasi PKM sudah menerapkan digitalisasi dengan membuat lapak penjualan di PlayStore dengan nama Gudang Tani. “Tak lama lagi akan berjalan. Sekarang masih tahap trial and error,” ungkap Hendra.

Selain mengembangkan produk Umbi Sente, Koperasi KMP juga berencana untuk masuk ke komoditas lain seperti wortel, umbi beneng, alpukat, duren, dan petai. “Lewat koperasi, kita akan terus mengembangkan potensi sektor pertanian, khususnya yang ada si Pandeglang. Walau kita akui, permodalan Koperasi PKM harus terus mendapat perkuatan agar bisa lebih berkembang lagi,” pungkas Hendra. (Rin)

 

BERITA TERKAIT

Wali Kota Tangerang: Pajak Kendaraan untuk Biayai Program Pro Rakyat

NERACA Tangerang - Wali Kota Tangerang Sachrudin mengatakan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) yang…

Kolaborasi Nasional Perkuat Sukses Program Apotek Desa

NERACA  Jakarta - Dalam upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di wilayah pedesaan, program Apotek Desa menjadi salah satu…

SCG Kembali Buka Pendaftaran Program Beasiswa Sharing The Dream 2025 - Wujudkan Mimpi Generasi Hijau

NERACA Sukabumi - Pendidikan merupakan faktor penting bagi setiap orang. Dengan menempuh pendidikan, seseorang mampu mengasah pengetahuan serta keterampilan agar…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Wali Kota Tangerang: Pajak Kendaraan untuk Biayai Program Pro Rakyat

NERACA Tangerang - Wali Kota Tangerang Sachrudin mengatakan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) yang…

Kolaborasi Nasional Perkuat Sukses Program Apotek Desa

NERACA  Jakarta - Dalam upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di wilayah pedesaan, program Apotek Desa menjadi salah satu…

SCG Kembali Buka Pendaftaran Program Beasiswa Sharing The Dream 2025 - Wujudkan Mimpi Generasi Hijau

NERACA Sukabumi - Pendidikan merupakan faktor penting bagi setiap orang. Dengan menempuh pendidikan, seseorang mampu mengasah pengetahuan serta keterampilan agar…